Ada 2 hal yang harus kita pelajari dari kebodohan Raja Saul yang harus kita waspadai dan sadari. Melalui 2 hal ini, kita bisa mengevaluasi kembali diri kita apa kita sudah didapatiNya berkenan atau belum :
- Apakah Allah berada di hati kita dan tidak hanya di mulut kita.
- Apakah kita sudah membereskan dosa-dosa kita, dimulai dari mengakui serta bertobat di hadapanNya.
Seperti Daud, Saul adalah raja yang dipilih dan ditetapkan Tuhan. Tuhan telah memilih Saul menjadi Raja, sebelum ia dinyatakan sebagai raja melalui undian.
I Samuel 23:19-21. Tetapi beberapa orang Zif pergi menghadap Saul di Gibea dan berkata: "Daud menyembunyikan diri dekat kami di kubu-kubu gunung dekat Koresa, di bukit Hakhila, di sebelah selatan padang belantara. Oleh sebab itu, jika tuanku raja berkenan datang, silakanlah datang; tanggungan kamilah untuk menyerahkan dia ke dalam tangan raja." Berkatalah Saul: "Diberkatilah kiranya kamu oleh TUHAN, karena kamu menunjukkan sayangmu kepadaku. .."
Orang-orang Zif telah mengkhianati Daud, sehingga mereka memberitahukan tempat persembunyian Daud kepada Saul. Anehnya, karena kejahatan seperti itu, Saul malah memberkati mreka dengan mengatasnamakan Tuhan. Baik Orang Zif dan Saul adalah orang-orang yang tidak benar di mata Tuhan, bahkan bagi Saul, Firman Tuhan telah mencatat di pasal-pasal sebelumnya, bahwa "sejak dari saat Saul tidak mau bertobat, Roh Tuhan telah undur dari Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang diizinkan Tuhan"-I Samuel 16:14. Saul yang memberkati mengatasnamakan Tuhan, adalah Saul juga yang telah memerintahkan para prajuritnya untuk membunuh semua imam Tuhan, dengan alasan karena para imam itu telah membantu Daud dan tidak memberitahukan hal tersebut kepadanya- I Samuel 22:17-19. Apakah Saul tidak mengetahui bahwa Daud adalah orang yang disertai Tuhan ? tentu Saul menyadari- I Samuel 18:28-29. Berarti dengan sengaja, Saul telah menjadi keras hatinya dan tetap berusaha membunuh orang yang disertai Tuhan.
Ada banyak anak Tuhan yang senang menggunakan istilah JBU, GBU, Shalom, Haleluya, Puji Tuhan, dan sebagainya, dalam jejaring sosial dan dalam tegur sapa. Semua ini tidak salah selama kata-kata itu berasal dari hati yang betul-betul percaya kepada Tuhan dan dekat dengan Tuhan. Tetapi kalau anak Tuhan yang selalu mengucapkan hal-hal itu jarang datang dalam kebaktian, tidak pernah ikut Pemahaman Alkitab, tidak pernah mau dibina/dibimbing, jarang ber-Saat Teduh, hidupnya penuh dengan dosa-dosa yang disengaja, maka ia tidak berbeda dengan Saul ! Hanya mulutnya yang penuh dengan Allah, tetapi dalam hatinya tidak ada Allah! Kita bisa menipu / mengelabui manusia, tetapi kita tidak bisa menipu / mengelabui Tuhan! Kita menjadi orang munafik yang memasang topeng rohani, tapi semua itu hanya untuk "aku dan aku" saja.
Matius 7:21. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
It takes spiritual authority to bless others. Many Christians say, "God bless you," but one clearly senses that although the words express a kind wish, they lack real spiritualauthority. (M. Basilea Schlin) - Dibutuhkan otoritas spiritual untuk memberkati orang lain. Banyak orang Kristen berkata, "Tuhan memberkati Anda (GBU)" tetapi 1 hal yg jelas yaitu; meskipun kata-kata mengungkapkan keinginan baik, namun itu tidak memiliki otoritas spiritual yg nyata.Menyangka bahwa Allah masih ada di pihak kita untuk membela
Saul telah mengetahui bahwa Tuhan telah menyertai Daud, dan ia juga masih menyangka bahwa Tuhan juga masih menyertainya. Saul telah mengemas rasa tidak terimanya dan rasa takut terancam kedudukannya sebagai raja dengan berkedok atas nama Tuhan yang membela dirinya. Hati-hati dengan menyangka bahwa Tuhan masih ada di pihak kita untuk membela kita. Mungkin tuhan kita adalah emosi dan ego kesombongan diri kita. Mungkin kita tidak menyadari, bahwa Tuhan telah undur dari kita. Dia undur karena ada dosa-dosa yang tersembunyi yang belum juga kita bereskan. Sejak awal ketika Samuel masih hidup, yaitu saat Saul tidak taat, bukannya dibereskan, merendahkan diri dan bertobat dari dosanya, Saul malah mencari-cari alasan untuk memperkuat tindakannya yang berdosa. Bukankah sifat dasar manusia adalah gengsi, tidak mau mengakui kesalahan yang diperbuatnya, malah mencari alasan dan menyalahkan yang lain, hal ini yang diperbuat oleh Adam dan Hawa saat Tuhan meminta pertanggungjawaban atas tindakan dosa yang mereka perbuat.
Kita tetap berdoa, berseru bahkan menyatakan Firman Tuhan setiap hari, dengan menyangka bahwa Tuhan ada di pihak kita, namun kita belum membereskan dosa-dosa kekejian, menjauhkan kebiasaan atau gaya hidup kita yang tidak benar terlebih dahulu. Kita mengeraskan hati kita saat Tuhan menghendaki kita bertobat. Tentu saja, sampai mulut kita berbusa dan sampai kita jungkir balik sekalipun, doa dan seruan kita tidak didengar Tuhan, karena ada dosa "penghalang" yang belum dibereskan.
Yesaya 59:1-3. Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan.
0 comments:
Posting Komentar