Senin, 23 Agustus 2010

Menyembah = Memandang dengan sudut pandang Allah

Ada dua hal yang akan kita pelajari :

"Gendonglah aku, ayah! "

"Begitu indah di atas sini, ayah!"
Kita pasti pernah memperhatikan seorang anak kecil yang meminta agar ayah/ibunya menggendong dia. Dia angkat kedua tangannya ke atas di hadapan ayah/ibunya itu. Dengan digendong, dia merasa lebih dekat dengan ayah/ibunya itu. Dengan digendong, dia bisa melihat apa saja yang dilihat oleh ayah/ibunya. Dengan digendong, dia turut bergerak bersama-sama dengan ayah/ibunya, ayah/ibunya yang mengarahkan. Dengan digendong, dia sedang memulihkan kekuatannya dan tinggal aman dalam kekuatan tangan ayah/ibunya yang menopang tubuhnya. Bagaimana jika yang menggendong kita adalah Tuhan Ayah kita? wow.. it's amazing.. itu adalah anugrah yang terindah buat kita.



"Carry me on, Dad!"
Dengan sikap mengangkat kedua tangan kita ke tahtaNya, dengan sikap menyembah DIA, sebenarnya kita sedang berkata: "Gendonglah aku, Ayah!. Aku ingin memandang masalahku dengan cara pandangMU! Aku ingin merasa lebih dekat denganMU! PadaMU, aku merasa aman !" Kalimat "Gendonglah aku, ayah! " ini sungguh sangat menginspirasikan hidup saya dengan Ayah kita yang luar biasa. Itulah sekilas dari buku Tommy Tenney "God's Eye View" yang saya baca tadi siang di toko buku Immanuel. Penyembahan kita di hadapanNya membuat kita naik ke tahta Allah dan mengenal DIA lebih dalam.

Saya juga diingatkan sebuah kalimat yang pernah dikatakan oleh seorang hamba Tuhan beberapa tahun yang lalu, yaitu "Bagaimana kedalaman pengenalan kita akan Tuhan, akan terlihat dari bagaimana kesungguhan ekspresi kita saat menyembah dan memuji Tuhan". Maksudnya bukan seperti orang yang jingkrak-jingkrak, loncat-loncat. atau nangis-nangis berarti orang itu lebih kenal Tuhan. Kalau itu pemahamannya, wah dangkal sekali, berarti orang dugem dan orang yang berada di RSJ itu lebih kenal Tuhan. Tapi bagaimana ia meresapi setiap kata demi kata dalam penyembahan dan pujian itu. Ia merasa terlibat masuk, merasakan apa yang dialami oleh pembuat lagu tersebut. Apa yang ia nyanyikan dari mulutnya, juga keluar dari kedalaman hatinya. Namun ini baru tingkatan jiwa dalam penyembahan/pujian.

Kiss Your FATHER
Ada 3 tingkat kedalaman penyembahan dan pujian yaitu dari tingkat paling dasar, tubuh, jiwa sampai tingkat tertinggi yaitu tingkat roh. Saya tidak mengatakan bahwa orang yang hanya berada di tingkat jiwa, berarti dia tidak mengenal Tuhan. Tetap dia mengenal Tuhan cuma tidak dalam saja, seperti tingkat Kemah Suci (lebih dalam berarti masuk ke tahta Ruang Maha Kudus- Bertemu muka dengan Tuhan). Kadangkala Worship Leader berkata, " Jangan puas, mari masuk lebih dalam". Itu berarti kita melangkah masuk ke tingkat roh; Dan biasanya tingkat roh, penyembahan/pujian tidak lagi dituntun dengan suara musik melo atau rancak, mereka tiba-tiba masuk saja dalam keintiman Tuhan. Itu namanya penyembahan yang menyentuh hati Tuhan, penyembahan yang mengecup/mencium wajah Tuhan. It's so sweet!

Maukah anda dan saya masuk lebih dalam ke penyembahan tingkat roh? Dalam dimensi ini, kita mengalami lawatan Tuhan, hidup kitalah yang digerakkan Roh Kudus untuk menyembah dan memuji Dia dengan cara yang Dia mau. Itulah yang dinamakan mengalir bersama Roh Kudus, yaitu ketika kita tenggelam dalam sungai-Nya dan membiarkan Dia membawa kita mengalir bersama-Nya.

"Di atas Gunung Tuhan akan disediakan . . .! "

Mendaki ke Gunung Tuhan
Jika kita membaca Kejadian 22:3-19, kita dapat menyimpulkan bahwa pergi ke atas gunung Tuhan itu butuh persiapan dan kesungguhan hati. Abraham bangun pagi-pagi, menyiapkan keberangkatan dan membelah kayu-kayu bakar. Setelah 3 hari perjalanan, Abraham dan rombongannya akhirnya dapat memandang gunung Tuhan, itupun masih dari kejauhan. Berbeda dengan hal yang sebelumnya, kali ini Tuhan menghendaki kita benar-benar bersiap dengan sungguh-sungguh hati sebelum datang ke gunungNya. Bisa saja Tuhan juga meminta sesuatu yang berharga dulu yang nantinya harus dipersembahkan di atas GunungNya, sebelum Ia benar-benar menyediakan gantinya yang terbaik. Iman dan penyerahan hidup kita benar-benar diuji selama kita berjalan naik ke atas gunungNya. Ini adalah masa pendewasaan buat karakter kita.

Yang dapat kita kagumi dari perkataan Abraham adalah "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." -Kejadian 22:5. Abraham sudah tahu dengan pasti bahwa yang menjadi korban bakaran adalah anaknya sendiri. Jadi pasti anaknya harus mati. Tapi kenapa Abraham tidak berkata "..sesudah itu aku kembali kepadamu." tetapi "...sesudah itu kami kembali kepadamu.". Penulis Ibrani telah mencatat alasannya bahwa " Abraham berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. " Ibrani 11:19. Sejarah tidak mencatat sebelumnya bahwa Tuhan pernah membangkitkan orang mati sebelumnya di zaman Adam sampai Abraham. Bagaimana Abraham yakin bahwa Tuhan yang ia sembah juga Tuhan yang berkuasa membangkitkan orang mati? Imannya telah mencapai kesempurnaan di atas gunung Tuhan tersebut. It's Amazing, guys ! Itulah pertama kalinya, Tuhan kita disebut Jehovah Jireh ( Tuhan yang menyediakan). Mereka yang mengalami mujizat campur tangan Tuhan adalah mereka yang berada di atas gunung Tuhan, adalah mereka yang sungguh hati dan mempersembahkan bagiannya yang terbaik kepada Tuhan.

"Dad, this is me, Your son!"
Saya diingatkan kembali dengan sebuah perkataan dari hamba Tuhan bahwa "Menyembah itu berarti membawa suatu korban yang hidup dan terbaik ke tahta Allah. Tetap Menyembah dan memuji Dia dalam keadaan yang tidak memungkinkan, dalam keadaan yang sekalipun tidak kita rasakan bahwa Tuhan itu baik; itu yang dinamakan Sacrifice in Worship". Seperti seorang imam, dia membawa sesuatu yang kudus untuk dibakar dan dipersembahkan di mezbah.

Di atas Gunung Tuhan, akan disediakan apa yang menjadi jawaban doa kita, apa yang menjadi kebutuhan kita, apa yang menjadi janji Tuhan atas hidup kita; tetapi maukah kita memiliki kesiapan hati dan mau membayar harganya.

1 komentar:

  1. Thanks buat uraiannya ...sungguh memberkati saya. Gbu

    BalasHapus