Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan- Roma 12:11
Stagnan atau dalam kondisi terhenti, sering dialami saat kita terjebak dalam pekerjaan yang sifatnya rutinitas. Kita mungkin sudah terbiasa dengan kehidupan sehari-hari kita. Mungkin saat ditanya oleh rekan/ saudara seiman tentang bagaimana keadaan rohani kita, kita berkata, "ya biasa-biasa saja!". Kesibukan atau melakukan pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, cukup membuat kita kehilangan hasrat/ gairah untuk hidup dalam pengenalan akan Tuhan setiap hari. Atau sebaliknya, kita sudah meluangkan waktu saat teduh dengan baik setiap hari, membaca Alkitab 4 pasal atau lebih setiap hari, menjaga mezbah doa setiap hari, namun ada saat masa tertentu kita merasa bahwa hidup kita tidak memiliki gairah/ cinta akan Tuhan. Kenapa itu bisa terjadi? Tidak heran Paulus mengatakan kepada jemaat Tuhan agar kerajinan kita tetap terikat kuat, api roh kita menyala-nyala dan tetap giat melayani Tuhan.
Stagnan kadang dapat diidentikkan dengan hati yang suam-suam, tidak panas, tidak dingin, melempem (Wahyu 3: 15). Pernahkah kita makan krupuk yang sudah melempem, rasanya seperti makan plastik/karet, tidak terdengar "kriuk-kriuk"-nya. Sebenarnya, masa itu adalah saat jiwa kita mengalami kejenuhan, datang ke ibadah mulai dirasakan sebagai kewajiban. Tuhan tidak menyukai keadaan rohani kita yang melempem, walaupun kita masih melakukan kehidupan ibadah dengan baik dan teratur. Namun, bukan berarti kita tidak mempertahankan kebiasaan yang baik dan benar. Ketika Tuhan berkata kepada kita, "nak, Aku ingin sebuah hubungan bukan rutinitasmu!", itu bukan berarti bahwa Tuhan tidak menginginkan kita hidup dalam kebiasaan yang baik dan benar. Bukan berarti bahwa kita boleh tidak bersaat teduh, boleh tidak ke gereja. Bukan berarti kita menurunkan standar rohani kita, misal yang dulu baca 4 pasal setiap hari, sekarang 2 pasal setiap hari. Itu pikiran yang salah. Yang Tuhan maksud adalah upgrade kehidupan kita, lakukan kehidupan yang dinamis. Saat saya terbiasa mengangkat beban 5 kg, berarti sudah saatnya saya mengangkat beban 10 kg. Saat saya terbiasa membaca Alkitab dan mulai terjebak dalam kejenuhan, saya harus memikirkan ide bagaimana supaya Alkitab tetap menarik untuk dibaca yang kesekian kalinya. Anda mengerti maksud saya? Bukan berarti, karena saya terbiasa mengangkat beban 5 kg, lalu saya menurunkan standar saya mengangkat beban menjadi 2 kg.

Nah, bagaimana dengan diri anda, bagaimana anda menyiasati hidup anda agar tidak terjebak dalam rutinitas harian dan stagnan, tanpa menurunkan standar rohani maupun kebiasaan kita yang baik dan benar?
Jika dunia mengajarkan bahwa ambisi adalah antibodi dari stagnasi, Maka saya bilang antibodi dari stagnasi yang dialami anak-anak Tuhan adalah merenungkan kembali Firman Tuhan, kasihNya, dan mulai upgrade kehidupan kita dengan disiplin rohani.
"Mari nyalakan apimu, para transformer !"
“Carilah dahulu Kerajaan Allah serta kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)
rutinitas emang terkadang sukses menjebak manusia dengan hal-hal yang tanpa di sadari menjauhkan kita dari Dia........................
BalasHapustrimakasih Tuhan,disaat saya merasakan apa seperti ini,ada jawaban melalui tulisan ini
BalasHapusTERIMAKASIH