Sabtu, 09 Oktober 2010

Memahami ketegasan Tuhan akan dosa

Ringkasan apa yang saya sampaikan di Revival Community (Recom) Sion, 8 Oktober 2010

Selama ini kita hanya mengenal bahwa Tuhan itu baik dan sabar, namun kali ini kita akan belajar bahwa Tuhan itu juga tegas, disiplin dan tidak boleh diremehkan. Tuhan sangat tidak menyukai dosa yang sengaja dilakukan anak-anakNya bahkan para pelayan Tuhan.

I Samuel 4:1-11 menceritakan sebuah fenomena di saat sebelumnya bangsa Israel mengalami kekalahan melawan Filistin. Oleh karena itu, mereka berniat menyertakan Tabut Perjanjian di daerah peperangan supaya Tuhan datang dan memberi kemenangan buat mereka. Sudah menjadi sejarah Israel seperti zaman Musa dan Yosua, bahwa Keberadaan Tabut Perjanjian berarti Tuhan berada di tengah-tengah mereka, dan semua musuh mereka pasti akan Tuhan hancurkan. Sehingga saat Tabut Tuhan sampai ke daerah perkemahan, bangsa Israel bersorak dengan nyaring sehingga bumi bergetar. Namun di sinilah fenomena itu terjadi, bahwa sekalipun Tabut Perjanjian menyertai mereka, mereka tetap kalah bahkan korban yang jatuh lebih besar jumlahnya daripada kekalahan yang pertama. Akhirnya Tabut Tuhan dirampas oleh Filistin dan dibawa ke Asdod. Namun sekali lagi di I Samuel 5:1-12, Tuhan kembali menyatakan fenomenanya yang kedua, yaitu hancurnya kepala Dagon yang ditempatkan satu ruang dengan Tabut Tuhan, selain itu banyak orang Filistin mati dan terkena borok di Asdod. Para Filistin ketakutan dan memutuskan untuk mengembalikan ke tanah Israel, tepatnya di Bet-Semes. Muncul kembali fenomena yang ketiga ketika Tuhan membunuh beberapa orang Bet-Semes karena mereka lancang melihat ke dalam tabut Tuhan.


Sebenarnya apa yang sedang terjadi dan mengapa Tuhan sedemikian tegas menyatakan hukuman ? Apa yang sebenarnya Tuhan contohkan? Saya renungkan dan temukan ada 3 hal yang harus kita perhatikan :

1. Dosa Para Pelayan Tuhan= Hidup dalam rutinitas "seperti biasanya yang terjadi", kompromi dengan dosa, meremehkan Hadirat Tuhan

Kejahatan anak-anak Eli dan Ketidaktegasan Eli adalah salah satu penyebabnya.
I Samuel 2:12 Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN, 
I Samuel 2:17 Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN. 

Dicatat bahwa anak-anak Eli adalah imam-imam yang merendahkan Tuhan bahkan mereka main dengan para pelayan perempuan di Kemah Pertemuan dan tidur dengan mereka  ( I Samuel 2:22)-padahal  Tuhan tidak pernah menetapkan adanya pelayan perempuan di pintu Kemah Pertemuan di zaman Musa, Imam Besar Eli-lah yang menetapkannya.  Eli yang mengetahui dosa fatal tersebut malah tidak memberikan ketegasan dan hukuman ( I Samuel 3:13). Selain itu Eli dan anak-anaknya memakan daging mentah beserta lemak yang seharusnya untuk korban persembahan, sehingga pastilah postur tubuh mereka sangat gemuk.

I Samuel 2:29 Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? 

Mereka tidak menjalankan fungsi pelayanan imam dengan benar, mereka kompromi dengan dosa dan mencuri bagian Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan membinasakan anak-anak Eli, sedangkan Eli meninggal karena terjatuh dan batang lehernya patah. Dicatat bahwa Eli telah tua, penglihatannya mulai kabur dan gemuk orangnya.

Agar kemuliaan Tuhan tidak hilang dari gerejaNya, para pelayan Tuhan harus berhati-hati mengenai dosa kekejian dan kompromi dengan dosa. Mungkin selama ini, kita hidup "seperti biasanya terjadi" yang membuat kita hidup dalam rutinitas dan cenderung membuka celah dosa. Melayani Tuhan dengan rutinitas, melayani Tuhan dengan upah, melayani Tuhan untuk kebanggaan diri kita, melayani Tuhan asal-asalan, tidak jaga kekudusan gaya hidup kita, adalah kekejian di mataNya.

