Minggu, 11 Juli 2010

Musa yang dilatih menjadi bukan siapa-siapa

Menjadi seorang pemimpin yang membawahi dua sampai lima orang tentu masih tidak menjadi masalah, namun menjadi seorang pemimpin yang secara langsung berhadapan serta membawahi barisan suatu bangsa yang jumlahnya kurang lebih 3 juta orang dan belum dihitung jumlah ternak mereka masing-masing, itu tentu menjadi masalah yang sangat besar. Sebuah tanggung jawab berat dan besar yang harus dihadapi oleh seseorang yang bernama Musa. Firman Tuhan mencatat bahwa Musa melayani bangsa tersebut dengan kelembutan hati yang luar biasa. Walaupun pada akhirnya ia tidak diperbolehkan masuk Tanah Perjanjian karena melakukan sesuatu yang tidak tepat diperintahkan Tuhan (Bilangan 20:7-12), belum ada manusia di muka bumi ini yang bisa bertahan dengan sabar dan tekun menghadapi amarah dan gerutu suatu bangsa selama berpuluh-puluh tahun (Bilangan 12:3). Hati yang suka mencari Tuhan, kesabarannya, ketekunannya dan kelembutan hatinya itulah yang harus kita teladani dalam hidupnya.

Siapakah Musa ? Bagaimana Tuhan melatih Musa sehingga memiliki karakter luar biasa seperti itu?

Impresi yang kuat, warisan dari ibunya

Diceritakan bahwa orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya sehingga Mesir dipenuhi oleh mereka. Seorang Firaun baru yang tidak mengenal jasa Yusuf memberikan kebijakan untuk menekan mental mereka dengan kerja paksa rodi, agar mereka tidak bisa memberontak. Israel dibuat begitu pahit dengan siksaan yang kejam (Keluaran 1:7-14). Namun sebagaimana peran Tuhan yang luar biasa, makin ditindas bangsa Israel, maka makin bertambah banyak dan berkembang, sehingga pengawas-pengawas rodi segan kepada orang-orang Israel ( Keluaran 1:12). Akhirnya untuk menghentikan populasi Israel di Mesir, Firaun menetapkan perintah untuk membunuh atau melemparkan semua bayi laki-laki yang lahir ke sungai Nil (Keluaran 1: 15-22). Seorang bayi mungil bernama Musa, lahir dari keluarga Lewi di masa pencarian semua bayi laki-laki yang baru lahir untuk dibunuh. Sang ibu tidak membiarkan anak ini dibunuh karena jauh memandang ke dalam diri Musa dengan cara pandang Allah, sang ibu sangat yakin ada suatu rencana ilahi dalam diri anaknya (Kejadian 2:1-2; Ibrani 11:23; Kis 7:20). Musa sedang disembunyikan, disimpan dan hendak dipersiapkan oleh Allah atas rencanaNya yang sangat besar nantinya. Singkat ceritanya, ia diangkat menjadi anak angkat putri Firaun, dididik dalam tata cara Mesir (Kis 7:22); Namun selama sang bayi masih membutuhkan seorang ibu, ibunyalah yang menjadi inang pengasuhnya (Kejadian 2:9-10). Mungkin selama sang ibu menyusui Musa, ia terus memperkatakan kata-kata berkat dan Janji Tuhan kepadanya. Mungkin ibunya terus memperkatakan akan menjadi apa ia kelak, sehingga lambat laun tertanam dalam roh dan jiwa Musa, bahkan menjadi suatu keyakinan impresi yang sangat kuat saat ia dewasa, bahwa ia bisa membuat perubahan yang sangat berarti buat Israel. Perhatikanlah, bahwa saat dewasa, ia sudah tahu bahwa ia bukan keturunan Mesir, tetapi dari keturunan Israel.

Menjadi “pahlawan kesiangan”- Bertindak sebelum waktu yang Tuhan tetapkan


Kejadian  2:11.-12 Waktu Musa sudah dewasa, ia pergi menemui orang-orang sebangsanya. Ia melihat bagaimana mereka dipaksa melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dilihatnya juga seorang Mesir membunuh seorang Ibrani. Musa menengok ke sekelilingnya, dan ketika ia melihat bahwa tidak ada yang memperhatikan dia, dibunuhnya orang Mesir itu lalu mayatnya disembunyikan di dalam pasir.


