Minggu, 27 Februari 2011

Ketika Tuhan akan mempertemukan Ishak dan Ribka

Kejadian 24:67 Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.

Bagaimanakah cara kerja Tuhan mempertemukan mereka berdua yang tanpa saling mengenal sebelumnya? Mengapa mereka begitu yakin bahwa satu sama lain adalah pasangan yang telah Tuhan tetapkan dalam rencanaNya?

"Ketika Tuhan akan mempertemukan Ishak dan Ribka" adalah sebuah perenungan yang begitu dalam yang saya temukan, yang membawa kita dalam kesimpulan bahwa di balik cara Tuhan bekerja dalam segala hal dan di pihak kita yang merindukan pasangan yang terbaik dari-Nya, Ia menghendaki setiap kita tetap hidup sehari-hari secara nyata dan bukan dalam sebuah angan/khayalan kisah yang romantis belaka. Saya akan membahas apa yang harus dipersiapkan oleh Ishak dan Ribka dalam keseharian mereka, sebelum Tuhan mempertemukan mereka berdua; dan itulah hal terpenting yang harus mereka miliki sebelum Tuhan mau mempersatukan mereka dalam rancanganNya.

Sebelumnya, satu hal yang harus kita ketahui bahwa menikah bukanlah tujuan akhir dari hidup kita dan bukan satu-satunya tujuan mutlak dari hidup kekristenan kita. Menikah atau melajang adalah sebuah keputusan penyerahan hidup yang melibatkan Tuhan sebagai sang Masterpiece kehidupan kita. Dengan siapa kita menikah atau apakah kita menikah/ tidak, itu pilihan kita, tapi tetap libatkan Tuhan atas kehendakNya yang sempurna dalam hidup kita. Pernikahan adalah salah satu kehendak Tuhan yang sempurna untuk mengerjakan rancanganNya bersama-sama dengan pasangan anda. Namun mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya, mencari kehendak Tuhan dalam hidup kita dan hidup di dalamnya, adalah prioritas utama kita. Maka yang lainnya akan ditambahkan, akan menjadi bonus dari Tuhan ( Matius 6: 33). 


Ketika Ishak hidup dalam kesehariannya.

Gaya hidup Ishak terkenal dengan ketenangan dan rasa percayanya yang besar kepada ayahnya. Selain itu ia menyayangi ibunya, sehingga ia sedih berkabung ketika ibunya meninggal. Bagaimana kita percaya, mengasihi dan taat pada orang tua kita, akan membawa bagaimana kita memperlakukan istri dan anak kita kelak. Penulis kitab ini tidak mendapatkan bahwa Ishak begitu sibuk mencari pasangan hidupnya, tetapi penulis mendapatkan bahwa ia datang dari arah Sumur Lahai Roi ( Beer-Lahai-Roi) dan selama ini ia tinggal di tanah Negeb( Kejadian 24:62).

tanah Negeb
Tanah Negeb adalah daerah di sebelah selatan yang saat itu hanya dapat dikerjakan pada tempat-tempat tertentu, sebab airnya hanya sedikit sekali, namun suatu ketika strategis sebagai kubu pertahanan dan ekonomis. Sedangkan Beer Lahai Roi berarti "Dia Yang Memperhatikan Aku/well of the Living One seeing me". Saya percaya dalam kesehariannya, Ishak belajar mengusahakan tanah yang kemungkinan besar adalah tanah kelahirannya, hidup sederhana dan membiasakan diri untuk menabur di tanah yang tidak berpotensi menguntungkan. Di tanah itulah, ia mengasah iman dan ketekunannya berkarya bagi Allah. Di tanah itulah ia seakan-akan berada dalam keheningan dan penulis kurang mendapatkan informasi saksi mata tentang apa saja yang ia lakukan di tanah Negeb. Kalimat "datang dari arah Beer Lahai Roi" begitu menunjukkan suatu misteri kedalaman hati tersembunyi antara Ishak dan Allah. Ishak hanya memandang The Living One dan sebaliknya Allah The Living One juga memperhatikannya. Seperti Allah yang tahu kapan saatnya Adam membutuhkan Hawa, Allah juga yang memperhatikan Ishak dan tahu kapan ia membutuhkan penolong yang sepadan. Keunikannya dalam kisah ini, ayah dan hamba ayahnyalah yang bingung berpikir dan sibuk tentang pasangan hidup Ishak. Di sini kita dapat tahu pasti bahwa memberikan pasangan hidup bagi Ishak adalah inspirasi kehendak Tuhan, bukan sekedar keinginan manusia.

