Jumat, 07 Maret 2014

Problem keakuan

Anak-anak Tuhan, saya dan kita semua tanpa disadari terjebak dalam penjara-penjara keakuan, yaitu bidang-bidang kehidupan, ruang-ruang hati yang belum diserahkan atau belum dibereskan ke tangan Tuhan, sehingga menjadi masalah besar bagi kita dan sekeliling kita, bahkan itu menjadi celah buat iblis campur tangan dan memperbudak kita.

Senin, 03 Maret 2014

Kartu undangan iblis

Apakah mungkin kita bisa tetap memberi makan manusia rohani sekaligus juga tetap memberi asupan buat manusia lama kita? Apakah mungkin kita bisa tetap mencintai Tuhan tanpa membenci apa yang tidak disukaiNya? Seringkali kita perlu meminta Tuhan menunjukkan keadaan hati kita yang sesungguhnya, karena kita buta dan mudah diperdaya oleh hati yang belum dimurnikan.

Iblis bukanlah problem kita yang terbesar. Memang dia pencuri, pembunuh dan pembinasa, namun iblis intervensi dalam kehidupan manusia hanya ketika  ada yang mengundang dia masuk melalui kesempatan, kelemahan atau pintu celah yang terbuka. Bidang-bidang kehidupan yang berpusat pada diri sendiri, yang belum diserahkan ke Tuhan, belum diterangi adalah problem kita yang terbesar.. dan itu adalah kartu undangan bagi iblis..

Apa yang membuatku datang kepadaNya

Ketika kudatang pada Tuhan di pagi hari, Dia bertanya apa yang membuatku datang kepadaNya. Sejenak aku terdiam dan berpikir.

Apakah karena cinta, namun cintaku kepadaNya tidak setulus cintaNya,  tidak senyata cintaNya. Aku beranggapan aku sedang mencintaiNya, namun  tanpa kusadari ternyata aku mencintai pelayanan, panggilanNya, mencintai pekerjaanku bagiNya dan bukan diriNya. Aku juga bisa terpenjara dengan banyak cinta yang lain ( keluarga, hobi, marketplace, dll).

Apakah karena setia, namun aku meragukannya juga. Petrus yang belum dewasa saat itu berkata bahwa dia akan tetap setia sampai mati, namun Tuhan tahu yang sebenarnya. Jika bukan karena kasih setiaNya sampai detik ini, aku pun sudah terhilang dan tersesat. SetiaNya lebih terbukti daripada di mulutku.

Apakah karena suatu kebutuhan, karena aku membutuhkanNya. Namun aku sadar itu tidak benar juga. Aku malah bagaikan lintah yang melekat sementara untuk menghisap darah inangku, lalu melepaskan diri dari inang itu ketika aku merasa tidak membutuhkannya lagi, yaitu ketika aku merasa kenyang. Mungkin ketika berkat-berkat kuterima, aku jadi tidak membutuhkanNya lagi. Sungguh egois.

Aku cuma terdiam dan merasa begitu berat untuk menjawabnya. . Namun Tuhan sepertinya tahu apa yang kupikirkan sehingga Dia langsung menjawab .. "Karena identitas"..
(bersambung)