Hizkia yang arti namanya “Yahwe adalah kekuatanku”, adalah seorang Raja Yehuda menggantikan ayahnya, Raja Ahas, ketika ia berumur 25 tahun. Berbeda dengan ayahnya, Raja Hizkia dicatat di 2 Raja-raja 18:3 sebagai seseorang yang melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud. Dalam II Raja-raja 18:4-8 dicatat bahwa tidak ada lagi seorang raja Yehuda yang sama seperti dia. Ia berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang untuk mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa. Ia benar-benar menjauhkan bukit-bukit pengorbanan yang dipakai sebagai tempat pemujaan berhala. Ia menguduskan kembali rumah Tuhan dan merayakan Paskah yang sebelumnya belum pernah diadakan kembali sejak raja Salomo. TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada Asyur (mungkin selama masa pemerintahan raja Asyur yang bernama Salmaneser) dan tidak lagi takluk kepadanya.
Kita akan pelajari dua hal penting dari kisah Hizkia tersebut
Kehilangan kekuatan untuk bersalin
2 Raja-raja 18: 13-37 menceritakan suatu peristiwa kekalahan dalam tahun pemerintahannya yang ke 14, seluruh kota di Yehuda, termasuk Yerusalem, diserbu dan berhasil direbut oleh raja Asyur yang baru, bernama Sanherib. Hizkia menyerah dan bersedia menanggung beban yang diberikan oleh Asyur. Ia memberikan segala perak dan emas yang terdapat dalam rumah Tuhan dan dalam istana raja. Namun di dalam Yerusalem, Asyur mencemooh Allah Israel dan berkata sombong kepada pegawai-pegawai Hizkia.
2 Raja-raja 18: 29-35 "Beginilah kata raja Asyur: Janganlah Hizkia memperdayakan kamu, sebab ia tidak sanggup melepaskan kamu dari tanganku! Janganlah Hizkia mengajak kamu berharap kepada TUHAN dengan mengatakan: Tentulah TUHAN akan melepaskan kita; dan kota ini tidak akan diserahkan ke dalam tangan raja Asyur. Janganlah dengarkan Hizkia, sebab beginilah kata raja Asyur: Adakanlah perjanjian penyerahan dengan aku dan datanglah ke luar kepadaku, maka setiap orang dari padamu akan makan dari pohon anggurnya dan dari pohon aranya serta minum dari sumurnya, sampai aku datang dan membawa kamu ke suatu negeri seperti negerimu ini, suatu negeri yang bergandum dan berair anggur, suatu negeri yang beroti dan berkebun anggur, suatu negeri yang berpohon zaitun, berminyak dan bermadu; dengan demikian kamu hidup dan tidak mati. Tetapi janganlah dengarkan Hizkia, sebab ia membujuk kamu dengan mengatakan: TUHAN akan melepaskan kita! Apakah pernah para allah bangsa-bangsa melepaskan negerinya masing-masing dari tangan raja Asyur? … Siapakah di antara semua allah negeri-negeri yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga TUHAN sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?"
Mendengar cemooh seperti itu, Hizkia dan beberapa orang kepercayaan Hizkia mengoyakkan pakaian mereka dan menyelubungi kepala mereka dengan kain kabung, dan berkata : “Hari ini hari kesesakan, hari hukuman dan penistaan; sebab sudah datang waktunya untuk melahirkan anak, tetapi tidak ada kekuatan untuk melahirkannya “(2 Raja-raja 19:3).
Melalui Nabi Yesaya, Tuhan menjawab “Janganlah engkau takut terhadap perkataan yang kaudengar yang telah diucapkan oleh budak-budak raja Asyur untuk menghujat Aku. Sesungguhnya, Aku akan menyuruh suatu roh masuk di dalamnya, sehingga ia mendengar suatu kabar dan pulang ke negerinya; Aku akan membuat dia mati rebah oleh pedang di negerinya sendiri “ (2 Raja-raja 19:6-7).
