Sabtu, 03 Juli 2010

Hana yang beroleh belas kasihan, diingat Tuhan

P.U.S.H=Pray Until Something Happens

I Samuel 1:1-2. Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim. Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.

Hana yang dalam bahasa Ibrani artinya belas kasihan, tidak dapat memiliki anak, sebab TUHAN telah menutup kandungannya (I Samuel 1:5)

Dalam perjalanan kita beserta dengan Tuhan, ada ketika di waktu-waktu tertentu ketika Tuhan seakan-akan "menutup" berkatNya atas kita. Jika sebelumnya di artikel seri : Stop bantu Tuhan genapi JanjiNya!, kita belajar untuk tidak membantu Tuhan menggenapi JanjiNya atas kita dengan cara kita, dengan kata lain jangan gunakan hikmat manusia untuk melancangi cara Tuhan bekerja, karena bagian kita adalah menanti dengan tekun dan sabar seperti seorang petani yang menunggu musim menuai tiba. Jika petani terlalu cepat bertindak untuk tidak menunggu musim menuai, maka ia tidak akan mendapatkan tuaian maksimal bahkan tidak mendapat apa-apa. Di artikel ini, kita akan belajar bahwa di samping ketekunan dan kesabaran, kita harus memakai cara yang Tuhan perkenan yaitu berjuang dalam doa dan mengingatkan Dia.

Setiap tahun ketika Elkana (arti katanya: "Allah telah memiliki/ memperoleh, Allah telah menciptakan" ) pergi meninggalkan kotanya (kota Rama), datang ke Silo untuk menyembah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan, Hana dan Penina selalu ikut. Allah telah menerima persembahan yang diberikan Elkana dan keluarganya. Elkana adalah sedikit gambaran Allah kita bahwa melalui Elkana, Tuhan akan menciptakan "sesuatu" yang besar buat Hana, khususnya.

I Samuel 1:4-7 Pada hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian. Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya. Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya. Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.

Kepedihan hati Hana adalah sebagai istri pertama, ia merasa tersaingi dengan istri kedua suaminya, Penina. Tidak jelas dengan pasti, apakah benar-benar Penina ("mutiara") mengatakan atau berbuat sesuatu yang menyinggung hati Hana. Tetapi yang jelas, dia terluka jiwanya atas jatah bagian pemberian korban dari suaminya kepada dia. Agaknya ia cemburu kepada Penina, sehingga apa yang dia lihat secara kenyataan, misal kemesraan Penina dengan anaknya, sudah membuat pedih hati Hana. Mungkin bagi kita, itu adalah kegagalan Hana, namun tidak jarang kita juga mengalami dan merespon seperti Hana. Keinginan Tuhan mempersiapkan bangsa Israel untuk menerima anak Hana sebagai seorang nabi, imam dan hakim atas Israel, berbeda dengan sekedar keinginan Hana untuk mengandung dan memiliki anak. Itu membutuhkan suatu ukuran kegenapan yang pas dengan waktu Tuhan. Di hadapan Tuhan, Hana tidak berdosa, karena Hana tetap bertekun, berseru dan percaya kepada Tuhan. Kemungkinan Penina tinggal satu rumah dengan dia dan Elkana, sehingga 24 jam setiap hari dalam seminggu, ia terus melihat kenyataan yang memedihkan hatinya, itulah yang membuat dia berdoa lebih sungguh di rumah maupun di rumah Tuhan. Walaupun Elkana berusaha menghibur hatinya dengan mengatakan "Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"(ayat 8), keinginannya sudah sangat kuat bahkan ia sudah kehilangan selera untuk makan dan hanya menangis saja.  Bagi Hana, kasih dan perhatian Elkana sudah besar buat dia. Jika selama ini, Elkana tidak pernah meninggalkan dia dan menerima dirinya apa adanya, bukankah itu bukti cinta kasih Elkana bagi Hana. Bukankah Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dan menerima kita apa adanya? Namun, saat itu, dorongan keinginan Hana sangat kuat untuk ingin melahirkan anak dari dirinya dan Elkana... dan sesuai dengan kehendak Tuhan saat itu.


I Samuel 1:9. Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, . . . dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."

Sebuah nazar kepada Tuhan diucapkan dalam doa Hana. Hana mengeluarkan senjata terakhir dalam doanya, yaitu janji nazar kepada Tuhan bahwa dia akan memberikan anaknya secara total kepada Tuhan, terserah Tuhan mau berbuat apa pada anak itu, anak itu akan menjadi nazir Allah. Menyerahkan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, sesuatu yang ia ingin-inginkan, yang ia perjuangkan selama ini dalam doa; itulah ukuran kegenapan Tuhan atas Hana. Jika saat itu cawan doa Hana belum penuh-penuh juga, nazar dan penyerahan itulah yang memenuhkan isi dari cawan doanya. Setelah diberkati oleh Imam Eli, ia percaya, makan dan wajahnya tidak muram lagi (I Samuel 1:18). Ia percaya cawan doanya sudah penuh dan Tuhan pasti bersegera menjawab doanya. Dari isi cawan doa yang sudah genap itu, muncullah iman yang luar biasa. Jika sebelumnya, ia sedang "mengandung doa", namun sekarang sudah masanya ia melahirkan doa itu, jawaban doanya akan menjadi nyata. Ibrani 11:1. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