Ibrani 11:24 Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun

Sayangnya, Musa belum mengetahui bahwa ia masih disimpan oleh Tuhan dan belum waktunya “show time”. Ia tergesa-gesa bertindak secara emosional dengan membunuh seorang Mesir yang saat itu sedang menganiaya seorang Israel, tanpa meminta petunjuk kepada Tuhan Allah Israel. Ia menjadi “pahlawan kesiangan”, tindakannya tidak mendapat pujian orang-orang Israel, bahkan ia malah mau dibunuh Firaun karena dianggap berkhianat. Kita harus tahu tentang ketepatan dalam waktu Tuhan. Melihat keadaan yang seakan mendukung waktunya kita bertindak, belum tentu itu benar-benar waktu Tuhan buat kita. Perhatikanlah, ternyata waktu Tuhan buat Musa adalah 40 tahun kemudian, bukan saat itu (Kis 7:30).

Kis 7:23-28 " Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel. Ketika itu ia melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu. Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti. . . . Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? . . ."

Menjadi seorang kriminal, bukan siapa-siapa, disimpan selama 40 tahun untuk menerima panggilan pada waktu “suatu ketika”

Pelarian Musa dari Mesir bukan berarti kegagalan rencana Tuhan buat Musa dan Israel. Dengan larinya Musa ke tanah Midian, menjadi seorang pendatang di negeri yang belum pernah ia datangi dan menikah, ia malah menggembalakan kambing domba mertuanya selama 40 tahun. Sebagai seorang gembala kambing domba yang melakukan rutinitas sama terus setiap harinya, Tuhan kembali lagi menyimpan dan mempersiapkan dia menjadi seorang gembala dan pemimpin besar sampai “suatu ketika”. Seperti Hana harus menunggu dengan sabar sampai isi cawan doanya menjadi penuh dan genap, karna Tuhan pun harus mempersiapkan bangsa Israel untuk menerima anak Hana sebagai nabi, imam dan hakim atas mereka; Demikian pula, dengan peristiwa Musa, ia harus dibiarkan menunggu tanpa pasti, sampai cawan doa permohonan bangsa Israel terisi penuh dan genap di mata Allah. Siapa yang mengetahui tahun ke-berapa saatnya cawan itu penuh? Itu tersembunyi dari Musa, Musa tidak tahu, karena hanya Tuhan yang tahu.


Keluaran 2:23-25; 3:1-2 Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.  Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka. Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. 



Kisah 7:30 Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah kepadanya seorang malaikat di padang gurun gunung Sinai di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. 


Keluaran 3:7-10 Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. . . . Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."

Masa penuhnya cawan doa seruan bangsa Israel sudah tergenapi dan saatnya Tuhan berurusan pribadi dengan luka masa lalu Musa. Musa benar-benar menjadi “bukan siapa-siapa” saat diutus Tuhan, ia bukan orang berpengaruh dan terhormat di Mesir, ia dicoret sebagai anak angkat Firaun, ia seorang kriminal sekarang, pelarian, ditolak oleh Mesir dan saudara sebangsanya sendiri. Mana mungkin seseorang yang tidak mempunyai status pemerintahan di Mesir, bisa menyakinkan bangsa Israel dan Mesir sekaligus. Siapa yang mau mendengarkan dia? Ia  sudah menyerah sebelum berusaha. Ia sudah pasif dan berkata bahwa ia tidak mau repot-repot, lebih baik Tuhan pilih orang lain saja. (Keluaran 3:11,13; 4:1,10,13). Kalau kita telusuri dan perhatikan lebih dalam tentang semua penolakan Musa, kita perhatikan bahwa Musa sedang bermasalah dengan dirinya dan dengan Tuhan. Ia kecewa kepada Tuhan, kenapa Tuhan mengutusnya setelah lewat 40 tahun dan selama itu Tuhan tidak pernah satu pun menyatakan diriNya kepadanya. Ia merasa dipermalukan dengan apa yang ia yakini selama ini. Ia bertanya-tanya sepanjang hari kenapa ia ditolak oleh saudaranya sendiri, tanpa ada penghiburan dan jawaban yang melegakan. Kalau kita perhatikan, Musa adalah seorang tipe melankolis, ia tipe pemikir sekaligus sensitif dengan masalah perasaan hati. Saya sebagai seorang tipe melankolis pun, sedikitnya bisa merasakan apa yang ia rasakan selama 40 tahun itu, ia pasti tertekan, marah, kepikiran terus, mengasihani diri dan suka menangis ketika tiba-tiba teringat kembali masa itu, bahkan bisa saja dalam kekecewaan hatinya yang paling dalam, ia berkata bahwa ia tidak peduli dengan keyakinannya itu. Di hadapan Tuhan, apa yang dia katakan dari mulutnya, itu sungguh-sungguh keluar dari apa yang dia simpan selama ini dalam kekecewaan hatinya, ia tidak berbohong, atau sekedar beralasan asal-asalan. 

