Rabu, 14 Juli 2010

Belajar dari Ishak yang tinggal tenang dalam Tuhan

Ishak adalah seorang yang seumur hidupnya tidak pernah bertengkar, tidak mengadakan perlawanan. Dia adalah tipe orang yang lebih baik mengalah dalam pertengkaran. Ia memiliki sikap hati yang tidak keras dalam setiap pertentangan dan permusuhan yang berkali-kali terjadi. Dia adalah tipe orang yang memiliki respon hati yang benar di hadapan Tuhan. Ingat, bukan seperti orang yang hanya kelihatan mengalah tapi hatinya dongkol atau panas. 

Dia menghormati ayahnya, Abraham, tidak menolak ayahnya yang mau membunuh dia, namun malah menaatinya, maka dari itu Allah tidak segan menyebutkan diriNya sebagai Allah Abraham dan Allah Ishak. Secara langsung Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa berkat ayahnya turun kepadanya. Dia adalah tipe orang yang patut kita teladani tentang ketaatan dan rasa hormat kita kepada orang tua, pemimpin rohani, ayah/ibu rohani. Dia adalah orang yang disebutkan Tuhan dalam Mazmur 91:1-2 adalah  Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan yang bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa, yang berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."

Kejadian 26:3-5 . . . Aku akan menyertai engkau (Ishak) dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku."


Ingat Ishak, Ingatlah Tuhan yang humoris

Mengingat Ishak, pastilah kita mengingat siapakah Abraham dan Sara, orang tuanya. Arti nama Ishak adalah “tertawa”, karena Janji Tuhan membuat Abraham dan Sara tertawa. Tuhan menjanjikan kepada mereka tentang lahirnya seorang anak dari mereka, padahal saat itu Abraham telah berusia lanjut dan Sara telah mati haid. Seperti mereka, kita menertawakan kemustahilan janjiNya. Atau mungkin saja, kita ditertawakan oleh orang lain. “Bagaimana mungkin Firman Tuhan digenapi, kenyataannya …Akal sehat dan logika manusia kita mengatakan kemustahilan dan membuat kita menertawai dan ditertawakan oleh orang lain. Itulah Tuhan kita, Dialah Allah yang membuat kita tertawa karena JanjiNya yang kita anggap mustahil dilakukan, namun juga akan membuat kita tertawa karena terheran-heran bagaimana Tuhan menggenapi JanjiNya.

Kejadian 17:17 Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam  hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?"

Kejadian 18:12 Jadi tertawalah Sara dalam  hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?"

Kejadian 21:6-7 Berkatalah Sara: "Allah telah membuat aku tertawa; setiap orang yang mendengarnya akan tertawa karena aku."  Lagi katanya: "Siapakah tadinya yang dapat mengatakan kepada Abraham: Sara menyusui anak? Namun aku telah melahirkan seorang anak laki-laki baginya pada masa tuanya."

Ketika Tuhan Allah menciptakan dunia, bukan hanya menciptakannya secara indah, namun menciptakannya secara menarik. Tuhan menciptakan kita dengan kehidupan yang penuh tantangan dan rintangan di sekeliling kita. Kehidupan itulah yang membuat hidup kita lebih berwarna dan menarik. Kita akan  tertawa, sangat mensyukuri dan bersorak sorai ketika rintangan yang sangat sulit kita hadapi, tiba-tiba terselesaikan dengan begitu mudahnya berkat pertolonganNya. Saya yakin, kita pasti pernah mengalaminya, saya juga pernah mengalaminya. Kehidupan seperti itulah yang membuat kita lebih bertumbuh dan dewasa dalam iman, kita akan semakin mengenal hati dan caraNya bertindak.


Mendapat warisan, karena dia taat dan menghormati orang tuanya

Ishak dibesarkan dengan hati yang tidak berontak atau kepahitan, karena ayah yang pernah mau membunuhnya. Ishak tumbuh sebagai anak yang tenang dan taat di bawah asuhan ayah dan ibu yang telah mengalami proses pemurnian iman. Dia belajar iman dari ayahnya dan ketaatan dari ibunya. Sebagaimana kita melihat kehidupan Ishak yang hidup damai, membuat kita berpikir bagaimana Abraham, sang ayah mendidik Ishak dan mewariskan pengenalan akan Tuhan pada hari-hari biasa. Agaknya Abraham menceritakan dari hati ke hati kepada anaknya tentang perjalanan hidupnya dari ketika Tuhan memanggil dirinya; dan Ishak benar-benar mengingat semua nasihat yang diajarkan oleh ayah ibunya ini.

Kejadian 24:2-7  Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: . . .  engkau  harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku. TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah memanggil aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, . . . Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku.

Kejadian 24:62-67 Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang. Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya. Katanya kepada hamba itu: "Siapakah laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?" Jawab hamba itu: "Dialah tuanku itu." Lalu Ribka mengambil telekungnya dan bertelekunglah ia.  Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang dilakukannya.  Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam  kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya . . .

