Dewasa ini bahkan di negara Indonesia, sadar atau tidak, kita sedang terperangkap dalam kondisi pemujaan terhadap sensualitas dan sihir. Industri hiburan dewasa ini secara umum cenderung menghamba pada kehausan dan pemujaan terhadap seks dan berbau magis. Banyak film bioskop, klub malam, bahkan program televisi mengagung-agungkan kemesuman, keseronokan, imoralitas dan secara umum mengabaikan hukum Allah, ditujukan bagi hati yang mencari kedagingan. Industri hiburan dewasa ini sudah menganggap sensualitas adalah alat dongkrak popularitas produksi mereka. Demikian juga film-film berjenis horor dan magis yang juga digandrungi oleh para pencinta film. Baik sensualitas dan horror/magis, adalah cara iblis merusak keadaan hati kita, sehingga hati kita akan dibuat condong ke hal-hal kedagingan dan menjadi liar.
II Taw 28:1-4. Ahas berumur dua puluh tahun pada waktu ia menjadi raja dan enam belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Ia tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN seperti Daud, bapa leluhurnya, tetapi ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, bahkan ia membuat patung-patung tuangan untuk para Baal. Ia membakar juga korban di Lebak Ben-Hinom dan membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api, sesuai dengan perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalaukan TUHAN dari depan orang Israel. Ia mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit pengorbanan dan di atas tempat-tempat yang tinggi dan di bawah setiap pohon yang rimbun.
Zaman Ahas adalah zaman sebelum lahirnya zaman Hizkia, yaitu zaman kebangunan rohani, pengudusan kembali Rumah Tuhan. Zaman Ahas bisa dikatakan adalah seperti zaman dewasa ini yang bobrok dan perlunya pertobatan. Ahas menggabungkan penyembahan Baal dan penyembahan kepada Dewa Molokh. Ia membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api, adalah ciri penyembahan Dewa Molokh. Ia juga mensakralkan tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti pohon yang rimbun dan tinggi. Tindakan aborsi yang terjadi di Indonesia dan dunia saat ini, bukankah serupa dengan tindakan Ahas yang membunuh anak-anaknya sendiri. Beberapa saat yang lalu, saya juga menonton berita yaitu banyaknya warga yang mengambil beberapa bagian dari pohon yang dianggap sakral oleh mereka. Beritanya, bahwa pohon itu tetap kuat berdiri saat diterjang angin keras, sedangkan tempat-tempat di sekitarnya hancur porak poranda. Oleh karena itu para warga berhamburan, menyakini ada kekuatan magis di dalam pohon itu, mengambil beberapa bagian pohon itu sebagai jimat perlindungan dan rezeki. Inilah kenyataannya di Indonesia.
II Taw 28:19 Demikianlah TUHAN merendahkan Yehuda oleh karena Ahas, raja Israel itu, membiarkan kebiadaban berlaku( "membiarkan segalanya liar") di Yehuda dan berubah setia kepada TUHAN.
Jika kita anak-anak Tuhan merasa bahwa sensualitas dan sihir di Indonesia adalah hal biasa dan membiarkannya menjadi seperti itu, tanpa berdoa dan memohon belas kasihan Tuhan atas bangsa ini tentunya, maka inilah yang menjadi pokok permasalahannya, bahwa kita anak-anak Tuhan tidak luput dari murka Tuhan atas bangsa ini.
Yesaya 63:5-6 Aku melayangkan pandangan-Ku: tidak ada yang menolong; Aku tertegun: tidak ada yang membantu. Lalu tangan-Ku memberi Aku pertolongan, dan kehangatan amarah-Ku, itulah yang membantu Aku. Aku memijak-mijak bangsa-bangsa dalam murka-Ku, menghancurkan mereka dalam kehangatan amarah-Ku dan membuat semburan darah mereka mengalir ke tanah."
Bagaimana Tuhan bisa merendahkan kita? adalah dengan membiarkan negara ini tetap tertawan dalam kuasa iblis, walaupun kita anak-anak Tuhan ada di tengah-tengah bangsa ini. Percaya atau tidak, kita akan turut mengalami penderitaan dan kutuk bersama bangsa ini. Kita sedang mengalami apa yang namanya Dosa korporat bangsa. Saya banyak belajar tentang apa yang Lot alami, ".. tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, -- sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa--" II Petrus 2:7-8 . Masalah Lot yang terutama adalah ia membiarkan dosa itu terjadi di depan mata dan telinganya... dan tidak melakukan apa-apa. Ia takut bertindak, ia takut menjadi radikal untuk keluar dari tanah Sodom dan Gomora tersebut. Apakah kita terlalu takut dikatakan menjadi "aneh", apabila kita menjadi berbeda dan "keluar" dari jerat ikatan iblis di Indonesia?
Marilah kita sama-sama renungkan hal tersebut.
0 comments:
Posting Komentar