Rabu, 29 Desember 2010

Karakter dasar Generasi Yosua

Sudah beberapa tahun ini, para hamba Tuhan mengabarkan tentang kebangkitan Generasi Yosua. Nama Yosua dan nama Yesus memiliki keserupaan lafal "Jeshua" yang artinya "Allah yang menyelamatkan,  Keselamatan dari Allah". Kitalah Generasi Yosua yang dijanjikan tersebut. Generasi Yosua adalah Generasi yang memiliki keserupaan karakter dengan Kristus, memiliki gaya hidup Kristus, melakukan seperti apa yang Yesus lakukan. Kitalah generasi yang akan menggempur gerbang-gerbang neraka, merebut tanah perjanjian, mengabarkan kebenaran yang menyelamatkan dan menuai jiwa-jiwa di akhir zaman. Kitalah generasi yang menyatakan kepada dunia, bahwa keselamatan, pemulihan dan berkat hanya datang dari Allah yang hidup.

Seperti halnya Yosua menggantikan Musa untuk suatu musim yang baru, kegerakan yang baru; kita dipersiapkan untuk suatu kegerakan baru yang mengubahkan, menggantikan generasi pendahulu kita, hidup pada dimensi peperangan rohani yang berbeda dari generasi sebelumnya. Tetapi sudahkah kita menghitung harganya?

Arti rohani dari Surat Efesus pasal 6 sama dengan Kitab Yosua, dan kedua buku ini tidak diberikan kepada orang pencundang! Kitab Yosua adalah gambaran tentang orang-orang yang sudah berhenti berputar-putar di padang gurun, mulai mengenal Tuhan mereka, memegang janji-janji Tuhan dan yang sekarang siap meraih apa yang telah dijanjikan Tuhan kepada mereka. Surat Efesus menerjemahkan peperangan yang dialami Yosua menjadi peperangan rohani yang dialami orang percaya. Artikel ini adalah artikel bagi para pembaca yang siap membayar harga dan melakukan apa saja untuk meraih semua yang telah disediakan Tuhan bagi kita.  Inilah kitab ketika Rasul Paulus memerintahkan "Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya!", sama seperti Tuhan memerintahkan kepada Yosua, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu!".

Esensi Keserupaan dengan Karakter Kristus adalah sikap belajar taat dan setia dari seorang Yosua

Yosua memimpin Israel merebut tanah perjanjian, tetapi ia juga melayani Musa dengan sabar dan setia selama 40 tahun di padang gurun. Yosua mengerti ketaatan. Ia hidup dengan prinsip penundukan diri dan ketaatan kepada otoritas Tuhan. Kenyataannya, tidak ada angkatan bersenjata di mana pun yang dapat menang dalam peperangan tanpa pasukan yang tahu posisi masing-masing, menghormati atasan mereka dan menaati perintah. Tidak heran, dalam surat Efesus pasal 1 sampai pasal 5, Paulus menjelaskan dulu tentang gambar diri kita di dalam Kristus, serta kesatuan hati yang terikat dalam kasih dan ketaatan. Kita tidak bisa berperang merebut tanah perjanjian, menghancurkan kuasa-kuasa jahat, tanpa kita mengenal siapa diri kita di dalam Kristus dan mau terikat dalam kasih, ketaatan dan penundukan diri. Sekali lagi dengan kata lain, sebelum mengenakan perlengkapan senjata Tuhan dan mengajarkan strategi peperangan rohani, Paulus dengan jelas dan tegas memberi tahu bahwa kita harus tinggal dalam prinsip penundukan diri dan ketaatan kasih kepada otoritas.

Ketaatan mulai dididik sejak usia muda

Keluaran 17:10 " Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya"

Pejuang yang matang adalah pejuang yang taat kepada otoritas yang benar dan mempercayai Tuhan. Kita yakin Musa adalah tokoh yang besar, tetapi apakah ia selalu menjadi atasan yang baik? Jika ia pernah memukul gunung batu, maka pernahkah kita terpikirkan bahwa ia bisa begitu merasa frustasi dan kesal dalam beberapa waktu ketika ia memikul tanggung jawab yang sangat besar dan menanggung beban memimpin jutaan orang yang sangat egois dan berpikir seenaknya sendiri. Apakah Yosua pernah kecewa karena tindakan dan ucapan Musa? Tetapi Alkitab mencatat bahwa Yosua menaati Musa tanpa mengeluh.

Ketaatan rohani kita kepada Tuhan terbukti bagaimana hubungan ketaatan dan penundukan diri kita secara natural dengan otoritas yang ada. misal hubungan istri dan suami, hubungan anak dan orang tua, bahkan hubungan hamba dan tuan. Tuhan ingin kita belajar taat sejak masih kecil di tengah asuhan orang tua kita, di sekolah/universitas, di tempat kerja bahkan dalam hidup berkeluarga kita nantinya.

Orang dewasa yang diajar taat oleh orang tuanya akan jauh lebih mudah menaati Tuhan daripada yang tidak pernah diajar taat ketika masih kecil di rumahnya. Hal itu dimulai dari yang sederhana seperti menetapkan peraturan dan membuat anak belajar bertanggung jawab. Jam delapan malam, Budi harus naik ke tempat tidur tanpa membantah dan tanpa protes. Bila tidak taat, ia akan segera mengetahui konsekuensinya. Bila memberontak, tidak mau tunduk atau bersungut-sungut, ia segera mengetahui bahwa sikapnya itu tidak dapat diterima. Seorang anak yang terbiasa dididik taat dan hormat kepada otoritas di rumah maka akan dapat lebih menikmati waktunya bersama para guru di sekolah dan atasan di kantor. Mereka akan secara wajar akan menghormati orang dewasa yang mempunyai otoritas atas mereka, apakah itu pendeta atau polisi sekalipun.

