Rabu, 01 Desember 2010

Belajar dari Yohanes Pembaptis

Lukas 1:13-17 "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya."

Mungkin dari kita tidak mengalami suatu peristiwa kelahiran yang menakjubkan seperti yang dialami oleh Yohanes dan Yesus. Mungkin dari kita tidak mengalami kejadian yang supranatural saat Tuhan menyatakan panggilanNya atas hidup kita seperti yang dialami oleh Musa dan Samuel. Namun, percayalah itu tidak berarti banyak jika kita tidak setia berjalan dalam panggilan itu. Percayalah bahwa Pengorbanan Yesus di kayu salib sudah sangat berarti dan sebagai bukti bahwa kita telah ditebus, dipanggil menjadi milikNya, saksiNya. Tugas kita adalah meresponi panggilan tersebut, dan berjalan dalam panggilan yang spesifik buat kita. Kali ini kita belajar bagaimana Yohanes meresponi panggilan hidupnya, dan bagaimana ia menyelesaikannya sampai akhir usianya.


Sebelum dalam kandungan, Yohanes sudah ditakdirkan untuk menjadi seorang nazir allah dan nabi yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus, menyiapkan umat yang layak bagiNya. Ia disebutkan sebagai seorang yang pertama kali yang membuat hati bapa berbalik kepada anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar, yang menggenapi nubuatan Maleakhi yang terakhir (Maleakhi 3:1). Dengan kata lain, Yohanes adalah seorang perintis/pioner yang pertama kalinya menyerukan pertobatan ketika hampir 400 tahun Allah tidak mengutus nabiNya, tidak menyatakan FirmanNya sehingga saat tampilnya Yohanes, hati generasi Israel sudah begitu keras, durhaka dan jatuh dalam kekelaman dosa, sudah tidak mengenal Allah Bapanya.

Mau rela alami masa persiapan rohani yang tidak mengenakkan daging dan jiwa

Bayangkan betapa susahnya kita membersihkan tumpukan-tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang jalan yang kita lalui, namun yang Yohanes tangani bukanlah sebuah barang tetapi kedalaman hati manusia yang tidak terduga, bisa menipu dan tersembunyi untuk diselami pikiran manusia.. dan ia membersihkannya bukan untuk ia nikmati hasilnya, tapi untuk Tuhan Yesus yang sebentar lagi akan datang menggantikan dirinya. Dengan kata lain, Yohanes ibarat seperti seorang dari pasukan kuning yang harus membersihkan sepanjang jalan yang akan dilalui oleh parade kedatangan kepala negara. Jika ada sedikit sampah yang berserakan, maka orang tersebut yang pasti dikenakan sangsi karena tidak teliti dan tidak menghormati kepala negara. Dalam parade tersebut, pasukan kuning tentu sangat jarang bahkan tidak turut mendapat pujian.

Tugas Yohanes sangat tidak mudah, ia hanya hamba, ia bahkan tidak menikmati masa kecil dan masa mudanya bersama teman-teman seumurnya dan keluarganya, ia harus segera tinggal di padang gurun sampai tiba waktunya ia harus tampil. Makanannya adalah apa yang dapat ia temukan di padang gurun dan sekitarnya, yaitu belalang dan madu dari lebah hutan. Saya tidak dapat bayangkan apa saja yang ia lakukan di padang gurun, siang sungguh panas, sedangkan malam sungguh sangat dingin, tidak ada yang menemani, sunyi, terdengar hanya suara angin kering dan berpasir. Kulitnya pasti melepuh, hitam, rambutnya pasti sangat kering, bahkan di tengah-tengah keadaan minimnya air yang dapat ditemui, ia harus bertahan hidup dan tidak mandi. Saya pasti jadi gila jika mengalami keadaan seperti Yohanes alami, namun Yohanes mampu melaluinya, karena ia mampu melihat "sesuatu" di tengah-tengah padang gurun yang sejauh mata jasmani memandang hanya melihat gundukan pasir dan angin.

