Jika bukan karena peristiwa-peristiwa hidup yang mengejutkan, beberapa dari kita mungkin tidak akan pernah mempertimbangkan perlunya kebangunan rohani secara serius. Seringkali persis ketika kita sudah merasa nyaman dengan rutinitas hidup dan berpikir bahwa kita tidak lebih buruk daripada orang percaya pada umumnya, Tuhan dengan penuh belas kasih mengejutkan kita dari kesuaman hubungan kita denganNya. Betapa akan jauh lebih mudah untuk pertama-tama mendengarkan Firman Allah. Kasih Allah begitu kuat dan benar-benar menginginkan kebaikan kita hingga ketika kita tuli terhadap firmanNya atau gagal menanggapinya, dengan penuh kasih Dia memakai caraNya untuk mendapatkan perhatian kita melalui peristiwa-peristiwa dalam kehidupan kita.
Tentu saja, Dia lebih senang bila kita menanggapi firmanNya tanpa harus melakukan suatu tindakan khusus. Akan tetapi, ketika segala yang lain gagal dan setelah cukup lama menunggu, Allah berbicara kepada kita sebagai pribadi dan sebagai bangsa, melalui berbagai persoalan dan tragedi kehidupan. Namun itu bukan berarti Dia perancang kejahatan, sekalipun iblis muncul di hadapanNya seperti kisah Ayub. Salah satu alasan Allah membiarkan beberapa hal mengguncangkan terjadi pada diri kita sendiri adalah Dia ingin memperingatkan kita tentang betapa buruknya keadaan kesehatan dan kemajuan rohani kita yang harus segera diambil tindakan serius. Ada sebuah kisah yang dapat menjadi pelajaran tentang kasih Allah yang mengingatkan seorang yang bernama Yakub akan janji nazarnya dan perlunya Allah mendidik dia melalui peristiwa yang dapat saya katakan cukup tragis dan pastinya Yakub akan mengingatnya sampai menutup usia.
Persoalan yang dialami Yakub dimulai dari anak perempuannya dan Lea, yang bernama Dina. Yakub baru saja memasuki tanah Kanaan dari Padan-Aram (Kejadian 33:18) ketika Sikhem, anak Hamor, raja daerah itu, melihat Dina dan melarikannya serta memerkosanya ( Kej 34:2). Tragedi ini menyulut serangkaian peristiwa yang secara permanen mengubah kehidupan semua orang yang terkait di dalamnya. Meskipun demikian, Allah masih tetap memegang kendali dan membiarkan kehendakNya terjadi, terlepas dari segala kekerasan dan kejahatan tercela yang telah berlangsung.
Hamor yang datang kepada Yakub untuk membicarakan pernikahan anak laki-lakinya, menentukan harga mempelai perempuan dan membangun hubungan yang bersahabat justru mendapati masalah. Saudara-saudara laki-laki Dina sangat marah ketika diketahui bahwa Dina telah diperkosa dan akhir kisahnya mereka yaitu Simeon dan Lewi balas dendam dengan membunuh semua laki-laki di kota itu. Baik dari pihak Hamor maupun kakak-kakak Dina masing-masing memiliki tipu muslihat yang licik.
Kej 34:13-17 Lalu anak-anak Yakub menjawab Sikhem dan Hemor, ayahnya, dengan tipu muslihat. Karena Sikhem telah mencemari Dina, adik mereka itu, ...kamu harus sama seperti kami, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat, barulah kami akan memberikan gadis-gadis kami kepada kamu dan mengambil gadis-gadis kamu; maka kami akan tinggal padamu, dan kita akan menjadi satu bangsa.
Kej 34:18-24. Lalu Hemor dan Sikhem, anak Hemor, menyetujui usul mereka. Lalu pergilah Hemor dan Sikhem, anaknya itu, ke pintu gerbang kota mereka dan mereka berbicara kepada penduduk kota itu: " ... bukankah negeri ini cukup luas untuk mereka? Maka kita dapat mengambil gadis-gadis mereka menjadi isteri kita dan kita dapat memberikan gadis-gadis kita kepada mereka. ... Ternak mereka, harta benda mereka dan segala hewan mereka, bukankah semuanya itu akan menjadi milik kita? Hanya biarlah kita menyetujui permintaan mereka, sehingga mereka tetap tinggal pada kita." Maka usul Hemor dan Sikhem, anaknya itu, didengarkan oleh semua orang yang datang berkumpul di pintu gerbang kota itu, lalu disunatlah setiap laki-laki, yakni setiap orang dewasa di kota itu.
