Rabu, 26 Januari 2011

Menghargai Karunia Allah

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus berkata, "Aku ingin mengingatkan engkau akan sesuatu yang tampaknya telah engkau lupakan, anakku. Aku mengingatkan engkau bahwa di dalam rohmu berdiam suatu karunia Allah. Tidak semua orang memiliki jenis karunia yagn engkau miliki. Beberapa orang rela memberikan segala yang mereja miliki hanya untuk memperoleh setengah dari apa yang engkau punya" (2 Tim 1:6).

Tahukah Anda bahwa ada orang-orang di dunia ini yang rela membayar dengan harga yang mahal sesuatu yang dimiliki oleh orang-orang namun tidak dipelihara dengan baik? Saya telah banyak melihat hal ini terjadi dalam perjalanan saya. Saya tidak mengerti mengapa orang-orang dapat memandang karunia-karunia rohani mereka dengan begitu ceroboh. Dari miliaran orang yang ada di dunia, Allah memilih mereka untuk mengemban tanggung jawab yang begitu besar, namun mereka meremehkannya. Saya tidak mengerti bagaimana seseorang dapat hidup dengan begitu ceroboh dan hanya memandang kepada perkara-perkara dari sudut pandang yang bersifat sementara saja.

Salah satu kunci terbesar untuk memiliki kehidupan yang memuaskan adalah dengan melihat kepada segala sesuatu seperti cara surga memandangnya. Hal itu mengubah cara pandang Anda. Ada bahaya yang mengintai jika Anda mengijinkan pola pikir sementara menjadi cara Anda memandang dunia.

Hidup dengan mengikuti suara kedagingan merupakan suatu hal yang berbahaya. Ada suatu suara yang datang dari surga yang tidak boleh Anda lewatkan dari pendengaran Anda. Anda seharusnya tidak boleh hidup sehari pun tanpa mengakui kehadiran ilahi Allah di dalam roh manusia Anda. Itulah tepatnya yang Paulus inginkan untuk dapat dipahami Timotius. Ia berkata, "Timotius, di dalam perutmu ada sebuah karunia, yang bukan merupakan karunia surgawi yang terembunyi di dalam bejana duniawimu. Jangan katakan kepadaku bahwa itu hanyalah jamahan sementara dari pengurapan. Aku tahu bahwa ada sebuah karunia rohani di dalammu karena Allah menggunakan untuk menempatkannya disana. "


"Ingatkah engkau pada sore itu, dalam kebaktian beberapa tahun lalu, di mana Roh Allah turun di atas kita? Ingatkah engkau akan hal itu Timotius? Ingatkah engkau oleh pimpinan Roh Allah, bagaimana Yesus mengutus aku kepadamu? Tiba-tiba di tanganku terdapat kuasa yang hanya aku ketahui pada saat-saat tertentu dalam hidupku. Ingatkah engkau bagaimana Allah mengarahkan aku untuk menumpangkan tanganku atasmu? Aku menumpangkan tanganku atasmu dan orang-orang mulai menangis. Suatu hadirat yang kudus memenuhi ruangan. Tidak seorangpun yang memahami apa yang sedang terjadi, tetapi mereka semua merasakan suatu perubahan suasana. Hal itu bukan kejadian yang biasa saja, Timotius. Itu adalah sesuatu yang telah diperintahkan dari tahta surga. Dari rohku dan tanganku keluar suatu bagian dari karunia yang telah Allah berikan padaku. Dan karunia itu mengalir kepadamu. Itulah sebabnya ketika engkau bangkit untuk berkotbah dan mengajar, orang-orang berkata, 'Ia berbicara dan bertindak seperti Paulus!' Jangan pernah khawatirkan hal itu sebab engkau membawa bagian dari DNA-ku, genku, kromosom rohanikuAllah mengambil sebagian dari apa yang telah diletakkan-Nya di dalamku dan menaruhnya di dalammu. Engkau tidak akan pernah dapat berkata kepadaku bahwa waktu dan masa dari urapanmu telah berakhir! Aku mengetahui apa yang engkau bawa, Timotius, sebab hal tersebut juga berdiam di dalamku. Jangan hanya duduk-duduk daja, kobarkan karunia itu kembali!"


"Timotius, karunia yang tidak dikobarkan membuat rohmu sedih. Tetapi karunia yang dikobarkan memberikan kehidupan dan terang bagi semua orang yang ada disekelilingmu. Biarlah imanmu bangkit kembali ke tempat semula dimana ia seharusnya berada. Engkau hanya akan menemukan sukacita ketika karuniamu berfungsi dengan kuasa yang maksimal."

"Timotius, ketika karuniaku berada pada kuasa yang maksimal, mereka berusaha untuk membunuh aku, mereka berusaha untuk merajam aku, dan mereka ingin melakukan segala jenis kejahatan terhadap aku, tetapi kegembiraanku yang tertinggi dalam Allah datang ketika aku sedang berada di tengah suatu kerusuhan. Aku berada di tempat tertinggi dari sukacita ketika mereka berusaha untuk memburu aku dan membunuhku!"

"Aku tahu hal ini kedengarannya aneh, tetapi karunia yang ada di dalammu ini akan membawa kemampuan mental seperti itu. Aku tahu hal itu ada padamu, Timotius! Jangan berusaha menyingkirkannya atau engkau akan menjadi gagal sebagai seorang hamba Allah."

Paulus berusaha membuat Timotius mengerti sifat dasar dari karunia kerasulan yang telah diberikan kepadanya. Paulus memahami betapa sulitnya situasi Timotius dan memberikan kepadanya nasihat kebapaan yang ia butuhkan untuk mengorbankan karunianya dan melangkah ke dalam panggilan tingginya.

Sumber : Roberts Liardon - Bagaimana Bertahan dalam Panggilan Tinggi Anda?

Bahan Artikel diambil dari http://jikaoru.multiply.com/journal/item/67/Menghargai_Karunia_Allah_-_Roberts_Liardon

0 comments:

Posting Komentar