Abraham juga yang memilihkan seorang istri buat Ishak melalui hambanya yang takut akan Tuhan. Abraham percaya akan campur tangan Tuhan bahwa Tuhan telah memberikan yang terbaik melalui caraNya. Jika melalui cerita tersebut, cara Tuhan bekerja untuk mempertemukan Ishak dan Ribka adalah melalui hamba ayahnya; maka di saat ini, cara Tuhan bekerja mempertemukan pasangan hidup kita adalah melalui Roh Kudus, Pribadi Allah yang senantiasa ada dalam hati kita dan yang bekerja di antara kita semua. Saran dan nasihat dari pemimpin, kakak dan ayah/ibu rohani kita sangat penting sebagai bahan pertimbangan apakah murni/ tidak suara Tuhan dalam hidup kita atas calon pasangan hidup. Mereka bukanlah “mak comblang” atas hidup kita, namun wejangan-wejangan dari orang yang mencover hidup kita tidak boleh kita remehkan. Yang saya herankan adalah Ishak tidak bingung dan sibuk mencari pasangan hidupnya; Yang bingung berpikir dan sibuk, malah ayahnya dan hamba ayahnya. Percayalah, jika kita menjadi orang yang berkenan di hatiNya, Tuhan Ayah kita melalui Roh Kudus, yang akan "sibuk bekerja" menyediakan seseorang yang tepat sesuai di hatiNya dan sepadan dengan kita, anak yang dikasihiNya.


Sering mengalah dalam perlawanan

Kejadian 26:12-22. Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya. Ia mempunyai kumpulan kambing domba dan lembu sapi serta banyak anak buah, sehingga orang Filistin itu cemburu kepadanya.  Segala sumur, yang digali dalam zaman Abraham, ayahnya, oleh hamba-hamba ayahnya itu, telah ditutup oleh orang Filistin dan ditimbun dengan tanah.  Lalu kata Abimelekh kepada Ishak: "Pergilah dari tengah-tengah kami sebab engkau telah menjadi jauh lebih berkuasa dari pada kami."  Jadi pergilah Ishak dari situ dan berkemahlah ia di lembah Gerar, dan ia menetap di situ. Kemudian Ishak menggali kembali sumur-sumur yang digali dalam zaman Abraham, ayahnya, dan yang telah ditutup oleh orang Filistin sesudah Abraham mati; disebutkannyalah nama sumur-sumur itu menurut nama-nama yang telah diberikan oleh ayahnya.  Ketika hamba-hamba Ishak menggali di lembah itu, mereka mendapati di situ mata air yang berbual-bual airnya. Lalu bertengkarlah para gembala Gerar dengan para gembala Ishak. Kata mereka: "Air ini kepunyaan kami." Dan Ishak menamai sumur itu Esek, karena mereka bertengkar dengan dia di sana. Kemudian mereka menggali sumur lain, dan mereka bertengkar juga tentang itu. Maka Ishak menamai sumur itu Sitna. Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya Rehobot, dan ia berkata: "Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita, sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini."

Selain suka menabur benih, Ishak adalah orang yang suka menabur roh damai sejahtra dan kejujuran. Beberapa kali, ia mendapatkan perlawanan dan hal-hal yang mengundang emosi. Mungkin bisa bagi Ishak, jika ia mengutuk dan melawan mereka; namun iman dan pengenalan akan Tuhanlah yang membuat dia sabar dan mengalah, Tuhan malah memberkati tanah-tanah yang dia singgahi. Mengalah bukan berarti kita lemah atau pengecut. Sikap mengalah itu, kekuatannya melebihi seorang pahlawan dan seorang yang merebut kota.

Amsal  16:32. Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.

Ia juga mengadakan perjamuan bagi mereka yang pernah menjadi musuhnya. Ia berlapang dada, berjiwa besar dan tidak dendam pada musuhnya yang beberapa kali mendesak dia keluar.

Kejadian 26:26-30. Datanglah Abimelekh dari Gerar mendapatkannya, bersama-sama dengan Ahuzat, sahabatnya, dan Pikhol, kepala pasukannya. Tetapi kata Ishak kepada mereka: "Mengapa kamu datang mendapatkan aku? Bukankah kamu benci kepadaku, dan telah menyuruh aku keluar dari tanahmu?" Jawab mereka: "Kami telah melihat sendiri, bahwa TUHAN menyertai engkau; sebab itu kami berkata: baiklah kita mengadakan sumpah setia, antara kami dan engkau; dan baiklah kami mengikat perjanjian dengan engkau, bahwa engkau tidak akan berbuat jahat kepada kami, seperti kami tidak mengganggu engkau, dan seperti kami semata-mata berbuat baik kepadamu dan membiarkan engkau pergi dengan damai; bukankah engkau sekarang yang diberkati TUHAN." Kemudian Ishak mengadakan perjamuan bagi mereka, lalu mereka makan dan minum.

Saya banyak belajar dan merenungkan sikap Ishak yang luar biasa ini. Dia menang terhadap dosa kemarahan dan kepahitan, namun dia mengalah dan sabar kepada orang-orang yang sepatutnya menerima perlawanan darinya. Hendaklah setiap kita meneladani karakternya ini, karena jelas apa yang Tuhan perbuat di hidup Ishak akan juga Tuhan perbuat dalam hidup kita. Jika kita menuntut penerimaan yang layak kita dapatkan dari orang lain, itu terbukti anda dan saya tidak dewasa dalam iman dan pengenalan akan Tuhan. Siapakah kita sehingga kita terus marah dalam hati dan menuntut agar kita diterima oleh orang lain, namun kadang sikap kita juga tidak bisa menerima keberadaan orang lain. Saya harap kita semua mengerti akan hal ini.

Roma 12:16-21 Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan . . . Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.  Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!

Matius 7:12. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. .”

0 comments:

Posting Komentar