Jumat, 01 Oktober 2010

Jangan pandang paras atau perawakannya

Bagaimana sikap benar untuk tidak menjadi kecewa atas sikap seseorang

Sederhana sekali yang ingin saya postingkan hari ini, yaitu banyak kerap kali, saya mendengarkan sharing yang serupa diceritakan oleh beberapa anak muda yang mengatakan bahwa ia cukup kaget dan kecewa dengan si A karena kelihatannya si A itu rohani banget, luar biasa pelayanannya, bahkan mengatakan seakan-akan hidupnya baik-baik dan diberkati Tuhan, namun pernah ia temukan si A adalah seorang yang munafik. si A tidak menjadi berkat di keluarganya, ia kedapatan melakukan dosa besar yang ditutup-tutupi, selain itu kelakuan dan perkataannya kasar di keluarganya.

Saya kira semua dari kita pasti pernah mengalami apa yang namanya kekecewaan atas sikap orang yang tidak sesuai dengan anggapan kita sebelumnya. Nabi Samuel pun pernah mengalami kesalahan menilai seseorang dan itu bukan satu kali, tapi dua kali.

Pertama kali, ia kecewa dan berdukacita atas sikap Saul yang tidak taat beberapa kali ( I Samuel 15:35 Sampai hari matinya Samuel tidak melihat Saul lagi, tetapi Samuel berdukacita karena Saul. Dan TUHAN menyesal, karena Ia menjadikan Saul raja atas Israel. ).

Sperti yang kita ketahui bahwa saat Saul hendak diurapi menjadi raja, dicatat di ayat-ayat sebelumnya dalam I Samuel 9:2  "Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorangpun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya". Tidak heran, Samuel melihat bahwa Saul memang pantas menjadi raja, karena secara postur tubuh dan perawakan, dia jauh lebih unggul dari orang Israel manapun. Namun, sungguh menjadi humor bagi saya ketika saya membaca pasal selanjutnya dalam I Samuel 10, bahwa ketika hari pelantikan Saul menjadi raja yang dihadiri oleh bangsa Israel, Saul yang tinggi postur tubuhnya dan sangat elok, malah bersembunyi di antara barang-barang. Kita dapat menebak di awal cerita tersebut bahwa bagaimana sikap hati Saul yang sebenarnya. Saul berusaha lari dari kenyataan, Saul itu kecil hatinya.

I Samuel 10:21 -23 Akhirnya disuruhnyalah kaum keluarga Matri tampil ke muka seorang demi seorang, maka didapati Saul bin Kish. Tetapi ketika ia dicari, ia tidak diketemukan. Sebab itu ditanyakan pulalah kepada TUHAN: "Apa orang itu juga datang ke mari?" TUHAN menjawab: "Sesungguhnya ia bersembunyi di antara barang-barang." Berlarilah orang ke sana dan mengambilnya dari sana.

Yang kedua, saat Samuel mengira bahwa Eliab, kakak Daud adalah seorang yang dipilih Tuhan menjadi raja menggantikan Saul.
I Samuel 16:6-7. Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: "Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya." Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Ternyata Samuel masih memiliki cara pandang yang lama untuk menilai seseorang dipilih Tuhan. Maka dari itu, Tuhan perlu mengingatkan Samuel akan cara penilaiannya yang salah. Jangan pandang paras atau perawakannya. Jangan pernah setiap kita menilai seseorang itu rohani dengan memandang banyaknya pelayanan, berkatnya, kepemimpinannya, manisnya bertutur kata, karismanya, atau banyaknya orang di sekitarnya. Jangan menilai dari pandangan mata jasmani kita, selebihnya juga jangan mengagumi orang itu berlebihan sebagai sosok orang yang luar biasa dan sempurna.

Jika kita tidak ingin kecewa dengan saudara-saudara seiman kita,  Firman Tuhan mencatat bahwa kita harus tidak boleh memandang mereka dari paras/ perawakannya, tapi belajar kenali mereka dari hatinya dengan hikmat Tuhan. Saat mengenali hatinya, maka kita akan mengerti orang sperti apakah dia, sehingga kita bisa berjaga-jaga terlebih dulu untuk tidak menjadi kecewa saat dia melakukan kesalahan dalam pandangan kita. Saat mengenal hatinya, kita juga belajar berbesar hati untuk menerima kemanusiaannya, sejauh bukan menjadi celah dosa yang menjerumuskan banyak orang.

Siapa yang dapat menyangka Daud, seorang anak muda yang wajahnya masih kemerah-merahan, bahkan para peneliti Alkitab mengatakan bahwa postur tubuhnya sedang-sedang saja, adalah seorang yang dipilih oleh Tuhan sendiri untuk menjadi raja. Siapa yang dapat menyangka Daud, seorang penggembala yang tidak lari dari kenyataan saat ia berhadapan dengan Goliat dan tetap menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan saat ia dalam keadaan terdesak. Siapa yang menyangka seorang yang postur tubuhnya sedang, malah memiliki hati seperti singa dan memiliki banyak pengikut setia yang gagah perkasa.


"Belajarlah memandang hatinya dan bukan perawakannya. Belajar melihat sesuatu seperti bagaimana Tuhan melihat"

0 comments:

Posting Komentar