
Tertundanya suatu janji Allah, tidak mendapatkan sesuatu yang kita rindukan dari Tuhan, hasil yang di luar harapan kita, dikecewakan beberapa kali oleh orang yang kita kasihi, mengalami masalah yang tidak kita harapkan ataupun kalah berulang-ulang dalam dosa yang sama, akan membuat jiwa kita mengalami kekecewaan, patah semangat, sikap pasif, putus asa; Atau dengan kata lain mengalami
keadaan hati yang tawar.
Ada satu kisah Perjanjian Lama yang menunjukkan akibat keputusasaan dan bagaimana hal itu dapat melumpuhkan orang benar yang mempunyai visi dari Allah. Selesai masa pembuangan 70 tahun di Babel, Israel tidak sabar menantikan janji Allah digenapi, “
Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini (tanah kelahiran mereka) ” (
Yeremia 29:10). Tuhan memakai tiga raja Persia, bangsa yang tidak mengenal Allah (Koresy, Darius, dan Artahsasta) untuk terlibat dalam penggenapan janji Allah tersebut. Misalnya saja Raja Koresh menanggapi dengan menggalang persembahan nasional bagi perjalanan bangsa Israel, mengembalikan harta rampasan Babel dari Israel dan mengeluarkan keputusan raja yang mengizinkan orang Yahudi pulang ke tanah mereka.