Fakta menunjukkan bahwa Gereja hanya membaptis orang tanpa menaruh nilai-nilai baptisan dan keselamatan yang sejati yaitu kematian manusia lama dan lahirnya manusia baru dalam Kristus. Gereja tidak lagi mengajarkan tentang bayar harga, memikul salib, menyangkal diri untuk mengiring Tuhan sejak orang tersebut lahir baru. Gereja hanya mementingkan jumlah jiwa yang dapat diselamatkan tanpa mementingkan pertumbuhan dan kedewasaan iman orang tersebut. Fakta menunjukkan, di dunia, dan di gereja-gereja Indonesia khususnya, grafik penambahan jiwa hanya datar, walaupun ada banyak gereja baru di Indonesia. Jadi sebenarnya, penambahan jiwa di gereja A yang berjemaat besar bisa hanyalah sebuah perpindahan jiwa dari gereja berjemaat kecil B dan dari gereja C yang tidak populer. Fakta menunjukkan bahwa Gereja bisa menjadi ajang bisnis, passive income, penanaman saham dan franchise nama. Hal ini membuat gereja mengalami masa-masa kekelaman lagi seperti zaman masa muda Martin Luther yaitu saat surat pengampunan dosa bisa diperjual-belikan. Fakta menunjukkan bahwa Gereja terbuai dengan hal-hal yang berbau instan, tanpa mau belajar merasakan pengorbanan yang sepadan dengan hasil tuaian. Gereja tidak mau lagi rela menjadi hamba, tidak rela dibentuk dari nol, pelayanan sebagai ajang sensasi dan popularitas rohani. Para pelayan Tuhan lebih suka mementingkan PK(persembahan kasih) yang banyak dalam pelayanan, daripada hati yang mengasihi Tuhan dan kekudusan. Saudara-saudari, selamat datang dalam era keterpurukan gereja, era kekelaman gereja dewasa ini! Tidak salah, jika Tuhan sangat tidak mau disaingi dengan Mamon- Lukas 16:13. Hati kita sangat cenderung untuk menyembah Mamon "uang" ! Yohanes, murid Yesus pun menuliskan "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. "- I Yohanes 2:15

Rendah hati, radikal mengikut Allah dan tetap setia sampai mati

Berbeda dengan Simson yang juga seorang nazir Allah, Yohanes tetap radikal dan setia dalam panggilan hidupnya sampai mati dipenggal. Ia tidak menurunkan standar hidupnya yang benar di mata Allah. Ia pun tetap rendah hati, ia mengatakan bahwa "Tuhan harus makin besar, dan aku harus makin kecil" (Yohanes 3:30) saat ia mulai kehilangan pamor dan banyak pengikutnya yang beralih mengikuti Tuhan Yesus.

Fakta menunjukkan bahwa anak-anak Tuhan sensitif mengenai popularitas dan seksualitas. Jika yang temannya lebih dipakai Tuhan, maka merasa tidak enak hati. Jika dirinya dipakai Tuhan, merasa bangga luar biasa dan cenderung menghakimi orang lain. Fakta menunjukkan bahwa Gereja banyak jatuh bangun dalam dosa seksual, dosa pornografi, perselingkuhan, tanpa merasa bersalah sedikit pun. Gereja di Amerika memperbolehkan pernikahan sesama jenis, pernikahan manusia dengan binatang, pernikahan manusia dengan almarhum- sungguh gila. Di Indonesia pun, survai surat kabar menyatakan bahwa begitu besar persentase anak-anak muda yang sudah pernah melakukan hubungan seks pra nikah/ ML, masturbasi/onani, hamil di luar nikah dan menonton "blue film", dan saya percaya bahwa ada persentase anak-anak Tuhan juga ada yang termasuk di dalamnya. Selamat datang dalam era gereja yang mengatakan "dagingku harus makin besar, dan rohku harus makin kecil, kalau perlu tidak perlu ada Tuhan"

Sebuah refleksi bagi kita semua:

Anda dan saya adalah saksi-saksi Tuhan, juga orang-orang yang mempersiapkan jalan bagi lawatan Tuhan. Roh Elia yang pernah ada pada Yohanes Pembaptis sedang Tuhan curahkan pada orang-orang yang memintanya. Maleakhi 3 belum selesai penggenapannya. Urapan roh Elia masih mengalir karena Injil Kabar baik belum dinyatakan sampai ujung-ujung bumi, dan karena Tuhan Yesus belum datang untuk kedua kalinya.

Keadaan Israel di masa Yohanes Pembaptis serupa dengan keadaan di masa kita sekarang, serupa dengan keadaan di masa Martin Luther, serupa dengan keadaan di masa David Livingstone, serupa dengan keadaan di masa kekasih-kekasih Tuhan yang tanpa nama yang telah mati untuk memberitakan Kabar baik dan mempertahankan Injil. Mereka adalah orang-orang dalam urapan roh Elia,  yang telah berjalan mendahului lawatan Allah di ladang-ladang yang belum mendengar Injil dan belum menerima pertobatan. Darah mereka yang mengalir dan iman mereka yang sungguh, adalah kunci mempercepat kedatangan lawatan Allah, karena Allah Bapa tidak tega melihat anak-anakNya yang dikasihi disiksa begitu lama, itu mengingatkanNya pada anakNya yang tunggal, Yesus Kristus.

Bagaimana dengan anda?  Maukah kita menjadi mereka yang telah beroleh urapan Elia? Membuka pintu-pintu pertobatan di tempat kerja kita? di kampus/ sekolah? Hidup sungguh-sungguh mengiring DIA? Percayalah, urapan Elia yang adalah berasal dari Roh Kudus telah ada di dalam diri anda dan saya. Berdoalah meminta kehendak dan waktu Tuhan dalam panggilan hidup kita masing-masing ! Amin. Maranatha !

0 comments:

Posting Komentar