Para pria, jangan sampai fokus kita bergeser dari Allah, kepada keinginan untuk mencari pasangan hidup. Kita harus berlatih rajin, tekun dan bertanggung jawab mulai sekarang dalam keseharian kita, dalam keuangan, dalam ketrampilan yang terus diasah, dalam pelayanan bahkan dalam komunitas sosial kita. Kita harus belajar rajin, tekun, tenang, bersyukur, dan berpengharapan di "tanah" mana Tuhan menempatkan kita. Kita harus belajar mengucapkan berkat dan bukan hidup dalam putus asa atas "tanah" kita. Selain itu, belajar tidak memberontak dan rendah hati kepada orang yang berotoritas atas kita, rekan-rekan kita, baik dalam kerohanian maupun dalam keluarga kita. Kita para pria kadang segan untuk berkata maaf, kadang juga tidak mau menerima tanggung jawab kepemimpinan dan pelayanan, padahal saat itulah karakter kita sebenarnya sedang dibangun dan dilihat oleh semua orang. Karakter adalah siapa diri kita dalam kegelapan, ketika orang lain tidak melihat kecuali Allah yang melihat. Para pria, milikilah karakter dan sikap yang benar saat kita memandang dan bereaksi terhadap kehidupan sekitar. 

Saya sedikit tidak setuju jikalau ada kiasan "woman in waiting" bagi wanita, maka bagi pria adalah "man in searching". Karena tidak pernah saya temukan di Alkitab, para tokoh pria dalam Tuhan sibuk mencari-cari siapakah pasangan hidupnya kelak, melirik ke sana kemari, bertanya-tanya apakah si A, apakah si B. Bagi saya yang tepat, para pria adalah "man in commitment", yaitu para pria yang mau dilatih bertanggung jawab dalam hidupnya, dilatih siap untuk berkomitmen dalam kekudusan, dilatih berkomitmen untuk lebih mengasihi Tuhan. Bukan sekedar mencari hubungan tanpa arah dan komitmen yang jelas, tapi benar-benar hidup dalam kesiapan untuk komitmen. Mengapa para pria gagal menjadi ayah dan suami, mengapa para istri berselingkuh, mengapa anak tidak suka berada dekat ayahnya, karena keluarga tidak menemukan figur seorang pria yang bertumbuh dewasa yang hidup dalam komitmen. Para pria kadang sukar dididik dan mau berubah, sehingga susah menyerupai Kristus. Tidak salah jika Amsal 8 menyerukan para pria, calon suami dan ayah supaya hidup dalam didikan dan takut akan Tuhan.

Hanya wanita yang mengasihi Tuhan, yang menginginkan seorang pria yang tampil menjadi pemimpin yang berkomitmen dan takut akan Tuhan, sehingga ia rela untuk dipimpin oleh pria tersebut; seorang pria yang mengasihi dirinya setelah Tuhan. Hanya seorang wanita yang mengasihi Tuhan, yang mengagumi seorang pria yang juga mengasihi Tuhan.

Ketika Ribka hidup dalam kesehariannya.

Istilah "Woman in waiting" adalah bukan berarti kondisi seorang wanita hidup pasif, tidak dinamis dan produktif; namun bagaimana ia memanfaatkan hidup melajangnya sebagai kesempatan mempersiapkan dirinya dan berkarya bagi Tuhan Yesus, Kekasihnya yang sejati. Tuhan tidak memerintahkan wanita menjadi pasif, dan saya pikir kebanyakan semua pria tidak tertarik dengan wanita yang pasif dan tidak produktif.

Kejadian 24: 15-16 datanglah Ribka, yang lahir bagi Betuel, anak laki-laki Milka, isteri Nahor, saudara Abraham; buyungnya dibawanya di atas bahunya . . . ia turun ke mata air itu dan mengisi buyungnya, lalu kembali naik.