Sudah sejak dari Adam Hawa, iblis selalu menaruh kebohongan bahwa kita dapat tidak menaati Tuhan dan tidak mati, bahwa pemberontakan terhadap perintahNya akan menjadikan kita sebagai tuhan atas diri kita, kita menjadi kuat dan mandiri. Sayangnya, kita masih mempercayainya, bahkan sampai saat ini banyak dari kita menjadikan Yesus hanya sebagai Juruselamat, tetapi tidak sebagai Tuhan dan Raja.  Kita tertipu kepada pemikiran bahwa kita dapat melakukan apa saja yang menyenangkan tanpa konsekuensi apa pun karena kita telah diselamatkan dan pasti masuk surga. Kita hanya hidup terbatas pada agamawi saja, tanpa sungguh-sungguh menundukkan seluruh hidup kita pada Dia.

Menaati itu tidak harus mengerti dulu

Efesus 6:1 " Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian".

Perhatikan bahwa Paulus tidak memerintahkan anak-anak untuk mengerti segala perintah orang tua mereka. Ia hanya memerintahkan untuk taat. Siapakah orang tua kita di dalam Tuhan? Paulus tidak memerintahkan Gereja secara keseluruhan untuk memahami semua misteri di dalam Kristus Yesus, tapi mereka harus menaati kebenaran Firman Tuhan. Ingat, Tuhan menyukai prinsip dan konsep tersebut.

Matius 25:23 Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.

Bila kita belajar setia pada satu tingkat, maka kita dapat setia pada setiap tingkat. Orang yang belajar setia memberi perpuluhan mulai dari Rp 5000 adalah orang yang akan setia memberi perpuluhan dengan Rp 1.000.000, adalah orang yang bisa mendengarkan suara Tuhan dengan jelas.

Bilangan 23:19 Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?

Allah kita adalah Allah yang mengindahkan prinsip, tidak pilih kasih. Jika Ia selalu tepat melakukan FirmanNya, maka Ia juga Allah yang konsekuen atas FirmanNya.

Ketaatan mendesak kedagingan

Ketaatan selalu berhubungan dengan membatasi ruang gerak daging kita dengan peraturan, rutinitas, struktur dan perintah. Jauh di dalam hati dan jiwa manusia yang telah jatuh dalam dosa kecendurungan alami, pasti ingin memberontak terhadap hal-hal ini.  Banyak orang mengatakan bahwa peraturan, rutinitas, struktur dan perintah bertentangan dengan Roh Kudus; Namun Firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa peraturan, rutinitas, struktur dan perintah yang baik dan benar, tidak bertentangan dengan pekerjaan Roh Kudus. Hal itu malah memudahkan Roh Kudus untuk didengarkan dan dilakukan oleh manusia.

Sebagai catatan, Rasul Petrus pun mengajarkan beberapa hal tentang ketaatan:
I Petrus 2:13-18. Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja! Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.

Kita harus tunduk kepada hukum manusia seolah-olah Tuhan sendiri yang telah menulisnya. Memberontak kepada mereka sama saja dengan memberontak kepada Tuhan. Dan bila mereka menuntut sesuatu yang tidak baik atau tidak alkitabiah dari kita, kita harus menolak tetapi sikap hati kita tetap tunduk. Dengan begitu, hati kita tetap murni di hadapan Tuhan dan ketaatan kita kepadaNya sempurna.


Tindakan melanggar batas kecepatan atau tidak mematuhi rambu lalu lintas secara sengaja adalah sama seperti dengan tindakan tidak taat kepada Tuhan. Misal juga, ketika Tuhan menempatkan kita di bawah otoritas yang tidak menyenangkan atau tidak seperti yang kita harapkan, kita seharusnya tahu bahwa Ia sedang mengajar kita menundukkan diri kepada otoritas dan tidak mengeluh !

Apabila kita ingin seperti Yesus di dunia ini, kita harus belajar taat sampai menyalibkan keakuan dan kedagingan kita, serta rela menjadi hamba seperti teladan Yesus ( Filipi 2: 5-8). Seperti teladanNya, kita harus memberikan hidup kita untuk orang lain dalam ketaatan kepada Tuhan.

Bila kita mempunyai otoritas atas orang lain, kita pun harus memberikan hidup kita dalam ketaatan kepada Tuhan lebih daripada sebelumnya. Kepemimpinan kita harus melambangkan kepercayaan dan kerendahan hati Kristus- Yohanes 13.

Akhir kata, ketaatan memampukan kita untuk menjadi seperti yang diinginkan Tuhan. Hal itu membebaskan potensi kita dan melepaskan pelayanan kita. Ketika kita belajar taat, kita sedang mempelajari dasar untuk berperang dan menang. Musuh akan menghadapi lawan yang berat ketika tentara Tuhan menaati otoritas di atas mereka dan para pemimpin meneladani sikap Yesus terhadap anak buahnya. Kita akan satu pikiran, satu hati dan satu roh dan tidak ada yang dapat memecah belah kita. Gerbang-gerbang neraka tidak akan sanggup melawan Gereja Tuhan yang taat. AMIN !

In Ephesians, 5th chapter and 18th verse, we are commanded to be filled with the Holy Ghost. A person who is full of the Holy Spirit deals much with the Scriptures. One of the things we lack in the present day is more Bible study... If they can only get back to the Word of God, then we will have not just here and there a revival, but we will be in a revival all the time. The church will be constantly in a revived state. It is those Christians that are feeding on the Word of God that are revived all the while. There is something fresh about them, and people are glad to hear them talk. - D. L Moody

Referensi yang berkaitan :

0 comments:

Posting Komentar