Jumat, 11 Juni 2010

Mematahkan belenggu roh ketakutan dan kekuatiran

Hakim 6:1-6 Tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya, dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel. Karena takutnya kepada orang Midian itu, maka orang Israel membuat tempat-tempat perlindungan di pegunungan, yakni gua-gua dan kubu-kubu. Setiap kali orang Israel selesai menabur, datanglah orang Midian, orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur, lalu maju mendatangi mereka; berkemahlah orang-orang itu di daerah mereka, dan memusnahkan hasil tanah itu sampai ke dekat Gaza, dan tidak meninggalkan bahan makanan apapun di Israel, juga domba, atau lembu atau keledaipun tidak. … orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu.

Ada yang dari kita karena tidak hidup dalam Firman Tuhan setiap harinya, membuat kita mengalami ketakutan dan kekuatiran pada kuasa ilah dunia ini. Kita ditindas dan diperbudak oleh si jahat, namun masalahnya penindasan ini tidak pernah berhenti selama kita takut menghadapi musuh dan masalah kita secara obyektif. Malah bukannya menghadapi masalah itu dengan kasih dan otoritas Kristus, kita malah menyesuaikan diri dengan tingkat penindasan kita. Kita berusaha membiasakan hidup kita dalam mental diperbudak dan tidak berbuat apa-apa, Gideon adalah salah satu dari kita yang seperti itu.

Hakim 6:11 … Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian

Arti nama Gideon adalah orang yang menebang kayu. Mungkin itu adalah pekerjaan Gideon yang sebenarnya; namun di ayat 11, Gideon sudah tidak menebang kayu, ia mengirik gandum, itu pun ia lakukan sembunyi-sembunyi di tempat pemerasan anggur agar tidak dirampas oleh orang Midian. Belenggu ketakutan dan kekuatiran  membuat kita kehilangan jati diri kita ( tidak pernah menjalani hidup sebagaimana seharusnya)  dan bahkan membuat kita mengerjakan segala sesuatu dengan cara yang sulit. Tempat pemerasan anggur berbentuk bundar dan tertutup; sedangkan tempat penggilingan gandum mempunyai pintu yang terbuka ke arah angin yang akan meniup sekamnya. Apa yang dilakukan oleh Gideon saat itu tidak akan pernah bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal, namun baginya, yang penting ia selamat dan ia tidak perlu kuatir gandumnya dirampas oleh Midian. Setelah mengirik, ia harus menggali tanah dan dikuburkan, atau mencari gua-gua sebagai persembunyian gandum tersebut. Bayangkan betapa sangat menakutkan keadaan negeri itu.

Tuhan rindu membebaskan kita, namun Ia harus memulihkan gambar diri kita dan menaruh gagasanNya dalam pikiran kita, “TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani." (ayat 12) Tuhan memilih seorang pencundang menjadi pahlawanNya? Itu benar, demikian juga kita yang lemah dan bodoh, Tuhan pilih untuk mempermalukan dunia ini ( I Kor 1:26-28).

Namun kadang saat teguran Firman dinyatakan, kita tidak bisa menerimanya dengan lemah lembut. Akan banyak timbul rasa pembenaran diri dan seakan-akan menyiratkan bahwa masalah ini tidak selayaknya kita dapatkan, “kenapa Tuhan tinggal diam?” “kenapa kita terus dibiarkan sengsara dalam masalah ini?”. Ayat 13, “ mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? “ Dalam ketakutan dan kekuatiran, sering dari kita mempertanyakan keadilan dan kelepasan yang dari Tuhan, tanpa kita sendiri tidak berbuat apa-apa. Sadarlah, kita terbelenggu dengan kekuatiran dan ketakutan, oleh karena kita tidak hidup dalam FirmanNya setiap hari.


Hakim 6:14-16 Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!" Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku."  Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis."

Seperti peristiwa Musa di gunung Horeb (Keluaran 3 dan 4), Gideon pun berusaha menolak FirmanNya. Kedua orang tersebut sama-sama mengatakan bahwa lebih baik Tuhan memilih orang lain saja daripada mereka, namun sesungguhnya mental mereka saat itu adalah mental yang tidak mau direpotkan, tidak mau susah-susah. Orang yang mengalami belenggu dan trauma ketakutan misal takut dibunuh dan dicela, akan menjadi orang yang pasif, “Kenapa tidak Tuhan saja yang melakukan, kenapa aku yang disuruh?”

Masalahnya, Tuhan memerlukan kesediaan kita untuk dipakaiNya. Dia tidak butuh kecakapan dan kekuatan kita. Ketaatan, kerelaan, dan kesadaran bahwa Tuhan pun sebenarnya tidak menyukai keadaan itu. Kadang saya berpikir bahwa Tuhan sering dipojokkan. Kita yang salah, bukannya bertobat, malah Tuhan yang disalahkan. Kalau Tuhan tergerak menolong kita, dengan mudahnya kita mencurigai Tuhan kenapa Tuhan buat kita susah dan repot. Bersyukur, Gideon tidak membantah Tuhan di ayat-ayat berikutnya, ia meminta bukti kepada Tuhan apakah ia layak dipakaiNya.

Bila Tuhan memanggil kita untuk melakukan hal-hal yang mustahil, tidak enak buat daging dan jiwa, belajarlah sedia dan taat. Bila kita membaca Alkitab dan temukan janji Allah yang mengherankan kepada anak-anakNya, katakan amin. Selaraskan manusia roh kita dengan Firman Tuhan. Walaupun kita tahu tidak dapat melakukannya, setujulah dengan FirmanNya. Bila Tuhan mengatakan bahwa DIA ingin mengajar kita berperang, katakan ya dan hancurkan terlebih dahulu belenggu ketakutan dan kekuatiran dalam hidup kita.  DIA akan berikan kuasaNya bagi mereka yang sedia dipakai dan diajarNya.


II Timotius 1:7 Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

"Kekuatiran sama seperti kursi goyang, memberi anda sesuatu untuk dikerjakan, tetapi tidak membawa anda ke manapun"

0 comments:

Posting Komentar