Rabu, 20 Juli 2011

Hidup tanpa Tuhan

Sharing Firman untuk murid-murid SMA 18 juli 2011

2 Tawarikh 33:1-6 Manasye berumur dua belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh lima tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem...  Ia melakukan banyak yang jahat di mata TUHAN, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya.

Manasye adalah anak dari seorang raja yang takut akan Tuhan, yaitu raja Hizkia. Ternyata tidak jarang juga kita temukan dewasa ini, orang tuanya cinta Tuhan, keluarga baik-baik, namun tingkah laku anaknya sangat bertolak belakang dengan orang tuanya. Manasye adalah seorang anak yang tumbuh di saat seorang ayah sedang sibuk-sibuknya bekerja sehingga kurang meluangkan waktu bersama anaknya. Saat itu, Hizkia mengalami masa kejayaan pemerintahan sebagai raja. Ia sibuk mengurusi ekspansi kerajaan, memamerkan ke sana kemari, sempat menjadi angkuh dan lupa bahwa itu semua karna berkat Tuhan ( 2 Taw 32:25-30). Manasye memiliki arti nama, yaitu "Lupa"; Raja Hizkia lupa mengajarkan nilai-nilai ilahi kepada anaknya ini, sehingga Manasye bertumbuh sebagai raja yang melupakan Allah Israel.

Coba cek dalam kehidupan kita, apakah kita adalah anak yang kurang mendapat perhatian dan waktu bersama dengan orang tua kita. Sebenarnya tidak ada anak yang nakal atau jahat, yang ada adalah anak yang kurang mendapat pengajaran yang benar dan perhatian yang cukup dari orang tua, sehingga mereka meng"aktualisasi diri" melalui komunitas yang lain, seperti di sekolah. Saya cukup memperhatikan teman-teman SMA saya yang dulu. Ketika di sekolah, mereka dijuluki nakal, ramai, suka omong kotor; namun ketika di rumah, atau bersama orang tua, mereka berbeda 180 derajat, mereka menjadi lebih "alim" daripada tingkah lakunya di sekolah.Orang tua yang terlalu otoriter, mengekang, memanjakan atau bahkan tidak peduli dengan pertumbuhan kedewasaan anaknya, akan membuat si anak bertumbuh ke arah yang salah. Orang tua yang "lupa" akan menghasilkan anak yang "lupa" juga. Apakah kita sekarang juga sedang melupakan Tuhan? Beberapa ciri orang yang melupakan Tuhan antara lain ia tidak serius dalam kehidupan, asal-asalan sekolah dan kerja, sukar mendengarkan teguran dan ajaran Firman Tuhan.

"Manasye berumur dua belas tahun pada waktu ia menjadi raja ". Pada usia yang seharusnya ia masih belajar begitu banyak tentang kehidupan, pada usia yang seharusnya ia masih bermain-main dengan anak seusianya, ia harus menanggung beban tanggung jawab begitu besar untuk menjadi raja; saat itu ayahnya meninggal. Pernahkah suatu ketika dalam kehidupan kita, tiba-tiba ada perubahan besar yang memaksa kita menanggung beban yang besar, seperti mungkin kita tidak bisa melanjutkan studi di sekolah dan harus bekerja untuk keluarga kita. Pasti muncul semacam kekecewaan dalam diri kita yang sebenarnya ingin sekolah. Ini mungkin yang dialami oleh Manasye juga. Kekecewaan dan tidak adanya nilai ilahi membuat raja Manasye seperti "kuda liar yang lepas dari kandang". Pada masa mudanya menjadi raja, ia melakukan hal-hal yang menyakiti hati Tuhan.

"Ia melakukan banyak yang jahat di mata TUHAN, sehingga ia menimbulkan sakit hati-Nya". Teman-teman, Tuhan kita itu menghitung dan menimbang-nimbang hidup kita. Ia mengganjar sesuai perbuatan kita ( Yeremia 32:19). Suatu ketika, tiba-tiba Ia bisa menghajar kita karena sedemikian lama melupakan Dia dan melakukan hal-hal yang tidak berkenan di mataNya.

Pengkhotbah 11:9; 12:1 Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan. Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu.

