Yohanes 11:44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.
Tidak sedikit dari kita mengalami seperti yang dialami Lazarus. Ia bangkit dari kematiannya, namun kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan, mukanya masih tertutup dengan kain peluh. Kita pun pernah dibangkitkan dari kematian, yaitu saat pertama kali kita dilahirkan kembali, lahir baru dalam Kristus. Sebagai seorang yang dilahirkan baru, Paulus mengajarkan bahwa manusia lama kita sudah hilang kuasanya, sehingga hidup kita yang lahir baru tidak lagi ada ikatan ataupun takluk pada manusia lama ( Roma 6: 3-6). Namun, terkadang hidup baru kita tidak sepenuhnya maksimal melayani dan mengikut Tuhan, karena ada kain-kain kapan yang mengikat tangan dan kaki kita, ada kain peluh yang menutupi wajah kita, sehingga wajah kita tidak memancarkan kemuliaan Tuhan.
Trauma masa lalu
Contoh trauma yang pernah kita alami : Pernah dilecehkan, mengalami penolakan dari komunitas/keluarga, perkataan-perkataan negatif dari orang tua yang menyakiti, pernah mengalami kehilangan seseorang yang kita cintai, ataupun mengalami kejatuhan/ kegagalan yang begitu dalam. "Kain" ini membawa kita memiliki gambar diri yang salah maupun pemahaman yang tidak benar tentang orang lain. "Kain" ini begitu mengikat tangan dan kaki kita sehingga kita tidak leluasa untuk berlari dalam pertandingan iman kita (Ibrani 12:1). Bahkan membuat terjadi keretakan dan kerenggangan dalam suatu hubungan. Kain ini harus segera ditanggalkan dengan cara mengambil keputusan berubah dan komitmen yang benar di hadapan Tuhan. Dengan terus meluangkan waktu bersama Tuhan dalam hadiratNya setiap hari setiap saat, respon dan gambar diri kita akan terus disempurnakan dan memancarkan kemuliaan Bapa. Amin
Keinginan manusia lama yang dibiarkan liar
Kita tidak lagi diperhamba oleh kuasa manusia lama (Roma 6:6), namun "Kain" keinginan manusia lama masih bisa melekat dan mempengaruhi jiwa kita. Jika kita menyerahkan hidup kita di bawah dosa (yang sebenarnya sudah tidak berkuasa lagi atas kita), maka kita bisa diperhamba dan malah diikat lebih kuat oleh dosa tersebut, sehingga manusia lama kita berkuasa lagi ( Roma 6:12-13). Oleh karena itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa yang harus kita lakukan dalam mengikut Dia adalah menyangkal diri dan memikul salib kita juga. Tindakan menyangkal diri di sini maksudnya bukan memungkiri kelemahan kita atau sekedar mengatakan hal-hal yang memotivasi diri. Namun lebih ditekankan pada percaya bahwa dirinya adalah manusia baru oleh anugrah Tuhan. Bukan lagi manusia lama yang berkuasa dalam dirinya tapi Tuhan. Menyangkal diri adalah menyadari kelemahan kita, kita tidak bisa apa-apa tanpa Tuhan, bergantung pada pimpinan dan kekuatanNya saja setiap hari. Jika kita mau menundukkan keliaran keinginan manusia lama kita setiap hari di bawah kehendak Tuhan, maka keinginan Rohlah yang akan semakin kuat ( Roma 8:6; Galatia 5:17 )
"Sesuatu" yang dibangun oleh keturunan/ keluarga kita
Apakah "sesuatu" itu? "Kain-kain" tersebut berupa tradisi-tradisi nenek moyang yang jelas bertentangan dengan Firman Tuhan. Misalnya tradisi sembahyang kepada leluhur, mungkin kita enggan atau sungkan untuk menolak kemauan keluarga kita. Strategi menghancurkan "sesuatu" yang sudah berakar turun temurun memang harus berhikmat. Menentang/ menolak mentah-mentah bukanlah jalan satu-satunya. Yang terpenting adalah bagaimana kita berdampak positif bagi keluarga kita. Bukannya mengurangi kesetiaan kita dalam mengikut Tuhan, melainkan dengan lemah lembut menuntun keluarga kita kepada Terang yang ajaib melalui doa dan cara hidup yang benar. ( 2 Timotius 2:25).
Paradigma/ prinsip yang belum diubahkan
Dari kecil sampai sekarang, sering kita mendapat pendapat yang kita rasa tepat (padahal bertentangan dengan Firman Tuhan) untuk diadopsi sebagai bagian dari pola pikir dan prinsip hidup kita, misal anak cowok tidak boleh menangis; anak pertama harus sukses dan membantu orang tua dan adik-adiknya; ibadah itu buang waktu saja dan tidak berguna, lebih baik bekerja atau lakukan hal yang lebih berguna. Hal-hal semacam itulah yang dikatakan Paulus sebagai benteng-benteng yang berkubu dalam pikiran ( 2 Korintus 10:5). "Kain" paradigma yang salah akan melahirkan respon dan perbuatan yang salah dan tidak berkenan di mata Tuhan, sedangkan hidup kita ini selalu membutuhkan perkenanan Tuhan untuk mau menuntun dan memberi kita kemenangan. Paulus memberikan solusi untuk masalah tersebut, yaitu senantiasa menawan paradigma tersebut di bawah Kristus dan kita belajar mengadopsi pikiran Kristus melalui FirmanNya, supaya kita sejalan dan seirama denganNya. Amin
0 comments:
Posting Komentar