Bagi Ribka, kesehariannya untuk setiap petang hari turun ke mata air, mengisi buyung air lalu kembali naik, bukanlah suatu yang istimewa... dan terkesan hanya sebagai tanggung jawab dan bakti dari seorang anak dan seorang saudara perempuan untuk melayani orang tua dan saudara-saudara lakinya. Namun disitulah Tuhan mempersiapkan dia untuk memiliki sikap cepat tanggap dan tidak setengah-setengah menolong orang lain. Kebijakan, kesetiaan dan ketekunannya pada hal tersebut yang akhirnya menempatkan dia di tempat yang tepat dan saat yang tepat ketika Tuhan mau menjodohkan dirinya dengan Ishak. Maka dari itu kita tidak boleh meremehkan apa yang Tuhan percayakan pada kita, walau hal yang sekecil apapun berharga di mataNya. Jika seorang pria waras di hadapan Tuhan, hal semacam itulah yang membuat daya tariknya untuk ingin mengenal anda, para wanita. Tidak heran Amsal 31 adalah pasal populer tentang wanita sebagai seorang istri dan ibu yang cakap dan bijak. Jika kita bijaksana, kita akan melihat tugas-tugas kita bukan sebagai cara-cara yang tidak penting untuk menunggu waktu yang baik atau menghabiskan waktu, tapi sebagai batu loncatan yang melemparkan kita masuk ke dalam rencana dan tujuan Allah bagi masa depan kita.

Bagaimana nantinya ia mengakali suaminya dalam hal Yakub beroleh warisan anak sulung, dapat dilihat bahwa Ribka adalah seorang yang cerdik, cakap mengajar dan berkemauan keras untuk yang terbaik buat orang yang dikasihinya. Ribka bukan seorang perempuan yang berjiwa lemah, ia tangguh dan mandiri, namun tetap menghormati suaminya dan mau mempertahankan kemurnian keluarga dan keturunannya. Ia tidak memaki dan tidak membenci suaminya tentang motivasi suaminya yang salah pada Esau, anak mereka. Ia juga tidak mau anak-anaknya menikah dengan orang Kanaan. Ribka juga orang yang gigih mempertahankan janji Allah, walau ia berusaha membantu Allah menggenapi janjiNya.

Ribka yang arti namanya "tali yang tersimpul di suatu titik", adalah seorang wanita yang benar-benar baru membuka dan memberikan seluruh hati dan hidupnya kepada pria yang siap berkomitmen dan mau terikat dengan pernikahan. Bagaimana dengan anda?




Pekerjaan sang Masterpiece yang mempertemukan

Mereka berdua sedang memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya masing-masing dengan setia, sebelum mereka dipertemukan oleh Tuhan. Karakter mereka dibangun jauh sebelum sang ayah mau mencarikan Ishak seorang pasangan hidup. Mereka harus memiliki hubungan pribadi yang dinamis dan sedang bertumbuh ke arah Kristus. ..dan suatu ketika saatnya tiba mereka akan dipertemukan oleh Tuhan dan saling bercermin untuk yang pertama kalinya. Satu hal yang harus kita pegang adalah kita menikah bukan kelak menjadi lebih baik, malahan pernikahan menjadi cermin satu sama lain yang mengikat, pria dan wanita akan memiliki pertukaran karakter dari pasangannya. Karakter diri kita yang sesungguhnya akan tampak pada diri pasangan kita. wow.. itu menakutkan dalam bayangan saya jika salah satu pasangan belum memiliki karakter Kristus.

Kejadian 24: 63-67 Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang. Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya. Katanya kepada hamba itu: "Siapakah laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?" Jawab hamba itu: "Dialah tuanku itu." Lalu Ribka mengambil telekungnya dan bertelekunglah ia. Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang dilakukannya. Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya...

Dalam pernikahan mereka, Tuhan setuju, ayah kedua mempelai setuju dan hamba Abraham juga setuju. Begitu indah cara Tuhan bekerja dan menyatukan kedua karakter yang berbeda ini dalam 1 keluarga. Ishak dan Ribka percaya bahwa mereka sudah ditetapkan oleh Tuhan, karena mereka mengenal Allah yang mempertemukan mereka. Pernikahan adalah kehendak Tuhan atas mereka untuk mengerjakan rencanaNya yang lebih mulia lagi.. dan kita tahu bahwa sebentar lagi ada cikal bangsa Israel yang akan keluar dari buah cinta mereka.

0 comments:

Posting Komentar