Kejadian 47:9 Jawab Yakub, "Hamba sudah hidup 130 tahun sebagai pengembara. Hidup hamba itu penuh kesukaran dan pendek apabila dibandingkan dengan umur leluhur hamba sebagai pengembara." (Terjemahan sehari-hari)
Di antara leluhur bangsa Israel, Yakublah yang hidupnya paling tidak mengenakkan oleh karena sikapnya sendiri. Hidup Yakub berbeda sekali dari Abraham, kakeknya dan Ishak, ayahnya. Sebagian besar hidup Yakub adalah sebagai seorang pelarian dan tipe pekerja keras yang berjerih payah demi sesuatu; Namun Ishak, ayahnya adalah seorang yang tenang, tipe seorang pekerja penabur dan diberkati kian melimpah tanpa harus bersusah payah (Kejadian 26:12-13).
Kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan Yakub (arti nama: “Penipu”) yang menipu Esau, bahkan dari sejak dalam kandungan ibunya, ia sudah bertengkar dengan Esau (Kejadian 25:22,26). Tidak suka mengalah, tidak suka melepaskan; itulah karakter utamanya. Karakter ini bertolak belakang dari ayahnya yang banyak mengalah dalam pertentangan yang terjadi. Ia saat itu kira-kira berumur 70 tahun saat menjadi pelarian ke rumah Laban, pamannya, karena takut dengan Esau.
Kita akan belajar bagaimana Tuhan memproses dia selama dia berada di rumah Laban. Seorang penipu yang ditipu oleh paman kandungnya sendiri, seakan-akan Tuhan menyadarkan Yakub tentang apa yang dia tabur selama ini, itulah yang dia tuai; Namun sayangnya Yakub tidak mengerti maksud Tuhan itu. Jika kita menabur kebenaran, maka kebenaran yang akan kita tuai. Jika kita menabur benih berkat, maka berkat pula yang kita tuai. Jika kita menabur kelicikan, maka kelicikan pula yang akan kita tuai.
Benih apa yang kita tabur selama ini? Galatia 6:7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
Gigih dan Tamak akan hal-hal yang bernilai
Yakub itu orangnya gigih dan tamak pula. Jika ia sudah mengingini sesuatu, ia tidak akan menyerah sampai ia mendapatkan apa yang diingininya. Jika ia sudah ingin mendapatkan hak kesulungan Esau, ia terus memikirkan seribu cara untuk mencari kesempatan emas mendapatkan tanpa perlu paksaan dan perlawanan.
Kejadian 25:30-31 Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu."
Kejadian 25:33-34 Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; . . .
Esau menjual hak kesulungannya dengan sup kacang merah, namun Yakub memberi bonus roti kepada Esau. Yakub sebenarnya mengerti bahwa hak kesulungan itu sangat mahal nilainya, makanya ia tidak segan memberikan roti pula kepada Esau. Yakub tahu apa itu barang mahal, sehingga ia berikan tidak hanya yang diminta Esau, tapi ia berikan apa yang ada padanya saat itu. Yakub mau bayar lebih.
Pdt Petrus Agung dari JKI Injil Kerajaan pernah mengatakan dalam khotbahnya, bahwa kita perlu tamak akan hal-hal yang ilahi. Kita perlu gigih berjuang dan terus mengingini hal-hal yang ilahi. Mengerti kalau itu barang mahal, jadi kita mau bayar lebih untuk mendapatkannya.
Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Matius 13:44-46. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Melupakan anugerah Tuhan
Kejadian 29:16-18 Laban mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: "Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu."
Orang yang bekerja keras itu, pemikirannya cukup sederhana,”Aku layak mendapatkan sesuatu berdasarkan apa yang telah aku lakukan buat perusahaan A, si B, si C. Semakin aku bekerja keras, maka hasil yang aku dapatkan semakin besar !” Dia melupakan Anugerah Tuhan. Dia melupakan cara bekerja yang “smart”.
Kejadian 29:20-21 Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. Sesudah itu berkatalah Yakub kepada Laban: "Berikanlah kepadaku bakal isteriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku akan kawin dengan dia."
Yakublah yang menetapkan harganya yaitu 7 tahun bekerja keras demi Rahel yang dicintainya. Dia merasa layak bekerja selama itu untuk sesuatu yang berarti baginya. Dan saat itu sudah dilakukannya, dia merasa berhak untuk mendapatkan apa yang sudah dibayarnya di depan. Selanjutnya kita mengetahui bahwa Lea-lah yang didapatinya dan bukan Rahel; Sehingga untuk mendapatkan Rahel dan juga Lea, ia bekerja selama 14 tahun.
Ishak, ayahnya tidak bersusah payah mendapatkan Ribka. Ayahnya mungkin hanya berdoa saja sehingga menggerakkan hati Tuhan. Itulah Anugerah; Namun, Yakub bekerja keras, berjerih payah 14 tahun untuk mendapatkan istrinya.
