Jumat, 27 Agustus 2010

Jangan meniru sisi gelap Abraham

Abraham yang tidak matang dalam hidup kerohaniannya

Kejadian 25:1-2 Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah.

Walaupun sampai sekarang banyak dari kita sangat mengagumi kehidupan Abraham karena imannya,  namun secara jelas Alkitab mencatat suatu sisi kehidupan lain dari Abraham yang harus kita sadari bahwa sejauh apapun kita mengalami Tuhan, kemungkinan bagi kita suatu hari untuk berada di dalam daging dan melampiaskan hawa nafsu daging. Jangan kita beranggapan dan percaya diri sendiri bahwa kita sudah cukup rohani dan tidak mungkin jatuh dalam dosa sekecil apapun, sehingga kita menjadi sombong dan membuka celah bagi si jahat dan kedagingan kita.

I Korintus 10:12 Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!


Tidak heran juga, Paulus kembali mengajarkan dalam Efesus mengenai peperangan rohani, bahwa kita harus tetap berdiri sesudah kita menyelesaikan "segala sesuatu"-Efesus 6:13

Apakah "segala sesuatu"nya kita?


Kematian Sara
"Segala sesuatu"-nya yang Abraham pikir adalah Tuhan sudah menggenapi JanjiNya yaitu ia memperoleh seorang anak bernama Ishak dari Sara yang mandul. Ishak sudah dewasa dan sudah menikah dengan Ribka; sedangkan Sara sudah meninggal. Tuhan dimuliakan, maka semua urusan sudah beres. Saat Abraham mengira bahwa segala sesuatu sudah beres, saat itulah ia seperti binatang yang terlepas dari kandangnya. Kalau sperti Daud yang sudah tua yang menikah lagi dengan Abisag, gadis yang amat cantik untuk merawat dan melayani Daud, mungkin kita bisa menerimanya, karena Daud tidak bersetubuh dengan Abisag (I Raja 1:3-4); Tetapi jelas sejarah mencatat bahwa Abraham menikah dengan Ketura dan bersetubuh dengan dia. Anak mereka tidak hanya satu, tapi 6 orang. Sedikitnya 6x Abraham melampiaskan nafsu berahinya, padahal Abraham pernah mengatakan kepada Tuhan sekitar 40 tahun yang lalu sebelum Ishak lahir, bahwa ia sudah sangat tua (Kejadian 17:17). Inilah contoh ciri anak Tuhan yang tidak matang dalam kerohaniannya, walaupun ia sudah dipanggil dan dipilih Tuhan, bahkan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan.

Kejarlah kematangan/ kedewasaan roh sampai usia kita menutup.

Mengikut Tuhan, seluruhnya adalah perkara rohani. Oleh karena itu, kita harus bertumbuh di dalam roh setiap hari sampai matang. Jangan pernah puas dengan keberhasilan atau kemenangan rohani yang kita peroleh. Bahkan jangan pernah membanggakan pengalaman kerohanian kita, jangan pernah "sombong" jika Tuhan pakai dan pilih kita dalam tugas pelayanan.

Kristen Yoyo
Sejarah di Kejadian juga tidak mencatat bahwa Abraham memberkati Ishak dan Ribka dengan menumpangkan tangannya saat hari-hari dekat kematiannya. Ini kembali membuktikan bahwa Abraham tidak matang dalam kerohaniannya. Sebelum karakter kerohanian seseorang mencapai kedewasaan/ kematangan maka ia tidak stabil. Sebulan yang lalu terhadap Tuhan, dia mungkin sangat membumbung tinggi, sangat bergairah; bulan berikutnya tiba-tiba dia melakukan hal-hal yang memalukan. Ada beberapa orang, ketika mereka disambut dengan baik dan disanjung, mereka sangat gembira sampai lupa diri; tetapi begitu mereka ditentang dan mengalami gesekan masalah, mereka menjadi sangat tertekan dan putus asa. Dewasa ini jenis ini disebut Kristen YoYo(Naik-Turun). Naik turun ini membuktikan bahwa kerohaniannya belum matang. Mungkin juga ia merasa di atas puncak, merasa beres dan lupa diri, tidak berjaga-jaga, tidak sadar bahwa si jahat bisa menyerang dalam bentuk apapun. Mungkin juga ia merasa beres, dan membiarkan dagingnya lepas dari kandang. Bagaimanapun, ketika kerohanian seseorang mencapai kedewasaan/ kematangan, ia tidak mudah jatuh bangun, ataupun goyah, apalagi lupa diri.

Kita perlu bertumbuh sampai kita matang dalam karakter roh melalui Roh Kudus ( Kolose 1:28; Efesus 4:13). Kita tidak dapat matang tanpa suplain yang tepat, yaitu Roh Kudus yang mengingatkan kita akan FirmanNya dan menyadarkan kita tentang darimana kita berasal.

Mari kita merenungkannya.

0 comments:

Posting Komentar