Harun yang dipaksa masuk dalam panggilan, namun belum siap menerimanya.

Pada akhirnya, Tuhan murka kepadaNya dan berkata bahwa Harun akan mendampingi dan menolongnya. Ia akhirnya mau diutus oleh Tuhan, namun kita tahu bagaimana cerita selanjutnya tentang Harun yang suatu ketika malah menjerumuskan bangsa Israel dalam pembuatan dan penyembahan berhala Lembu Emas, yang mengakibatkan hukuman pembunuhan saudara, teman dan tetangganya sendiri di antara pihak Israel (Keluaran 32). Bahkan karena hal tersebut, Tuhan sempat enggan menyertai bangsa Israel ke tanah perjanjian (Keluaran 33:15-16). Berhati-hatilah berargumentasi dengan FirmanNya, mengutarakan keberatan kita, tanpa menangkap FirmanNya seutuhnya, tanpa mengerti dahulu maksud Tuhan, karena “Harun-harun” yang belum siap tiba-tiba dipaksa Tuhan masuk untuk membantu perjalanan iman kita. Memang di satu sisi, Harun memang sangat membantu Musa, namun di sisi yang lain, karena karakter yang belum matang, ia cenderung suka menghakimi bangsa Israel, bukan seorang imam dan perantara yang benar, karena bukannya meminta pengampunan dari Tuhan, malah sengaja merancangkan kejahatan agar mereka terjerat dalam dosa. 

Keluaran 32:21-25 Lalu berkatalah Musa kepada Harun: "Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?" Tetapi jawab Harun: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata. Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini." Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang--sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka-


Ulangan 9:19-20 Sebab aku gentar karena murka dan kepanasan amarah yang ditimpakan TUHAN kepadamu, sampai Ia mau memunahkan kamu. Tetapi sekali inipun TUHAN mendengarkan aku.  Juga kepada Harun TUHAN begitu murka, hingga Ia mau membinasakannya; maka pada waktu itu aku berdoa untuk Harun juga.

Musa-lah yang malah menjadi perantara sejati antara Israel dengan Allah. Musa-lah yang meminta pengampunan buat Harun. Tidak dituliskan bahwa Harun menyesal dan bertobat karena kejahatannya ini. Apakah tanpa pertolongan Harun, Musa seharusnya bisa memimpin bangsa Israel? Mungkin iya, mungkin tidak, karena memang pertolongan Harun bermanfaat sekali buat Musa, namun yang menjadi permasalahannya adalah Harun belum benar-benar matang saat dipanggil, ia bukan produk buah yang masak di pohon seperti Musa. Harun tiba-tiba dipaksa Tuhan masuk, karena kesalahan Musa yang tawar menawar dengan perintahNya.

Kelihatannya Tuhan sengaja menampilkan dua pemimpin yang berbeda hasil tersebut dalam perjalanan mereka bersama-sama. Tuhan seakan-akan membuat kita memilih apakah kita mau menjadi seperti Musa atau seperti Harun? Kita sudah tahu bagaimana hasil dari mereka masing-masing. Apa yang kita pilih? Disimpan oleh Tuhan sampai buah itu masak di pohon, atau dicabut dari pohonnya dan menjadi buah karbitan. Sama-sama buah yang dihasilkan, tapi dengan harga, rasa dan kenikmatan yang jauh berbeda.

Disimpan atau belum dipakai saat itu memang tidak enak, karena mungkin saja teman-teman kita yang seakan-akan lebih menonjol dan lebih dipercayai dalam kerohanian daripada kita. Karakter kerendahan hati kita benar-benar dibentuk Tuhan saat itu. Apa yang Tuhan perbuat adalah untuk kebaikan kita, dan selama masa itu, kita harus belajar menyerap lebih banyak lagi kasih dan kebenaran, motivasi, sikap dan respon hati yang semakin dimurnikan.

Dalam seri: Belajar dari Yehuda yang beroleh kemuliaan, kita tahu yang dicintai dan diperhatikan lebih dari Yakub adalah Yusuf, namun yang mendapat berkat dan perhatian yang spesial dari Yakub adalah Yehuda. Tidak dipungkiri ada teman-teman kita yang pasti lebih menonjol, lebih berkarisma atau mendapat perhatian lebih daripada kita, namun jangan berkecil hati,  karena Tuhan memandang orang yang memiliki hati yang indah. Amin. GBU

0 comments:

Posting Komentar