Kej 34:25. Pada hari ketiga, ketika mereka sedang menderita kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, yaitu Simeon dan Lewi, kakak-kakak Dina, setelah masing-masing mengambil pedangnya, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki. Juga Hemor dan Sikhem, anaknya, dibunuh mereka dengan mata pedang, dan mereka mengambil Dina dari rumah Sikhem, lalu pergi.
Barulah Yakub menyadari betapa parahnya situasi tersebut. "Kamu telah mencelakakan aku." (Kejadian 34:30). Mengapa peristiwa tersebut terjadi? Jauh sebelum hal itu terjadi, tepatnya sekitar 30 tahun sebelumnya ketika Yakub melarikan diri dari amarah kakaknya, Esau yang ditipunya. Janjinya di Betel itu adalah bila Allah menyertainya, melindunginya dan menuntunnya kembali dengan selamat ke Tanah Kanaan, ia akan menjadikan Tuhan sebagai Allahnya dan ia akan menjadi pelayanNya. Namun, seperti banyak dari kita, Yakub pun melupakan janjinya. Apakah Allah tahu bahwa Yakub akan melupakan janjinya? Tetapi meskipun demikian, Allah tetap setia menuntunnya kembali dengan selamat ke tanahnya dan telah memberkatinya serta membuat hidupnya berkelimpahan dengan kebaikanNya ( Kej 28:20-22). Apakah Yakub menjadi begitu tidak berterima kasih? Apakah waktu 30 tahun dan berkat yang berlimpah itu tidak cukup baginya untuk mengingat sumpahnya kepada Allah? Itulah Yakub, manusia seperti kita yang memandang dirinya sebagai orang yang mampu menentukan dirinya sendiri. Seperti kita, Yakub merasa bahwa smua yang telah dicapainya adalah hasil kerja keras, kecerdasan dan ketekunan yang luar biasa; dengan kata lain, mencapainya dengan kekuatan sendiri.
Diperlukan suatu perisriwa keji sperti yang dilakukan kedua anak laki Yakub agar Yakub membuka telinganya kepada Allah . . . dan sadar. Saat itulah dia mendengarkan suara Allahnya sperti yang pernah didengarnya 30 tahun yang lalu. Dari hati yang paling dalam, Yakub bertobat dari dosanya dan benar-benar memulai hidup barunya. Ia menetapkan untuk menjauhkan dewa-dewa asing dari tengah-tengah keluarganya.
Kejadian 35:1-3. Allah berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu." Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu. Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh."
Anda mengerti dari kisah tersebut? Jika memang masalah yang begitu berat bisa menyelamatkan dan menyadarkan kita, maka Tuhan akan mengizinkan masalah itu menimpa kita. Sebenarnya artikel tersebut berhubungan dengan artikel "Meresapi perkataan Elihu tentang masalah" yang menjelaskan poin pertamanya yaitu Penderitaan/ masalah dapat ditimpakan bagi orang yang benar sebagai perlindungan Tuhan terhadap kemungkinan dosa yang lebih besar yang dapat dilakukan orang tersebut jika penderitaan/masalah itu tidak ada.
Singkirkan berhala-berhala kita
Satu kebenaran yang harus kita pegang adalah Jika anda sungguh-sungguh mau bertobat, selain anda meminta ampunan dari Bapa, anda pun harus benar-benar melakukan sebuah tindakan yang menyatakan perubahan hidup anda dari yang lama. Apakah itu? yaitu menyingkirkan berhala-berhala kita, menyingkirkan segala hal yang membuat Bapa menjadi nomor dua. Anda tidak bisa meminta perubahan dari Bapa, selama kita masih memegang hal-hal yang menghalangi proses perubahan itu. Sebelum kita meminta kebangunan rohani dan kepenuhan RohNya, kita harus mengosongkan hati kita. Kita harus meminta pembasuhan hati kita yang kotor dengan tabiat dan dosa lama, sebelum kita mengalami terobosan bersamaNya.
0 comments:
Posting Komentar