Gaya berpacaran yang tidak benar, gaya hidup yang jelas menjadi batu sandungan bagi orang lain adalah Kekejian para pelayan di mata Tuhan. Jangan main-main dengan Hadirat Tuhan, jangan main-main menjadi pelayan Tuhan. Para pelayan Tuhan harus jadi contoh/teladan, harus mau diarahkan/dibimbing oleh Gembala, jangan keras hati dan semaunya sendiri. Lebih baik kita para pelayan Tuhan tidak melayani Tuhan selama hati Tuhan disakiti oleh kita. Pelayan Tuhan adalah imam Tuhan yang menjaga api Tuhan tetap menyala pagi dan petang.

2. Panggilan Mula-mula yang telah kabur

Mata Imam Eli mulai kabur. Hal itu selalu diidentikkan dengan visi/ panggilan mula-mula yang telah melenceng/hilang. Eli tidak lagi melayani dengan kemurnian hati yang benar. Mungkin saja Eli melayani dengan harapan imbalan yang besar. Oleh karena itu, saat itu penglihatan dan pewahyuan Firman Tuhan sudah jarang. "Jika tidak ada wahyu, maka menjadi liarlah rakyat!"- Amsal 29:18. Tuhan malah berbicara kepada seorang anak kecil yang tidak pernah mendengar suaraNya sebelumnya. Bagi Dia, itu lebih baik daripada berbicara kepada Imam Eli yang " gemuk rohaninya".

Imam Besar Eli-lah yang berinisiatif mengadakan pelayanan kaum perempuan di Kemah Pertemuan, seperti pelacuran bakti menyembah Baal di Israel. Kemungkinan itu sebagai suatu daya tarik minat yang mengundang kaum laki-laki datang ke rumah Tuhan, sehingga rumah Tuhan menjadi banyak dikunjungi. Namun, apakah itu menyenangkan hati Tuhan? Gereja  tidak boleh terisolasi dari kemajuan teknologi yang sangat berkembang, namun bukan berarti Gereja tidak menyeleksinya. Apakah ibadah tersebut mementingkan Kehadiran Tuhan yang kudus, atau hanya sebagai acara "entertainment" yang berusaha menarik banyak kunjungan jemaat baru melalui musik yang wah, setting lampu yang wah, bintang tamu dan pelayan-pelayan Tuhan yang memukau? Lalu apa bedanya dengan acara dunia?

Perhatikan! Jika kita telah kehilangan panggilan Tuhan, maka kita melayani dengan kedagingan, kita melayani dengan sikap hati liar ! Apa motivasi kita melayani Tuhan? Apa motivasi kita mengikut Tuhan? sudah berubahkah menjadi ajang promosi, ajang aktualisasi diri, ajang pemuasan diri, ajang cari cewek/cowok saudara seiman, melayani Tuhan karena tidak ada kerjaan?

3. Dosa Korporat, Dosa anak-anak Tuhan= Tidak menomorsatukan Tuhan

27 tahun sejak peristiwa Tabut Tuhan dirampas oleh Filistin, barulah Tuhan menyingkapkan dosa korporat Israel melalui Samuel.

I Samuel 7: 3  Lalu berkatalah Samuel kepada seluruh kaum Israel demikian: "Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya kepada-Nya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin."

Ternyata sejak waktu itu ketika bangsa Israel merayakan hadirnya Tabut Tuhan dengan sorak sorai sampai-sampai bumi bergetar, tetap saja di dalam hati mereka, Tuhan tahu bahwa ada allah asing selain Tuhan. Tuhan bukan nomor satu dalam hati mereka. Oleh karena itu, Tuhan tidak memberi kemenangan buat mereka.

Anda datang ke ibadah atau komunitas rohani, memuji Tuhan sampai lompat-lompat, berdoa dan menangis sampai "jengking-jengking" atau melakukan hal apapun yang rohani, itu tidak membuat Tuhan betah di tempat itu, jika hati kita sendiri masih tidak menomorsatukan Tuhan. Tuhan tidak akan menjawab pergumulan kita, masalah kita, selama ada allah asing dalam hidup kita. Apa allah asing kita? mamon/uang? keluarga? pacar? kerjaan/sekolah/kuliah? teman-teman? hobi? ego kita sendiri? Segala hal yang menomorduakan Tuhan adalah allah asing/ berhala kita.

I Samuel 2: 30 b "Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah. "

Mari belajar dan mengevaluasi diri kita hari-hari ini, bertobat jika motivasi salah dan panggilan mula-mula kita kabur, bertobat jika ada dosa-dosa yang belum dibereskan, sebelum murka Tuhan turun nyata atas kita.
Amin

1 komentar:

  1. emang dia pantas dijadikan nomer 1 di hati kita, dia yg memberkati orang lain yg gak mengenalnya lebih dari sekelompok orang yg ia sebut dengan sebutan "anak". bukannya seorang ayah hrs menunjukan kasihnya kepada anaknya terlebih dahulu barulah sang anak akan membalas?

    BalasHapus