Senin, 04 April 2011

Jadilah anak yang mengagumi Bapanya

Salah satu ciri seorang anak adalah berusaha meniru orang tuanya. Biasanya anak perempuan mencoba meniru ibunya dan ia pertama kali banyak belajar tentang sikap seorang lawan jenis melalui ayahnya dan bagaimana ayah tersebut memperlakukan istrinya. Demikian juga sebaliknya bagi anak laki-laki. Dari sejak kecil, saya memiliki kedekatan dengan ayah saya; walaupun sebagai anaknya, saya juga nakal. Setiap kali ayah saya berkhotbah di depan mimbar, saya sering membuat keramaian, mengelilingi ruang ibadah, berlari ke sana kemari; Namun hal itu tidak mengurangi cinta ayah kepada saya. Terkadang ibu saya membuatkan baju jas dan mengenakannya kepada saya ketika ayah mengenakan jasnya dan hendak berkhotbah. Tidak ada hal lain yang lebih berkualitas daripada saat saya berjalan bergandengan tangan dengan ayah saya. Kedekatan itu membuat saya ingin meniru dirinya dan mencari-cari sosok seorang ayah dari dirinya.

Ketika ayah saya meninggal, saya kehilangan sosok seorang pria yang menjadi gambar diri saya, terlebih saya mengalami kebingungan dan merasa menjadi anak yang berbeda dari anak-anak seusia saya. Sepuluh tahun lebih saya mencari figur seorang ayah melalui orang-orang lain, salah satunya melalui para pemimpin dan kakak rohani saya; namun saya malah memasang tolak ukur idealis seorang ayah, sehingga membuat saya kecewa dan terluka dengan para pemimpin karena tidak sesuai dengan tolak ukur keinginan saya. Perjalanan pencarian itu yang menyusahkan hati dan menguras air mata, akhirnya membawa saya bertemu dengan pribadi Bapa dan menerimaNya sebagai Bapa dalam hidup saya. Mengenal Allah Bapa buat saya adalah hal tidak mudah, karena KehadiranNya tidak bisa dilihat secara fisik. Namun saya bersyukur beberapa kali, Ia menyatakan diriNya melalui mimpi, impresi dan beberapa hal supranatural yang tidak bisa saya sebutkan di sini. Itulah Bapa, sampai sedetilnya Ia ingin menyatakan diriNya dan kasihNya kepada kita yang mau mengenalNya, yang mau memburuNya. Saya ingat sepuluh tahun yang lalu, saya pernah berdoa, "Bapa, siapakah Engkau? Aku ingin mengenalMu, kenalkanlah diriMu, ya Bapa!". Perkataan itu ditangkap oleh Bapa.. dan Ia menangkap saya sampai hari ini. Apakah anda mengerti maksud cerita saya. Bapa menunjukkan diriNya, kepada mereka yang mau mencariNya dengan sungguh-sungguh dari hati terdalam.



Sampai sekarang, saya mengagumi Bapa saya. Saya benar-benar ingin meniru Bapa saya. Saya rindu lebih disempurnakan olehNya. Walaupun demikian, seperti apa yang dipostingkan sebelumnya, saya juga memiliki raksasa dan luka-luka masa lalu yang saya dapatkan ketika saya pernah jauh dariNya. Kadang saya gagal mengejarNya, saya gagal mengerti apa mauNya, tapi coba tebak...Bapa yang malah mengejar saya dan mempertahankan saya agar lebih tidak jauh dariNya. Pengalaman-pengalaman saya di masa lalu, entah kemenangan dan kegagalan malah membuat saya menyadari bahwa Bapa itu nyata. Saudara, saya bangga dengan Bapa, walaupun saya juga harus benar-benar menuntaskan mengalahkan raksasa-raksasa saya. Dalam segala hal, tahun-tahun ini saya belajar melibatkan penyertaan dan pertimbangan Bapa, mulai dari hal-hal kecil, ketika saya ngobrol dengan teman-teman saya, ketika saya bekerja, bahkan bagaimana ketika saya menaruh hati dan benar-benar menyukai seorang wanita. Saya tidak boleh tergesa-gesa, saya harus belajar sabar menantikan waktu tepat, apa maunya Tuhan; walaupun itu juga saya kembali harus berhadapan dengan jiwa, perasaan emosi dan menuntaskan peperangan dengan raksasa ketakutan saya.

