Rabu, 31 Maret 2010

Menang Atas Diri Sendiri

Artikel tersebut adalah ringkasan dari khotbah ibadah hari minggu di bulan maret 2010 ini, yang disampaikan oleh Pdt Budi Utomo. Khotbah tersebut memberkati saya dan pastinya saya percaya akan memberkati anda semua. Amin.
===
... hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. ... (Gal 5:16-25)

Sebenarnya hal yang paling prinsip yang perlu kita pahami dan pelajari adalah peperangan kita melawan diri kita sendiri. Ada begitu banyak orang yang memiliki dan/atau bergerak dalam sesuatu yang sangat baik tetapi ditengah perjalanan mereka kandas, berhenti dan tidak pernah dapat menyelesaikan. Mereka kalah bukan dengan karena hal lain melainkan karena diri mereka sendiri kemudian menyalahkan sekelilingnya karena tidak pernah ada dukungan, tidak ada perhatian dari orang-orang sekitar atau lingkungan yang tidak memungkinkan dia untuk bertumbuh dan masih banyak alasan lainnya. Karena memang sejak kejatuhan manusia pertama, Adam dan Hawa, yang pertama kali mereka lakukan adalah mencari pihak lain yang bisa disalahkan. Saudaraku, selama kita terus menyalahkan orang-orang, lingkungan atau hal-hal lain di sekitar, percayalah bahwa kita tidak akan pernah menang dalam kehidupan kita.

Dalam Kisah 1:8 Yesus memberitahukan mengenai kuasa besar dalam Roh Kudus yang disediakan bagi yang percaya padaNya, kita begitu bersemangat ketika membahasnya. Tetapi saudara, ijinkan saya mengatakan hal ini, bagaimana kita dapat menggunakan kuasa tersebut jika kita kehilangan kuasa atas diri kita sendiri?? Orang yang kehilangan kuasa atas dirinya sendiri yang pertama adalah orang yang sakit, misal: Parkinson, stroke ataupun penyakit lainnya yang membuat penderitanya kehilangan kendali atas dirinya. Namun sayang sekali sangat banyak diantara orang-orang sehat yang juga kehilangan kuasa atas dirinya. Saudaraku, orang yang tidak bisa mendisiplin dirinya juga termasuk orang yang kehilangan kuasa. Sangat sulit untuk memulai aktivitas tepat pada waktunya, disiplin untuk tidak menggunakan fasilitas umum untuk kepentingan sendiri dan selalu bermasalah dengan bangun di pagi hari. Ingin melakukan sesuatu yang baik tetapi tidak bisa, ingin melakukan sesuatu yang mulia tetapi tidak berkuasa. Tetapi herannya untuk melakukan hal-hal negatif yang menyenangkan daging, bisa sangat giat dan tepat waktu. Bukankah orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang kehilangan kuasa atas dirinya? Ini sesuatu yang sangat serius saudara, jika kita adalah orang-orang yang selalu gagal dalam melakukan sesuatu yang baik maka kita perlu mengintrospeksi mungkin saja kita termasuk dalam orang-orang yang kehilangan kuasa. Itulah sebabnya kuasa-kuasa yang Tuhan sediakan bagi kita tidak dapat digunakan dengan maksimal karena kita sendiri kehilangan kuasa atas diri kita.

Yang penting untuk kita sadari dan pahami adalah; manusia itu terdiri atas 3 dimensi yaitu roh, jiwa dan tubuh. Manusia itu esensinya adalah roh yang diberi jiwa dan tinggal di dalam tubuh. Jiwa berada di antara roh dan tubuh. Tubuh sangat erat kaitannya dengan daging/kedagingan, jadi selama kita tinggal dalam tubuh maka roh kita akan terus berperang melawan kedagingan. Sedangkan jiwa yang berada di tengahnya akan mengikuti mana yang lebih dominan/kuat, jika roh kita kuat maka jiwa kita akan melekat pada roh begitupun sebaliknya jika daging kita yang mendominasi maka jiwa kita akan melekat pada daging. Jiwa terdiri atas pikiran, perasaan dan kehendak itulah mengapa Roma 8:5 mengatakan; “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.” jadi jiwa ini sangat fleksibel. Dari pemikiran-pemikiran kita, keinginan/ambisi, cara kita menghabiskan waktu dan merespon atau mengungkapkan perasaan kita itu dapat menunjukkan sebenarnya kita hidup di dalam roh atau daging.


