Bahan sharing bimbingan untuk rekom sion 5 mei 2011
Ada 3 hal yang harus kita pelajari saat kita mengalami keadaan jiwa yang bising:
1. Yesus pun perlu waktu untuk menyendiri karena Ia sedang keletihan secara fisik.
Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. ... Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. .. (Markus 4: 35- 38a)
Dari cerita tersebut, kita dapat mengetahui bahwa alasan kenapa Ia meninggalkan keramaian yaitu staminaNya yang terkuras habis dalam pelayanan, karena jelas tak lama kemudian Ia pun tertidur pulas dan nyenyak. Kita perlu meneladani Yesus sebagai Tuhan kita, bahwa Ia pun sebagai manusia butuh waktu untuk beristirahat dan menenangkan diri sejenak. Contoh lain dari kebiasaan Yesus yang bisa kita teladani yaitu Ia terbiasa bangun pagi-pagi untuk menyendiri dan berdoa kepada Bapa. Ia terbiasa beraktivitas sejak pagi hari dan sebelum Ia memulai aktivitasNya pada hari itu, Ia melewati hariNya dengan berdoa.
Kita perlu menenangkan jiwa kita yang sedang bergelora dan memperbesar kapasitas iman kita. Bukankah Firman Tuhan berkata, "Dengan tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan kita"- Yesaya 30:15? Saat kita tenang, hikmat Tuhan akan mengalir dengan sendirinya. Tuhan akan mengarahkan kita untuk langkah kita ke depan. Saya dan kita para pria perlu belajar menarik diri dari keramaian, menyendiri dan datang pada Tuhan sebagai imam. Para pria perlu berjalan dalam hikmat dan ketenangan saat mengambil keputusan.
Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Mazmur 131: 2
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar. Mazmur 42: 6-7
2. Kita tidak boleh berfokus pada bagaimana kita berusaha menyelamatkan perahu "kehidupan kita", sehingga kita malah tidak bisa mendengarkan suara dengkuran Tuhan yang sedang tertidur pulas
Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. ...(Markus 4: 37-38)
Saya dapat membayangkan bagaimana sibuknya mereka untuk menyelamatkan perahu mereka dari bahaya karam dan tenggelam di tengah angin dan ombak laut yang ganas. Saat ombak menghantam perahu di sisi kanan atau kiri, mereka harus segera menyeimbangkan posisi perahu kembali. Mungkin kain layar mereka robek, mereka harus cepat untuk mengatasinya. Saat perahu penuh dengan air, mereka harus segera membuang air tersebut ke laut. Menegangkan dan sungguh membuat stamina terkuras habis.
Bagaimana keadaan perahu "kehidupan" kita sekarang? Apakah perahu kita sedang dihantam ombak dan angin keras bertubi-tubi? Apa kita sedang berusaha menyelamatkan atau menstabilkan perahu kita dari hantaman ombak dan angin keras? Apakah kita sedang sibuk untuk mengeluarkan air-air "problema" yang mau menenggelamkan perahu kehidupan kita? Jika kita terlalu sibuk mengatasi apa yang sedang menimpa kita, maka kita tergoda untuk mengandalkan kekuatan dan hikmat kita sendiri.
"Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" Markus 4: 38. "Tuhan, apa Kau tidak peduli dengan perahu kehidupan kami?" "Tuhan, kenapa Kau tidak berbuat apa-apa untuk selamatkan kami?" "Tuhan, kenapa Kau izinkan aku mengalami masalah besar dan bertubi-tubi ini?" "Tuhan, Engkau tidak adil!" Apakah kalimat-kalimat tersebut pernah terlintas dalam pikiran kita? atau bahkan sudah terucapkan beberapa kali dari mulut kita? Saat kita gelisah dan hopeless, kita akhirnya marah kepada Tuhan. Suatu sikap yang tidak jarang kita lakukan.
Satu hal yang saya percaya dan perkatakan setiap hari adalah "Aku dan Bapaku bekerja. Bapaku turut bekerja 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu untuk mendatangkan kebaikan bagi aku" . Ketika aku bekerja, aku tidak bekerja sendiri, karna Bapaku turut bekerja menyempurnakan apa yang kulakukan dalam rulenya Tuhan. Itulah yang menimbulkan rasa aman dan damai sjahtra buat saya, karna saya tahu Bapa menjagai saya seperti seorang ibu yang menyusui anaknya (-ElShaddai)
Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Mazmur 138: 7-8
Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami. Yesaya 26:12
3. Perkatakan perkataan kuasa Firman Tuhan
"Diam! Tenanglah!" Markus 4: 39. Kapan terakhir kali kita berkata dengan otoritas ilahi dan iman kita untuk menyuruh ketakutan dan kekuatiran pergi dari perahu hati kita? Belajarlah untuk berkata dengan perkataan positif yang lahir dari kebenaran Firman Tuhan, bukan kebenaran yang palsu. Perkataan "Saya pasti bisa! Kesungguhan saya yang membuat saya berhasil!" atau segala perkataan yang hanya membesarkan ego dan memuaskan ego kita, adalah perkataan kebenaran yang palsu. Kita tidak bisa berhasil tanpa restu dan perkenanan Tuhan. Kita harus sepakat dan percaya pada pribadi Tuhan, bukan malah mengandalkan kekuatan dan hikmat kita. "Terkutuklah orang yang mengandalkan kekuatannya!", demikian kata Firman Tuhan.
"Saya melakukan bagian saya yang terbaik semampu saya, tapi saya berserah pada kedaulatan Tuhan! Tuhan yang menyempurnakan dan memberkati apa yang saya kerjakan dalam kebenaran!" Perkataan tersebut akan menimbulkan damai sjahtra dan aman buat jiwa kita.
Jika speda motor kita mogok, apakah kita akan menyerah dan meninggalkan speda motor kita di tengah jalan? apa kita menyerah untuk berusaha men-starternya berulang kali? Jika iman kita sedang lemah hari-hari ini, apakah dengan mudahnya kita meninggalkan iman kita? Starter iman kita dengan perkataan Firman Tuhan berulang kali. Perkatakan Firman dan JanjiNya berkali-kali ! Kering dan bersihkan "busi" iman kita. Bersihkan iman kita dari kekuatiran, ketakutan dan ketidakpercayaan melalui kain "pengalaman pribadi dengan Tuhan".
Daud menang karena dua hal dalam hidupnya. Pertama, ia orang bertanggung jawab dalam perkara kecil. Ia setia bertaruh nyawa untuk mempertahankan domba-domba yang dipercayakan kepadanya. Namun, itu tidak cukup mengalahkan Goliat jika tidak ada hal yang kedua, yaitu ia senantiasa memperkatakan Firman Tuhan. Ia berfokus pada apa yang dapat Tuhan lakukan daripada Goliat yang besar itu. Ia cukup mengalami Tuhan sehingga ia cukup yakin bahwa kasih setia dan penyertaan Tuhan itu sepanjang masa. Jika Ia adalah setia di masa yang dulu, maka untuk masa sekarang dan selama-lamanya Ia tetap Allah yang setia. Amin.
Bagaimana pengalaman pribadi kita dengan Tuhan? cukup serukah? apakah itu membuat kita semakin mengenal Dia?
0 comments:
Posting Komentar