Saudara, ada 3 hal yang harus kita capai dalam perjalanan kita hidup dalam Firman, yaitu: tubuh yang harus senantiasa kita tundukkan pada Firman Tuhan, jiwa yang harus kita senantiasa arahkan untuk sepakat dengan Firman Tuhan dan roh yang harus bertumbuh lebih lagi ke arah Kristus. Biasanya Tuhan interfensi, menyentuh kita pertama kali melalui keberadaan jiwa kita dengan mengubah paradigma pikiran kita dan menaruh perasaan positif dalam hidup kita. Sebelum jiwa dan hati kita dipulihkan, maka pertama kali jiwa kita harus sepakat dengan apa yang Tuhan katakan. Firman Tuhan berkata "Aku menerimamu apa adanya, Aku mengasihimu, engkau biji mataKu!", jika jiwa kita sepakat dan menyadarinya, maka jiwa kita berangsur-angsur disembuhkan dari gambar diri yang rusak. Saat ketakutan menyerang kita, jika pikiran kita mengetahui Firman Tuhan "Aku tidak memberikan kepadamu roh ketakutan. Aku menanggung hidupmu setiap hari!", maka pengetahuan itu akan memerdekakan kita, menyelamatkan kita dari tipu daya keraguan. Saat Tuhan berkata, "Tenang ! Aku turut campur tangan dalam hidupmu, Aku menjamahmu!", maka kita harus sepakat dalam pikiran dan perasaan kita. Hal-hal inilah yang membangkitkan iman kita kepada Dia, sehingga kita dibenarkan oleh iman.

Saudara, mintalah roh anak yang siap mengalami akil balik dalam hidup kita. Ketika saya meminta roh keputraan dari Bapa mulai bulan maret, maka secara impresi, saya tahu pasti ada beberapa jubah urapan yang Bapa wariskan kepada saya, beberapa di antaranya adalah saya tahu itu berasal dari bapa dan pemimpin-pemimpin rohani yang saya kenal dan memiliki hubungan dengan mereka di masa lalu. Kenapa demikian? karena dulu saya takjub dengan pengurapan dan pekerjaan Tuhan atas pelayanan mereka. Ketika saya menerima roh keputraan, maka saya memandang para pemimpin, gembala, kakak rohani sebagai ayah rohani, saudara laki dan perempuan yang saya hormati. Saya menyadari saat ini bahwa bukan bagaimana bapa bisa menyediakan waktunya buat saya, tetapi bagaimana saya sebagai anak menghormati bapa dan mengejar dia; Itulah yang Tuhan perkenan dan itu berarti kita telah mempunyai roh keputraan. Sebelum roh kita sesuai ukuran dengan jubah urapan itu, jubah itu hanya melayang-layang di dekat kita. Kadang jubah itu hanya menyentuh kita, saat kita berada dalam pelayanan dan membutuhkan pengurapan; Namun itu hanya sementara, karena jubah itu belum benar-benar melekat dan mengendap pada roh kita. Jubah itu menunggu-nunggu sampai roh kita masuk dalam akil balik, yaitu tingkat pertumbuhan karakter roh yang berbeda, sikap hati yang berbeda, dimensi dan masa yang berbeda. Saat saya siap dan berdamai dengan diri saya, berdamai dengan panggilan saya, maka tiba-tiba jubah-jubah itu membungkus saya. Saudara, Bapa itu unik, kadang Ia memberikan beberapa waktu di masa lalu (mungkin sebulan bahkan bisa bertahun-tahun) agar kita berkenalan dengan kakak-kakak, rekan dan bapa rohani yang setipe urapan/ setipe panggilan dengan kita. Ia membuat orang-orang tersebut menaruh impartasi hidupnya dalam hidup saya, hanya semata-mata dengan tujuan saya belajar berkenalan dengan tipe panggilan kita. Terus terang, saat saya berkenalan dengan orang-orang yang setipe pengurapan, membuat daging dan jiwa saya bergesekan, tidak enak, resah. Bebrapa kali saya lari dari orang-orang tersebut. Saya pahit dan kecewa dengan panggilan saat itu. Kenapa demikian? karena ada didikan, ada impartasi, ada pembongkaran karakter. Hal-hal seperti itu membuat "sesuatu" dari dalam diri saya tiba-tiba muncul dan melawannya. Sebelumnya memang di waktu-waktu yang lalu dengan jelas dan tiba-tiba Tuhan berkata, "Ada harga yang harus dibayar untuk visi dan urapanKu dalam hidupmu!". Padahal saat itu saya lagi senang bukan mainnya seperti orang dapat hadiah uang milyaran, ketika Tuhan jelas menyatakan panggilan dan pengurapanNya dalam hidup saya. Saya tidak menyangka ternyata hidup dalam panggilan itu ngga enak bukan main buat daging dan jiwa saya yang semaunya sendiri, sampai-sampai saya pahit, muak dengan gambar diri saya, keadaan saya dan menolak-nolak suara dorongan panggilan itu. Tapi Bapa itu baik, Ia tahu kapan membalut luka-luka saya, mengambil-ngambil kotoran-kotoran yang keluar dari hati saya. Ia kembali datang dalam hati saya dan meninggalkan "sesuatu yang indah, manis" dalam hidup saya, walaupun iblis juga tidak tinggal diam.

Saudara, akhir kata, jika kita sudah mengetahui panggilan kita, doakan dan berdamailah senantiasa dengan diri kita dan panggilan tersebut. Jika kita masih ragu dan belum jelas, berdoalah dan mintalah dengan kesungguhan hati mencari Bapa dan menyenangkan DIA, saya percaya DIA pasti menyatakannya. Bapa mengasihi kita walaupun kita belum benar-benar bisa mengasihi dan mengerti diriNya. Amin.

0 comments:

Posting Komentar