Tidak ada satu bagian/hal pun dalam daging yang bisa ditoleransi oleh oleh roh, sebaliknya tidak dagingpun tidak mungkin bisa mentoleransi apapun yang dari roh. Jadi jika kita hidup dalam kedagingan maka tanpa sadar kita sedang mematikan roh kita, namun jika roh kita terus bertumbuh maka secara otomatis daging kita akan mengecil karena keduanya berlawanan. Itulah sebabnya mengapa untuk bangun pagi, berdoa dan membaca firman terasa lebih bahkan sangat sulit jika dibandingkan dengan bersiap-siap untuk berangkat piknik di pagi hari. Problemnya bukan karena tidak bisa bangun pagi, tetapi karena sesuatu yang menggerakkan kita. Jadi inilah peperangan kita; mematikan roh atau menumbuhkan roh, itu saja prinsipnya, dengan sendirinya kapasitas/pengaruh daging kita akan sangat terpengaruhi. Kalau kita menekan daging kita dengan baik maka roh kita akan bertumbuh dengan subur, itu terjadi dengan sendirinya. Makanya orang-orang yang kalah dalam hidupnya dan tidak pernah bertumbuh kerohaniannya adalah mereka yang dikendalikan oleh dagingnya. Apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan adalah yang dari daging dan mereka tidak dapat menundukkan itu.

Hal penting yang perlu diperhatikan, dipimpin oleh Roh Kudus membutuhkan komponen roh yang kuat. Itulah sebabnya ada orang-orang yang begitu mudahnya dipimpin oleh Roh Kudus, karena mereka memiliki roh yang kuat. Jiwa akan merespon tuntunan roh sehingga tubuh dapat diarahkan untuk melakukan apa yang Roh Kudus kehendaki, sehingga lebih mudah untuk mentaati. Jadi, jika kita selalu gagal dalam mentaati/ melakukan firman Tuhan bisa jadi itu karena selama ini kita terus memberi makan daging kita, berkonsentrasi kepada keinginan-keinginan daging dan dosa sehingga roh tidak cukup kuat untuk menundukkannya.
Sekarang pertanyaannya, bagaimana kita bisa mematikan kedagingan kita? Bagaimana kita bisa menang atas diri sendiri? Ada 4 hal radikal yang selama ini selalu menjadi area kegagalan kita, namun merupakan hal-hal yang sangat perlu untuk kita lakukan agar kita menang atas diri kita:

1. Disiplin (seni menjadwalkan rasa sakit dan kesenangan dalam hidup sedemikian rupa agar kita bisa menghadapi rasa sakit terlebih dahuluuntuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik kemudian).
Orang yang gagal untuk disiplin pasti takut “sakit”, mereka lebih memilih untuk memelihara kenyamanan dagingnya. Saudaraku, kita tidak perlu disiplin untuk apa yang kita sukai atau sesuatu yang sudah menjadi hobi kita. Kita tidak perlu disiplin untuk membaca komik, memasak, fitness atau kegiatan-kegiatan lainnya yang kita sukai dan memang rutin kita lakukan. Saudara, seberapa kita bisa disiplin dalam hidup kita, termasuk dalam kerohanian kita? Disiplin dalam membaca firman, berdoa atau berpuasa. Jika kehidupan keagamaanmu tidak lebih baik dari ahli-ahli Taurat, maka sesungguhnya engkau tidak layak masuk kerajaan Allah. Alkitab mencatat ahli Taurat mempunyai kehidupan keagamaan yang luar biasa saudara. Mengalahkan daging adalah cara yang paling berkuasa dan gampang jika dibandingkan dengan kehidupan keagamaan yang dijalani ahli Taurat. Percayalah jika kita tidak bisa mendisiplin daging/diri kita, maka kita akan terus kalah.

