Sabtu, 13 November 2010

Childish Spirit (Roh Kekanak-kanakan)

Egois, penuh nafsu dunia
"Aku ngga mau tuhan-tuhanan lagi!" Kata-kata seperti ini begitu sering kita dengar dari orang-orang sekeliling kita bahkan dari bibir kita juga. Penyebabnya sering ditemukan karena orang tersebut kecewa dengan Tuhan, kecewa dengan saudara seimannya, seperti gembala, pembina atau teman gerejanya. Saya juga termasuk dari salah satu orang yang pernah mengatakannya.

Ketika mengingat kembali dan merenungkan perkataan yang pernah saya ucapkan saat itu, membuat saya sadar akan kebodohan besar saya. Memangnya apa yang kita jalani slama ini adalah hasil perjuangan kita? Memangnya kita sedang coba-coba ikut Tuhan? Memangnya Tuhan itu bisa kita permainkan dengan kesombongan kita?

Bayangkan, gimana kesedihan kita sebagai orang tua, jika ternyata anak kita yang sudah berusia 20 tahun, sikapnya masih seperti anak-anak ? Bahkan anak kita mengultimatum kita untuk memutuskan hubungan anak dengan kita, karena dia tidak mendapatkan apa yang diingininya dari kita dan tidak mau menerima alasan sebenarnya.

Kadang kita bertingkah laku hampir seperti Lucifer. Sikap hati Lucifer selalu ingin membuat Tuhan bersedih. Lucifer menolak Allah duduk di tahtaNya dan ingin menggantikanNya. Bukankah kita juga begitu dengan Tuhan?

Iblis paling suka membuat kita salah mengerti tentang Tuhan dan membuat perpecahan antara saudara seiman. Oleh karena itu, ia meracuni hati dan pikiran kita dengan anggapan-anggapan yang tidak benar. Sampai puncaknya, karena ketidakdewasaan, kita mengucapkan kekecewaan dengan kata-kata yang menyakitkan hatiNya.

Bagaimana membuang roh kekanak-kanakan dari diri kita?

A. Terus melatih sikap hati yang benar dan belajar terlebih dahulu untuk mengenal hatiNya dengan hati kita, jangan menilai Tuhan dengan pikiran kita dulu.
Mengapa kita bisa ada konflik dengan seseorang? karena kita hanya menilai dia dari pikiran kita yang seharusnya begini dan begitu, tanpa mengenal dirinya lebih dalam dengan hati kita. Kita mampu mengasihi seseorang dan  memakluminya bukan dengan pikiran tapi dengan hati.

Matius  22: 37 "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. "

Tidak salah jika Matius mencatat bahwa kita harus terlebih dahulu mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita, dan yang terakhir adalah dengan segenap akal budi kita. Biarlah hati kita yang lebih dulu dipenuhi dengan cinta kasih dan pemahaman akan Tuhan. 

Demikian pula jika kita berbicara dengan hati ke hati, dan hati kita dipenuhi dengan kasih, maka permusuhan/ konflik yang bisa terjadi di antara kita dapat dihindari.

Oleh karena itu, saat kita tiba-tiba mengalami masalah, jangan kita menilai dan menyikapinya dengan pikiran kita. Belajar lah dengan hati. Mengungsilah ke tempat yang aman, lalu datang kepada Tuhan dan berbicaralah kepadaNya. Jangan terburu meninggalkan tempat itu sebelum kita benar-benar mendengarkan FirmanNya dan mendapat kelegaan di hati kita.

B. Jangan memandang seseorang dengan harapan kesempurnaan. Entah seorang gembala, entah seorang pemimpin sekaliber apapun dan siapa pun, mereka tidak lepas dari kesalahan dan ketidaksempurnaan sebagai manusia. Jika mereka dipilih Tuhan, itu karena kasih dan perhitungan Tuhan tersendiri. Jangan berharap pada manusia, pada karismanya, pada talentanya, karena seketika kita berharap, kita kena kutuk yang Tuhan tetapkan- Yeremia 17:5. Justru kesalahan ada pada kita, karena mengapa kita mengandalkan manusia, mengandalkan penalaran kita tentang manusia. Seharusnya kita hanya mengandalkan Tuhan, dan melibatkan Tuhan dalam hidup kita.


Saudara, roh kekanak-kanakan adalah roh yang "aneh" di mata Tuhan. Kadang Tuhan harus hancurkan dulu kesombongan kita dan pengenalan kita yang salah akan Tuhan.


Jika kita mengikut Tuhan dengan mempersoalkan untung rugi, maka ada yang salah dengan keselamatan kita.

0 comments:

Posting Komentar