Namun tak lama kemudian, datanglah cemooh yang kedua kali kepada Hizkia, “Janganlah Allahmu yang kaupercayai itu memperdayakan engkau dengan menjanjikan: Yerusalem tidak akan diserahkan ke tangan raja Asyur. Sesungguhnya, engkau ini telah mendengar tentang yang dilakukan raja-raja Asyur kepada segala negeri, yakni bahwa mereka telah menumpasnya; masakan engkau ini akan dilepaskan? Sudahkah para allah dari bangsa-bangsa, yang telah dimusnahkan oleh nenek moyangku, dapat melepaskan mereka, yakni Gozan, Haran, Rezef dan bani Eden yang di Telasar? Di manakah raja negeri Hamat dan Arpad, raja kota Sefarwaim, raja negeri Hena dan Iwa?" (II Raja-raja 19:10-13)
Dalam perjalanan kita mengikut Tuhan, ada kala suatu masa yang kita rasakan bahwa Tuhan tidak ada di pihak kita. Masa ujian dari Tuhan yang seakan-akan Tuhan meninggalkan kita dan menyerahkan kita ke dalam tangan musuh. Intimidasi demi intimidasi dari musuh kita, mungkin melalui teman terdekat kita, keluarga atau orang yang berada di sekitar kita yang membuat kita meragukan Tuhan. Hizkia mengatakan bahwa Janji Tuhan seperti seorang anak yang sudah lama dinantikan dan tiba waktunya untuk dilahirkan, namun sang ibu tidak ada kekuatan untuk melahirkannya (bersalin). Saat itu, kita seperti sang ibu yang kehilangan kekuatan/ daya dorong untuk melahirkan Janji Allah itu. Kita kehilangan semangat, ketekunan dan pengharapan untuk menyaksikan Janji Allah digenapi. Namun, dalam kisah ini, kita mengetahui bagaimana akhirnya, Tuhan tidak tinggal diam saat musuh mencemooh Nama-NYA. Sehingga melalui Nabi Yesaya sekali lagi Tuhan menyatakan kehendakNya atas kota Yerusalem beserta kaum Yehuda, dan sebagaimana dicatat di II Raja-raja 19:35-37. “Maka pada malam itu keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka! Sebab itu berangkatlah Sanherib, raja Asyur, dan pulang, lalu tinggallah ia di Niniwe. Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang,..” Kuatkan kepercayaan kita kepada Tuhan sampai di saat-saat terakhir dan biarkan Tuhan saja yang bekerja menggenapi JanjiNYA dan memberi kemenangan besar karena NamaNYA. Tuhan kita tidak mau tinggal diam membiarkan musuh mencemooh namaNYA dan apa yang pasti DIA genapi. Dalam satu malam, Dia akan hancurkan musuh tersebut. Namun seperti Hizkia, Tuhan sebenarnya hanya menguji hati kita dengan memakai musuh semacam"Asyur-asyur" yang menekan kita, agar kita dapat mengetahui sendiri sejauh mana ketekunan dan iman kita kepada DIA.
Diperlakukan istimewa di mataNYA
II Raja-raja 20:1. Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."
Dengan hasil ujian sebelumnya, agaknya Tuhan menimbang-nimbang masa pemerintahan Hizkia dan berniat mengakhiri hidup Hizkia saja. Apa yang menjadi bahan pertimbangan Tuhan atas keputusanNya itu? Kita tidak mengetahui pikiran Tuhan dengan detil, tetapi dengan kelanjutan kisah tersebut, kita menyadari hati Tuhan yang penuh kasih kepada Hizkia. Alasannya adalah Tuhan mencemaskan sikap hati Hizkia yang lemah dan mudah goyah, yang bisa membuat dia jatuh di masa depan.
Karena doa dan tangisan Hizkia, akhirnya Tuhan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi (II Raja-raja 20:6). Namun karna perpanjangan umurnya itu, Hizkia malah jatuh dalam dosa kesombongan dan memamerkan semua barang berharga kepada utusan Babel (II Raja-raja 20:12-13, 2 Taw 32:24-26). Sehingga Tuhan mengatakan bahwa :
“Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel." (II Raja-raja 20:17-18)
Selain itu, dalam masa perpanjangan umur 15 tahun, ia melahirkan seorang “monster” yaitu Manasye, anaknya. Manasye berumur 12 tahun saat diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya. Manasye melakukan hal yang jahat seperti kakeknya, Ahas dan bahkan lebih jahat dari Ahas, Manasye adalah raja yang paling jahat yang memerintah sangat lama dari sejarah raja Israel dan Yehuda. Alasan lain kenapa Tuhan ingin mengakhiri hidup Hizkia adalah karena Tuhan tidak ingin Nama baik Hizkia dirusak oleh garis keturunannya sendiri. Perbuatan baik Hizkia dimusnahkan oleh Manasye, anak kandungnya sendiri (II Taw 33:1-9).
Di hadapan Tuhan, Hizkia mendapat kasih, karena memang tidak ada lagi raja Yehuda yang Tuhan perlakukan istimewa, selain Hizkia. Sebagai manusia yang ditebus oleh Darah Yesus, anakNYA, kita pun dikasihi Bapa, diperlakukan kasih yang “istimewa”, mendapat hak kesulungan dan warisan Abraham. Oleh karena itu, biarkan DIA mengatur jalan hidup kita. Saat Tuhan berkata dan melarang dengan jelas seperti "STOP INI DAN ITU!" “Stop. Kamu harus berhenti dari kebiasaanmu sekarang!”, “Stop, Jangan lanjutkan. Dia bukan pasangan yang AKU sediakan bagimu!”, “Stop. Pekerjaanmu membuat kamu jauh dari AKU!” “Stop. Teman-temanmu membuat kamu terjerumus dalam dosa!”, "Stop. Lakukan ini saja!" serta mungkin masih banyak lainnya, sadarilah karna DIA sebagai BAPA yang mengasihi kita. FirmanNya semata-mata untuk kebaikan kita saja. DIA ingin menyatakan sesuatu untuk kebahagiaan kita. Tuhan melarang sesuatu itu karena Dia tahu bahwa sesuatu itu akan membuat kita hancur, tidak bahagia atau bahkan jauh dari kasihNya. Mari kita belajar untuk sepakat dengan DIA.
Ibrani 12:10 Sebab mereka (para ayah) mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya
0 comments:
Posting Komentar