Hari ini, Tuhan sedang menyindir kita melalui ayat ini. Tuhan membiarkan kita menuruti kemauan hati dan mata kita, berbuat seenaknya dan semaunya sendiri tanpa ada larangan, tapi diam-diam Ia tetap menghitung semua perbuatan kita dan tiba-tiba kita harus membayar apa yang kita tabur. Kita menuai apa yang kita tabur. Kalau kita tidak menabur keseriusan dan ketekunan dalam hidup kita, tidak sungguh-sungguh belajar di sekolah, maka kegagalan yang akan kita tuai suatu ketika. Belajar hidup dalam kenyataan. Jika kita dari keluarga yang kurang mampu, ya jangan memaksa membeli barang-barang yang kurang perlu, seperti Blackberry, atau speda montor baru. Cukupkan diri dan jadilah tangguh. Orang yang sukses berasal dari orang yang mau tekun menghidupi kenyataan dan menjadi tangguh menghadapi masalah. Banyak artis dunia memilih operasi plastik di wajah dan banyak yang bunuh diri, karena tidak mau menjadi tangguh dan memilih hal-hal yang instan. Kalau ada pelajaran yang membosankan, guru yang membosankan, ya jangan bolos, jangan lari dari kenyataan. Hadapi kenyataan itu dengan ketekunan. Kita pasti menuai sesuatu yang berharga dari semuanya itu. Ada teman saya yang di masa SMA yang asal-asalan, akhirnya waktu kuliah ia tidak tamat karna di samping sering bolos, keluarga lagi mengalami masalah keuangan, ternyata sampai sekarang ia mengeluh, dan sering gonta ganti pekerjaan. Ia menuai apa yang ia tabur. Pilihan untuk menjadi tidak tekun semasa SMA akhirnya begitu mengikat dia di masa kerja dan menjadi karakter yang buruk, memilih hal-hal yang instan. Berbohong, membolos, menyontek  dan melakukan hal-hal yang buruk lainnya, itu adalah pilihan di awalnya, namun lama-lama itu akan menjadi kebiasaan dan karakter buruk yang begitu mengikat kita.

2 Tawarikh 33:9 Tetapi Manasye menyesatkan Yehuda dan penduduk Yerusalem, sehingga mereka melakukan yang jahat lebih dari pada bangsa-bangsa yang telah dipunahkan TUHAN dari depan orang Israel.

Hati-hati dengan teman kita yang bisa menyesatkan kita. Mungkin awal kita masuk di SMA, kita baik-baik saja, namun karena "sungkan" dengan teman-teman pergaulan kita, kita malah tertular untuk ikut hal-hal yang tidak benar. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik- I Kor 15:33. Mari, jika ada teman kita yang melakukan hal yang benar, jangan dihina, tapi teladani dia, "support" dia.

2 Tawarikh 33:11 Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel.

Inilah yang saya maksudkan dengan tiba-tiba Tuhan menghajar kita karena semua kesalahan kita. Kita menuai kebingungan, terbelenggu dengan Babel "kebingungan dan kacau balau" di masa depan. Ada kisah nyata yaitu anak SMA yang akhirnya menuai kesalahannya. Dari rumah, ia kelihatan memakai seragam sekolah untuk sekolah, tapi ternyata ia tidak ke sekolah. Sering membolos waktu pelajaran. Sering ditegur oleh pihak BP. Kebohongan itu ia terus tutupi. Orang tuanya tidak pernah tahu. Akhir tahun, ia dinyatakan tidak naik kelas. Orang tuanya kaget karena jumlah ketidakhadiran yang tertulis di rapor. Akhirnya orang tuanya marah dan kecewa. Adik-adik, itu tanda kalau Tuhan mengasihi anak itu, sehingga Ia menghajarnya (Ibrani 12:7). Bersyukur, ia sadar dan bertobat dari kesalahannya. Mungkin itu contoh yang sepele, namun hukum tabur tuai itu tetap berlaku sampai sekarang ini. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana jika perbuatan dosa terus dibiarkan oleh Tuhan, tanpa Tuhan berusaha mengingatkan akan dosa dan kesalahannya, maka pastilah Tuhan dengan sengaja membiarkan jiwa orang tersebut binasa dalam neraka, seperti Firaun yang demikian dikeraskan hatinya oleh Allah Israel di zaman Musa.

2 Tawarikh 33:12-13 Dalam keadaan yang terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya, dan berdoa kepada-Nya. Maka TUHAN mengabulkan doanya, dan mendengarkan permohonannya. Ia membawanya kembali ke Yerusalem dan memulihkan kedudukannya sebagai raja. Dan Manasye mengakui, bahwa TUHAN itu Allah.

Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang menerima kita tanpa syarat. PenerimaanNya tanpa syarat. Jika kita mengaku dosa dan pelanggaran, bertobat, maka Ia akan memulihkan dan melepaskan kita dari Babel ( I Yoh 1:9). Selanjutnya Manasye menjadi raja yang radikal dan takut akan Tuhan, namun demikian sejarah tetap mencatat masa kekelamannya yang besar sampai sekarang. Adalah lebih baik bagi kita untuk tidak meninggalkan jejak-jejak kekelaman yang panjang dalam hidup kita. Saya tidak mau usia hidup perjalanan saya, ternyata ditemukan bahwa sebagian besar adalah masa kebodohan dan masa penuh kejatuhan dalam dosa.

0 comments:

Posting Komentar