Salah satu ciri seorang anak adalah berusaha meniru orang tuanya. Biasanya anak perempuan mencoba meniru ibunya dan ia pertama kali banyak belajar tentang sikap seorang lawan jenis melalui ayahnya dan bagaimana ayah tersebut memperlakukan istrinya. Demikian juga sebaliknya bagi anak laki-laki. Dari sejak kecil, saya memiliki kedekatan dengan ayah saya; walaupun sebagai anaknya, saya juga nakal. Setiap kali ayah saya berkhotbah di depan mimbar, saya sering membuat keramaian, mengelilingi ruang ibadah, berlari ke sana kemari; Namun hal itu tidak mengurangi cinta ayah kepada saya. Terkadang ibu saya membuatkan baju jas dan mengenakannya kepada saya ketika ayah mengenakan jasnya dan hendak berkhotbah. Tidak ada hal lain yang lebih berkualitas daripada saat saya berjalan bergandengan tangan dengan ayah saya. Kedekatan itu membuat saya ingin meniru dirinya dan mencari-cari sosok seorang ayah dari dirinya.
Ketika ayah saya meninggal, saya kehilangan sosok seorang pria yang menjadi gambar diri saya, terlebih saya mengalami kebingungan dan merasa menjadi anak yang berbeda dari anak-anak seusia saya. Sepuluh tahun lebih saya mencari figur seorang ayah melalui orang-orang lain, salah satunya melalui para pemimpin dan kakak rohani saya; namun saya malah memasang tolak ukur idealis seorang ayah, sehingga membuat saya kecewa dan terluka dengan para pemimpin karena tidak sesuai dengan tolak ukur keinginan saya. Perjalanan pencarian itu yang menyusahkan hati dan menguras air mata, akhirnya membawa saya bertemu dengan pribadi Bapa dan menerimaNya sebagai Bapa dalam hidup saya. Mengenal Allah Bapa buat saya adalah hal tidak mudah, karena KehadiranNya tidak bisa dilihat secara fisik. Namun saya bersyukur beberapa kali, Ia menyatakan diriNya melalui mimpi, impresi dan beberapa hal supranatural yang tidak bisa saya sebutkan di sini. Itulah Bapa, sampai sedetilnya Ia ingin menyatakan diriNya dan kasihNya kepada kita yang mau mengenalNya, yang mau memburuNya. Saya ingat sepuluh tahun yang lalu, saya pernah berdoa, "Bapa, siapakah Engkau? Aku ingin mengenalMu, kenalkanlah diriMu, ya Bapa!". Perkataan itu ditangkap oleh Bapa.. dan Ia menangkap saya sampai hari ini. Apakah anda mengerti maksud cerita saya. Bapa menunjukkan diriNya, kepada mereka yang mau mencariNya dengan sungguh-sungguh dari hati terdalam.
Ketika ayah saya meninggal, saya kehilangan sosok seorang pria yang menjadi gambar diri saya, terlebih saya mengalami kebingungan dan merasa menjadi anak yang berbeda dari anak-anak seusia saya. Sepuluh tahun lebih saya mencari figur seorang ayah melalui orang-orang lain, salah satunya melalui para pemimpin dan kakak rohani saya; namun saya malah memasang tolak ukur idealis seorang ayah, sehingga membuat saya kecewa dan terluka dengan para pemimpin karena tidak sesuai dengan tolak ukur keinginan saya. Perjalanan pencarian itu yang menyusahkan hati dan menguras air mata, akhirnya membawa saya bertemu dengan pribadi Bapa dan menerimaNya sebagai Bapa dalam hidup saya. Mengenal Allah Bapa buat saya adalah hal tidak mudah, karena KehadiranNya tidak bisa dilihat secara fisik. Namun saya bersyukur beberapa kali, Ia menyatakan diriNya melalui mimpi, impresi dan beberapa hal supranatural yang tidak bisa saya sebutkan di sini. Itulah Bapa, sampai sedetilnya Ia ingin menyatakan diriNya dan kasihNya kepada kita yang mau mengenalNya, yang mau memburuNya. Saya ingat sepuluh tahun yang lalu, saya pernah berdoa, "Bapa, siapakah Engkau? Aku ingin mengenalMu, kenalkanlah diriMu, ya Bapa!". Perkataan itu ditangkap oleh Bapa.. dan Ia menangkap saya sampai hari ini. Apakah anda mengerti maksud cerita saya. Bapa menunjukkan diriNya, kepada mereka yang mau mencariNya dengan sungguh-sungguh dari hati terdalam.