Ishak menerima warisan Abraham secara gratis, Itulah Anugrah; Namun Yakub harus bekerja selama 6 tahun untuk mendapatkan domba-domba ternakan dari Laban (Kejadian 30:25-33). Ia berhasil mendapatkannya itupun karena Tuhan yang berinisiatif memberikan hikmat melalui sebuah mimpi (Kejadian 31:5-13).
Bukankah sebenarnya apa yang kita lakukan dan dapatkan selama ini adalah anugerah Tuhan. Jika kita menjadi seperti sekarang ini, itu bukan karena kita mampu, tapi dimampukan Tuhan melalui urapan dan FirmanNya. Anugerah Tuhanlah yang menjadi batu loncatan bagi setiap kita yang dipakaiNya untuk menerima lebih.
Tidak tenang karena sukar melepaskan
Yakub takut bertemu Esau dan Laban, padahal lewat cara Tuhan yang unik, akhirnya mereka sudah tidak mempermasalahkan tindakan Yakub. Yakublah yang sempat emosi dan bertengkar dengan Laban demi pembenaran dirinya sendiri (Kejadian 31:36-42). Yakub sulit melepaskan pengampunan atas dirinya. Ia merasa belum diampuni, di sisi lain ia juga merasa benar atas yang dia lakukan. Cerita anak yang hilang dalam perumpamaan Tuhan Yesus (Lukas 15:11-32) adalah salah satu contoh juga ketika seorang anak yang akhirnya pulang dan meminta menjadi seorang upahan bapanya sendiri demi makanan, karena ia berpikir ia telah berdosa terhadap bapanya dan tidak layak lagi disebut anak bapanya. Tapi hati ayahnya penuh dengan penantian berharap anaknya kembali dengan selamat dan berpikir untuk mengadakan pesta penyambutan bagi dia.
Walaupun sudah bertemu Esau, ia masih enggan untuk ikut bersama kakaknya, berpisah dan menuju ke Sukot. Akibatnya, Dina, anak Yakub diperkosa di Sukot. Simeon, Lewi serta anak-anak Yakub lainnya membunuh seisi kota atas perbuatan mereka kepada Dina (Kejadian 34:1-31). Nama Yakub benar-benar rusak karena perbuatan anak-anaknya yang kejam. Di mata anak-anaknya pun, Yakub sukar "melepaskan" ganjaran dan ketegasan atas apa yang terjadi pada Dina. Yakub tidak tampil sebagaimana yang anak-anaknya harapkan.
Kematian Rahel membuat luka hati Yakub, itulah sebabnya ia sangat menyayangi Yusuf dan Benyamin. Namun sebenarnya karena ia sukar melepaskan orang yang sangat dicintainya. Menurut tanggapan beberapa hamba Tuhan, Rahel bukanlah pasangan yang sepadan buat Yakub. Watak Rahel itu jahat. Ia mencuri patung Terafim ayahnya, ia berbohong kepada ayahnya. Kemungkinan ia juga mengeramatkan dewa itu seperti ayahnya. Rahel akhirnya meninggal dan sukar bersalin, mungkin juga karena sumpah Yakub waktu ini.
Kejadian 31:30-35 Maka sekarang, kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?" Lalu Yakub menjawab Laban: “ . . . pada siapa engkau menemui dewa-dewamu itu, janganlah ia hidup lagi. Periksalah di depan saudara-saudara kita segala barang yang ada padaku dan ambillah barangmu." Sebab Yakub tidak tahu, bahwa Rahel yang mencuri terafim itu. . . . Tetapi Rahel telah mengambil terafim itu dan memasukkannya ke dalam pelana untanya, dan duduk di atasnya. Laban menggeledah seluruh kemah itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Lalu kata Rahel kepada ayahnya: "Janganlah bapa marah, karena aku tidak dapat bangun berdiri di depanmu, sebab aku sedang haid." . . .
Apa yang kita cintai tanpa minta arahan Tuhan, bisa melukai hati kita nantinya, karena itu celah dosa; demikian juga dengan pasangan hidup yang sangat kita inginkan, tapi bukan dari Tuhan. Mari kita belajar melepaskan dan menyerahkan apa yang kita ingini dan kita cintai kepada Tuhan, agar damai sejahtra dan perlindungan Tuhan senantiasa ada pada kita. Semua karena anugrah Tuhan; Kita harus belajar mempercayai Tuhan atas semua hak dan pilihan kita yang telah kita serahkan padaNya.
Manusia kepunyaan Allah, kita tidak boleh memaksakan kehendak kita sendiri dan melupakan anugrah Bapa kita. Kita juga tidak boleh memegang erat segala sesuatu di dunia ini yang akhirnya bisa membuat kita kuatir dan takut, mungkin takut kehilangan, takut tidak mendapatkan, takut akan masa depan, dsb. Saya sedang belajar dan bertobat untuk mempunyai karunia melepaskan segala sesuatu yang saya kuatirkan dalam hidup ini, tidak memaksakan keinginan kita tanpa meminta nasihat dari Tuhan. Namun saya harus tamak akan hal-hal ilahi, mempertahankan dan terus mengejar Kerajaan Allah di atas segalanya.
Bagaimana dengan anda?
0 comments:
Posting Komentar