2. Komitmen (suatu janji pada diri kita sendiri ataupun pada orang lain yang tercermin dalam tindakan).
Komitmen akan menjadi kekuatan dan dibutuhkan (untuk memaksa kita) ketika kita tidak ingin melakukan apa yang sudah kita janjikan. Komitmen sedikit berbeda dengan disiplin. Komitmen dilakukan karena kita sudah berjanji dan berusaha untuk menepatinya. Ini sesuatu yang sangat serius dan tidak sembarangan. Ada banyak orang atau pun keluarga yang gagal yang gagal dalam hal komitmen dan itu sangat mempengaruhi banyak aspek.

3. Bayar Harga (dituntut lebihi dari yang seharusnya, melebihi yang daging harapkan)
Orang yang punya mental bayar harga akan selalu mengalami peningkatan hari demi hari. Orang ini akan terus diperbesar/diperluas kapasitasnya karena dia selalu berusaha melakuakan sesuatu lebih dari yang umumnya dilakukan, sehingga akan terus meningkat. Saya selalu suka melihat keberhasilan seseorang bukan dari semua yang sudah dicapainya saat ini, tetapi dari setiap proses yang dia lewati untuk memcapai keberhasilannya. Jangan berharap kita bisa bertumbuh tanpa ada bayar harga, dalam hal apa pun. Yesus pun mengajarkan supaya kita bayar harga, Mat 5:40-41 “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” bukankah itu prinsip bayar harga?? Dalam segala aspek, lakukan sesuatu yang lebih dari yang diharapkan, lebih dari yang umumnya dilakukan.

4. Pengorbanan
Pengorbanan selalu berhubungan dengan rasa sakit, dan saat kita berbicara tetang kasih itu tak mungkin lepas dari pengorbanan. Saudara, orang yang dalam hidupnya dalam kedagingan pasti gagal mengasihi. Mengapa? Karena dia gagal berkorban. Kasih bukanlah sebuah kasih jika tanpa pengorbanan. Dalam 1 Yoh 3:10 Yohanes menyebutkan perbedaan mendasar antara anak-anak Allah dan anak-anak iblis yaitu dari hidupnya yang mengasihi; “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” Bagaimana kita mengetahui kasih Kristus? Bagaimana kita mengetahui Yesus mengasihi kita? Salah satunya, dan merupakan yang terbesar, yaitu dari pengorbananNya. Bisakah kita merasakan kasih Yesus jika Ia datang dalam keallahanNya, membinasakan semua lawanNya dan menjalani penyaliban tanpa penderitaan dan kematian? Yesus dapat melakukan semua itu tetapi Ia memilih untuk datang dalam kemanusiaan dan menjalani semua penyiksaan dalam keterbatasan manusia. Tidak ada pahlawan tanpa pengorbanan.

Dalam 1 Pet 4:1 Petrus mengatakan “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, --karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa--” Saudaraku, karena Kristus telah menderita penderitaan badani maka kita pun harus menata pikiran kita sedemikian, bahwa kita sebagai pengikut Kristus pun harus berkorban dan bayar harga. Orang yang benci dengan penderitaan selalu akan akrab dengan dosa, sedangkan orang yang membuka diri dan rela dengan “penderitaan” yang Tuhan ijinkan, alkitab berkata; mereka telah berhenti berbuat dosa. Mulai tanamkan dalam diri kita mental yang mengasihi Tuhan, mau melakukan apapun dan bayar harga untuk Tuhan, tidak takut menderita. Itulah kekristenan. Saudaraku, marilah kita berhenti berfokus pada diri sendiri, kepentingan diri sendiri merupakan salah satu bagian dari kedagingan. Kesenangan kita adalah ketika nama Tuhan dipermuliakan, kesenangan yang berbeda dengan yang dunia katakan. Bukan berarti kita tidak boleh merasakan kebahagiaan/ kesenangan tetapi kesenangan kita bukan terletak pada kenyamanan tubuh dan daging seperti yang dunia katakan, kesenangan kita adalah ketika Tuhan tersenyum dengan apa yang kita lakukan, ketika orang lain bersukacita.

0 comments:

Posting Komentar