I Samuel 1:19-20 Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."  Tuhan ingat cawan doa Hana yang sudah penuh di tahta Allah, sehingga Tuhan membuka kandungan Hana. Hana telah melahirkan doanya, dan sekarang ia mengandung anak dari Elkana

I Samuel 1:21-28 mencatat bahwa Hana memegang nazarnya sehingga ia tidak berlama-lama menahan nazarnya kepada Tuhan. Ketika sudah waktunya bagi Samuel tidak lagi menyusui, maka selekas itu juga ia menyerahkan Samuel kepada Tuhan, bahkan ia sendiri yang mengantarkannya ke rumah Tuhan.

Ayat 24: "Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu. "
Ayat 28 Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.


Hasil dari Rahim doa seorang yang mengenal Tuhan sungguh-sungguh

Dalam Mazmur doanya, di I Samuel 2, saya mengetahui dengan pasti tentang bagaimana karakter dan iman Hana yang sesungguhnya. Selama ini ternyata Hana sungguh-sungguh mengenal Tuhan dan cara bagaimana Tuhan bekerja. Itulah kenapa dari rahim Hana, Tuhan berkenan kepada Samuel. Bagaimana pengenalan kita akan Tuhan ? Mungkin Tuhan belum membuka kandungan doa kita sekian lama, karena kita tidak dekat padaNya. Mungkin di hadapanNya, kita belum mengenal Dia lebih sungguh. Tuhan sepakat dengan Hana, karna Tuhan mengenal karakter Hana, bahwa Hana tidak akan mengingkari nazarnya,  dan apa yang Hana minta dalam doa dan nazar adalah sesuai dengan kehendak Tuhan yang akan Dia buat untuk Israel, yaitu Tuhan memakai anak Hana sebagai seorang nabi, imam dan hakim atas Israel. Ingatkah kita tentang Maria, ibu Yesus?  Allah memakai Maria, karena Dia tahu pasti karakter Maria bahwa Maria tidak akan menolak dan mau membesarkan Yesus dengan kerelaan hati, sampai tiba waktuNya.


I Samuel 2:18-21 Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan. Lalu Eli memberkati Elkana dan isterinya, katanya: "TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu dari perempuan ini pengganti yang telah diserahkannya kepada TUHAN." Sesudah itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya. Dan TUHAN mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan lagi. Sementara itu makin besarlah Samuel yang muda itu di hadapan TUHAN.

Saya tersenyum bangga dengan Tuhan, karena Tuhan tahu kedalaman hati Hana sesungguhnya. Agaknya Tuhan merasa berhutang dengan Hana. Hana begitu perhatian kepada Samuel dengan membuatkan jubah setiap tahun kepada Samuel. Tuhan tahu mungkin susah buat Hana memperhatikan pertumbuhan jasmani dan kabar anaknya dengan hanya datang sekali setahun saja. Setiap kali Hana mengukur dan membuatkan jubah baru buat Samuel, ia menaruh doa dan pengharapan yang besar agar anaknya yang satu-satunya itu dipakai Tuhan secara luar biasa. Tuhan kita tidak mau berhutang dengan apa yang paling berharga yang telah kita serahkan buat Dia. Hebatnya, tidak hanya satu anak saja yang dilahirkan oleh Hana kemudian, tetapi lima anak. Tuhan melimpahkan kebahagiaan kepada Hana berkali-kali lipat.

Abraham menyerahkan anaknya sebagai korban, atas perintah Tuhan, maka Tuhan Allah tidak segan-segan menyebutkan diriNya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Bagaimana dengan kita? Menurut kita, apakah Tuhan segan menyebutkan diriNya sebagai Tuhan Allah kita?

Belajarlah dari kesungguhan dan ketekunan doa Hana. Kenallah dengan sungguh, Tuhan kita. Isilah terus cawan doa kita sampai penuh. Puncak penuhnya isi cawan doa adalah dari nazar atau sesuatu yang paling berharga yang akan kita serahkan buat Tuhan. Namun digenapinya doa kita oleh Tuhan, tergantung sejauh mana hubungan kita dengan Tuhan, sehingga melalui rahim doa kita, Tuhan memakai kita.

Setelah menyaksikan apa yang Tuhan perbuat buat Hana, mari kita tetap bertekun dan bersungguh-sungguh lebih lagi dalam doa. Satu hal yang pasti, jika kita mengenal Tuhan sungguh-sungguh, maka apa yang kita doakan adalah doa yang sepakat dengan Dia, yang sesuai dengan Kehendak dan FirmanNya.

1 komentar:

  1. Rancangan Tuhan buat Hana jauh lebih besar dari pada rancangan Hana yang ingin punya anak, karena sesungguhnya Tuhan sedang menyiapkan rahim untuk melahirkan nabi yang diurapi Tuhan...mari percaya pada Tuhan, bahwa semuanya baik..apa yang sedang Dia siapkan untuk kita, yang berjalan seturut rencanaNya..

    BalasHapus