Jumat, 16 Juli 2010

Asael yang masih hijau

2 Samuel 2:18 “ Ketiga anak laki-laki Zeruya, yakni Yoab, Abisai dan Asael … “

Asael adalah adik bungsu dari Yoab, anak dari seorang ibu yang bernama Zeruya, yang berarti “Mengalirkan darah”. Zeruya masih memiliki hubungan saudara dengan Daud. Anak-anak Zeruya adalah prajurit-prajurit perkasa yang membantu Daud dalam  peperangan. Yoab adalah Panglima Daud, Abisai adalah Kepala kelompok tiga puluh, sedangkan Asael adalah anggota kelompok tiga puluh. Daud menyebutkan anak-anak Zeruya terutama Yoab, sebagai orang-orang yang kejam (II Samuel 3:39). Mereka tidak pernah mengenal hati Daud sesungguhnya, khususnya Yoab dan Abisai.  Firman Tuhan mencatat tentang adik mereka, Asael diceritakan sekilas kepahlawanannya yang dapat dikatakan bertindak sangat fatal dalam kecerobohannya, tewas dalam pertempuran karena tidak berhikmat.

Kita akan belajar dari Asael, yang artinya “Diciptakan Allah”, agar kesalahannya tidak kita ulangi kembali di akhir zaman ini.

Diciptakan Allah dengan talenta

2 Samuel 2:18b Asael cepat larinya seperti kijang di padang.

Asael adalah seorang pelari yang cepatnya seperti kijang, bahkan ada beberapa ahli Yunani mengatakan ketangkasan dan kegagahan Asael seperti seekor kuda. Asael memiliki keunikan atau talenta yang spesial dari Tuhan, maka demikian juga kita adalah orang-orang yang diciptakan Tuhan yang mempunyai talenta minimal 1 macam untuk memuliakan kebesaran Tuhan kita. Mari kembangkan talenta kita dengan benar agar Nama Tuhan yang dimuliakan. Talenta tersenyum kepada orang lain adalah talenta yang minimal pasti kita miliki. Dengan kita tersenyum, orang lain bisa merasa bahwa dirinya diterima oleh kita.

Tidak berhikmat dalam bertindak

2 Samuel 2:18b-23  Asael mengejar Abner dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dalam membuntutinya. Lalu Abner berpaling ke belakang dan bertanya: "Engkaukah itu Asael?" Jawabnya: "Ya, aku."  Kemudian berkatalah Abner kepadanya: Menyimpanglah ke kiri atau ke kanan, tangkaplah salah seorang dari orang-orang muda itu dan ambillah senjatanya." Tetapi Asael tidak mau berhenti membuntuti Abner. Berkatalah sekali lagi Abner kepada Asael: "Berhentilah membuntuti aku. Apa aku harus memukul engkau sampai jatuh? Bagaimana aku dapat memandang muka Yoab, abangmu itu?"  Tetapi Asael menolak berhenti. Lalu Abner menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombaknya, sehingga tombak itu menembus belakangnya; dan rebahlah ia di sana dan mati di tempat itu juga. Semua orang yang datang ke tempat Asael rebah dan mati itu, berhenti di sana.

Dalam suatu pertempuran, Asael melupakan kerjasama dalam tim, dia mengandalkan kekuatannya sendiri. Dia berinisiatif mengejar Abner, memburunya seperti harimau yang tidak mau melepaskan mangsanya. Agaknya Asael merasa “hebat” dan “di atas angin” karena memang saat itu para prajurit di pihak Abner telah kalah total oleh anak buah Daud (2 Samuel 2:17). Oleh karena itu, ia tergesa-gesa untuk bertindak, tanpa meminta hikmat Tuhan maupun covering dari saudara-saudaranya. Peran seorang rekan atau sebuah tim itu sangat penting dalam hidup kita. Sudah dua kali Abner memperingatkan dia untuk mundur, tetapi dia tidak mendengarkannya. Akibatnya dia tidak menyelesaikan garis akhirnya dengan kemenangan yang gemilang.

Kita harus belajar peka akan suara arahan Tuhan, walaupun mungkin Tuhan memakai orang yang dipandang kecil, orang yang memusuhi kita maupun juga orang yang menyebalkan kita, sebagai cara Tuhan untuk menegur dan menasihati kita. Saya pernah mengalaminya beberapa kali. Salah satunya saat nilai sekolah SMA saya buruk karena akibat jatuh dalam dosa kesombongan, sehingga saya biasanya ranking 3 besar selama 2 tahun berturut-turut, malah menjadi ranking 10 di tahun ketiga. Saya yang biasanya pandai matematika dan fisika, cepat menghafal, malah menjadi lupa segalanya. Saya menjadi tertekan dan frustasi, namun Tuhan memakai teman sekolah saya untuk menguatkan saya, padahal hubungan saya dengan dia tidak dekat. Di sekolah, kadang dia seakan-akan memusuhi saya. Saya terima nasihatnya karena saya tahu dengan pasti bahwa itu suara Tuhan. "Siapa yang mendengarkan nasihat, ia bijak" (Ams. 12:15, 21:2) Semuanya itu untuk kerendahan hati kita.


2 Samuel 2:21 Kemudian berkatalah Abner kepadanya: "Menyimpanglah ke kiri atau ke kanan, tangkaplah salah seorang dari orang-orang muda itu dan ambillah senjatanya ( his armour-KJV, his weapons-NIV)." Tetapi Asael tidak mau berhenti membuntuti Abner.

Yang mengherankan saya, dengan jelas Abner menegur Asael untuk mengambil perlengkapan perang ( baju perang, senjata-senjata). Jadi saat itu sebenarnya, Asael berperang tanpa menggunakan atribut perang. Mungkin baginya, senjata dan baju perang adalah sesuatu yang memberatkan dia saat berlari cepat, tapi dia meremehkan siapa yang dia kejar, yaitu seorang panglima perang raja Saul yang sudah ahli dalam ilmu peperangan. Hal ini terbukti bahwa perut Asaellah yang terkena tombak, padahal jika dia memakai baju perang, maka hal itu tidak mungkin terjadi. Abner ini cerdik orangnya, dia sengaja memperlambat laju larinya dan menyiapkan sebuah tombak yang ujung lancipnya mengarah ke belakang. Karena Asael masih hijau dan tidak tahu seni dalam berperang, dia hanya asal berlari secepat mungkin, tanpa mengetahui kapan harus berhenti atau memperlambat lajunya. Hati-hati dengan kita yang tidak mengetahui suatu masa dan waktu. Pengkhotbah mengatakan Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. (Pengkhotbah 3:1) Kita harus belajar kapan saatnya mempercepat langkah kita dan kapan saatnya memperlambat langkah lari kita. Itu semua ada hukum dan seninya.  Jangan semua digampangkan atau asal ditabrak saja.

Sekali lagi dapat disimpulkan bahwa Asael berambisi, tidak mengenal penguasaan diri, dan tidak tahu siapa lawan yang dia hadapi. Seharusnya ia berhikmat dan mengukur kemampuan dirinya apakah ia sanggup mengejar sendirian (Luk 14:28-32), dan lebih pentingnya adalah kalau berperang gunakan atribut perang. Ketepatan untuk melakukan dengan cara seperti apa dan kepekaan untuk arahan Tuhan adalah sangat penting dalam perjalanan mengikut Tuhan. Hati- hati pikiran yang menyangka bahwa kita bisa melakukan sesuatu dengan modal nekad tapi tanpa berdoa terlebih dahulu.

Referensi lain yang saya temukan :

0 comments:

Posting Komentar