Dalam artikel Meresapi perkataan Elihu tentang masalah, ada pertanyaan yang saya terima tentang apa alasan Tuhan sebenarnya sehingga Ayub harus diuji seperti itu. "Jikalau Allah itu adil dan penuh kasih, mengapa diizinkan-Nya anakNya menderita demikian hebat?"
Yakobus 5:11 "Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan. "
Kita setuju bahwa jika kita memilih penderitaan antara jatuh ke tangan iblis atau jatuh ke tangan didikan Tuhan, maka kita akan memilih lebih baik jatuh ke tangan didikan Tuhan. Kita percaya bahwa sehebat-hebatnya tangan Tuhan mendidik kita, Ia juga penuh belas kasihan sehingga Ia tahu kapan harus berhenti menghajar dan kembali memulihkan kita; tidak demikian jika kita jatuh ke tangan iblis, sekali jatuh dan terikat, ia akan terus hancurkan kita.
Ayub 1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
Tiga maksud Tuhan atas kemalangan Ayub:
(1). Anak-anak, bahkan istrinya tidak bisa melihat "sesuatu yang ilahi" dari hidup Ayub. Tujuh anak laki-lakinya suka berpesta pora di rumah, masing-masing menurut gilirannya; namun Ayub sang ayahlah yang meminta ampun kepada Tuhan atas kebiasaan mereka. Mungkin karena Ayub membesarkan anak-anaknya tanpa mengajarkan rasa takut akan Allah. Mungkin Ayub terlalu sibuk di dunia usahanya, sehingga belum ada waktu kebersamaan dengan keluarga dan mendidik keluarganya untuk takut akan Allah. - Ayub 1:1-4. Dengan kata lain, Ayub sedang membesarkan suatu generasi yang tidak mengenal Tuhan. Ciri seorang ayah seperti Ayub, dapat kita temukan juga dalam diri Imam Eli, yang tidak mendisiplin anak-anaknya, bahkan tidak menegur dengan keras atas dosa anak-anaknya yang fatal di mata Tuhan.
Tuhan begitu mengasihi Ayub, sehingga Ia harus mengambil nyawa anak-anaknya yang ia sayangi. Bagi Tuhan, lebih baik anak-anaknya mati dengan tidak lagi berbuat dosa, daripada hidup bebal dalam dosa. Tuhan lebih tahu, jika anak-anaknya terus hidup, maka kelakuan mereka akan bertambah parah dan malah menyusahkan hati Ayub.
Sebagai anak Tuhan, menjadi terang, melayani keluarga, mengajarkan Firman Tuhan dalam keluarga adalah sama pentingnya melayani di muka mimbar, bahkan . . . jauh lebih penting !(2). Pengenalan Ayub yang salah tentang Tuhan. "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" - Ayub 2: 10. Padahal dengan jelas Yakobus 1:16-17 mencatat demikian: "Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. "
Apakah pernah terlintas dari pikiran Tuhan untuk memberikan rancangan yang jahat bagi kita? Tidak pernah. Lalu mengapa di bumi, kita sering mengalami hal yang buruk, musibah besar silih berganti? Iblis paling suka membuat kita salah mengerti tentang Tuhan. Iblislah yang membuat strategi untuk membuat sengsara. Apakah Tuhan tidak berkuasa untuk menghentikan dan mengurung iblis? Saudara, semua ada waktunya. Kita sedang berada di "Rule of God's Kingdom", kita adalah warganya, maka patuhi aturan mainnya. Ikut Tuhan berarti kita berjalan dalam aturan Tuhan dan daging harus mati. Tidak ada argumentasi "seharusnya begini, seharusnya begitu!". Lagipula dalam hukum peperangan rohani, kita sudah diberikan kuasa ilahi untuk membangun benteng-benteng pertahanan dalam doa kita dan menyerang balik iblis. Tugas kitalah sebagai tentaraNya untuk membatalkan serangan iblis dan memulihkan keadaan tentara-tentara lain yang terluka dan kalah. Amin.
Oleh karena dasar pengenalan yang salah, maka Tuhan harus merombak dasarnya dan itu dimulai dari menghancurkan semua apa yang dibangun di atas dasar itu. Akhirnya, Ayub mengerti akan pemahamannya yang salah, sehingga dia berkata "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. " -Ayub 42: 5.
Pengenalan akan Tuhan bukan didapat dari buku, kaset rohani, maupun khotbah. Itu semua hanya pengetahuan dan wejangan rohani. Pengenalan akan Tuhan didapat saat kita mengalami perjumpaan Tuhan dan mendapatkan pewahyuan/visi yang baru. Namun, kabar buruknya, biasanya perjumpaan Tuhan terjadi saat kita mengalami masalah.(3). Kesombongan Ayub. Ayub merasa dirinya suci dan beranggapan layak untuk menguduskan orang lain. Pembenaran diri Ayub, mengatakan bahwa dia tidak bersalah di hadapan Tuhan. Memang Tuhan mengakui bahwa Ayub itu saleh dan takut akan Tuhan, namun Ayub seakan membanggakan perbuatannya yang suci, telah melakukan yang terbaik buat Tuhan. "Karena akulah, keluargaku tidak dibinasakan Tuhan!"
Dewasa ini, kita memiliki terlalu banyak anak Tuhan yang berpikir bahwa mereka melakukan kebaikan bagi Tuhan dengan mengizinkan Dia masuk dalam hidup mereka.
- "Aku adalah seorang eksekutif. Aku memiliki gelar S2. Aku dapat melakukan sesuatu yang lain dan menghasilkan lebih banyak uang, tapi aku memutuskan untuk membuat diriku tersedia bagi gereja."
- " Aku adalah seorang penyanyi. Aku dapat saja merekam musik sekuler. Aku dulu memiliki kontrak-kontrak di dunia sekuler, tapi aku telah memutuskan untuk melakukan kebaikan bagi gereja, dengan kehadiran diriku."
- " Aku tidak bermaksud datang ke gereja hari ini, tapi untunglah aku pergi, karena dengan kehadiranku, tidak mungkin hasilnya seperti ini. Semua jemaat diberkati Tuhan, karena pelayananku!"
Membanggakan kesucian hidup kita, atau membanggakan prestasi yang telah kita raih dalam hal rohani sekalipun, itu adalah dosa kesombongan.Belajar menjadi tawanan Roh
Kisah Para Rasul 20:22 " Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ "
Sebenarnya saat kita percaya bahwa kita sudah ditebus dengan darah Yesus, maka saat itu juga kita adalah milik Kristus. Hidup kita berasal dari Dia. Paulus menyadari hal tersebut, dulu dia adalah tawanan dosa dan iblis, maka dari itu dengan kesadaran dan kemauannya sendiri, dia mau menjadi tawanan Roh. Apakah kita rela menjadi tawanan Roh? artinya, kita mau untuk tidak punya hak mengatur diri kita, apalagi membanggakan diri kita, semua kita serahkan pada Tuhan. Mari kita belajar skarang juga ! Kembali ke jalur Tuhan :)
0 comments:
Posting Komentar