Rabu, 08 September 2010

Kejatuhan Haman yang tidak lapang hati

Ester 5: 9-14 Pada hari itu keluarlah Haman dengan hati riang dan gembira; tetapi ketika Haman melihat Mordekhai ada di pintu gerbang istana raja, tidak bangkit dan tidak bergerak menghormati dia, maka sangat panaslah hati Haman kepada Mordekhai. Tetapi Haman menahan hatinya, lalu pulanglah ia ke rumahnya dan menyuruh datang sahabat-sahabatnya dan Zeresh, isterinya. Maka Haman menceriterakan kepada mereka itu besarnya kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki, dan segala kebesaran yang diberikan raja kepadanya serta kenaikan pangkatnya di atas para pembesar dan pegawai raja. Lagi kata Haman: "Tambahan pula tiada seorangpun diminta oleh Ester, sang ratu, untuk datang bersama-sama dengan raja ke perjamuan yang diadakannya, kecuali aku; dan untuk besokpun aku diundangnya bersama-sama dengan raja. Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana raja." Lalu kata Zeresh, isterinya, dan semua sahabatnya kepadanya: "Suruhlah orang membuat tiang yang tingginya lima puluh hasta, dan persembahkanlah besok pagi kepada raja, supaya Mordekhai disulakan orang pada tiang itu; . . .

Memiliki hati yang lapang, yang biasa disebut juga dengan lapang dada atau berjiwa besar, merupakan sikap hati yang mau dipenuhi dengan buah Roh Kudus. Efesus 5:22- buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri... Orang yang lapang hati adalah orang yang mau belajar menstabilkan emosinya (Amsal 16: 32), mau hidup dalam damai sjahtra Allah (Filipi 4:7; Yoh 14:27), memilih untuk hidup dalam pikiran yang benar dan suci (Filipi 4: 8), serta merupakan orang yang mau hidup dalam kesatuan, persahabatan serta kemenangan di dalam Tuhan.

Kitab Ester menceritakan bagaimana Haman memperoleh fasilitas dan kebanggaan sebagai seorang yang terpandang di kerajaan, bahkan kesannya malah ia menjadi congkak dan memamerkan harta kekayaannya.  Namun, hatinya yang semula riang dan gembira seketika berubah menjadi hati yang panas ketika ia melihat seseorang yang tidak mau menghormatinya. "Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat . . . " adalah kalimat yang diungkapkan Haman dari hatinya yang sempit. Hati yang sempit membuat isi pikiran menjadi negatif dan akhirnya berujung kebinasaan bagi dirinya sendiri. Saat kita izinkan hati kita terluka, kita akan mudah berpikir, berkata dan berbuat yang salah. Damai sejahtra Allah pun seakan direnggut dari hidup kita. Emosi kita menjadi labil, mudah curiga, mudah meledak atau mudah tertuduh. Hubungan kasih persaudaraan mulai renggang, dan itu berarti kita telah jatuh dalam strategi si jahat. "A itu gembala, tapi kenapa sikapnya begitu sama aku!", "B itu suka bohong, aku ngga respek sama dia!", "Aduh, kenapa itu semua terjadi sama aku saat aku mau sungguh-sungguh dengan Tuhan!", "Aku kecewa dengan si C, karena . . .!", "Sudah ngga tuhan-tuhanan dah, semuanya omong kosong, orang kristen itu munafik!", "Tuhan, kenapa yang satu belum selesai masalahnya, kenapa sudah muncul lagi yang lain. Aku ngga tahan!" Itu beberapa kalimat yang sering kita dengar, atau bahkan kitalah yang mengucapkannya saat yang terjadi di luar perkiraan kita.

Banyak kisah di Alkitab yang menuliskan kejadian-kejadian yang membuat hati bisa kecewa, ingin marah atau ingin menangis. Seperti bagaimana persembahan Kain yang tidak diterima Tuhan, melainkan persembahan adiknya. Bagaimana saat Yesus menderita dan akan disalib, semua murid malah takut melarikan diri, bahkan ada yang menyangkalNya. Bagaimana Petrus yang malah dikatai iblis oleh Tuhan Yesus secara terang-terangan di depan semua murid yang lain, saat dia bermaksud baik untuk mencegah Yesus. Bagaimana perselisihan antara Paulus dan Barnabas mengenai Markus, yang membuat mereka berpisah dari pelayanan bersama. Bagaimana Daud memohon kepada Allah agar anak pertamanya dengan Batsyeba tidak meninggal. Bagaimana Daud hendak dibunuh oleh semua pengikutnya, ketika rumah mereka di Ziklag terbakar habis diserang musuh. Bagaimana Musa berkali-kali memohon kepada Allah agar dia boleh masuk tanah perjanjian, tetapi jawabanNya selalu adalah tidak. Bagaimana Harun dan Miryam, saudara/i kandung Musa yang malah melawannya. Bagaimana Ayub terus menanyakan penderitaannya yang dalam waktu 1 hari semua serentak terjadi, tapi bukannya dihibur oleh sahabat-sahabatnya, melainkan dituduh bahwa dirinya berdosa, istrinya meninggalkan dia dan menyuruh dia mati saja. Dari antara para pemain yang tercatat di Alkitab, ada yang menang, namun ada pula yang gagal. Mereka yang menang karena mereka memilih untuk hidup dalam hati yang lapang dan menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan yang berdaulat.

Untuk memiliki hati yang lapang, sadari dan ketahui bahwa:

Kenyataan yang ada tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.
Jangan beranggapan bahwa semuanya harus berada dalam kendali kita. Kadang ada peristiwa yang terjadi tidak kita perkirakan sebelumnya, atau terjadi tidak sesuai yang kita harapkan. Kadang ada keinginan yang terkabul, dan ada yang tidak. Kadang apa yang kita terima adalah apa yang tidak kita minta. Itulah kehidupan sebenarnya.

Setiap orang memiliki pendapat, keinginan dan sifat respon yang beda.
Karena perbedaan tersebut, wajar apabila kita mendapat kritikan selain pujian, mendapat musuh di balik promosi kita. Kita mendapat pertentangan atau kritik dari orang lain yang tidak sesuai yang kita inginkan. Sehingga sering terjadi bahwa perbedaan ini sering menimbulkan perselisihan/pertengkaran dengan orang lain.

Alangkah bijaksananya, apabila kitalah yang memahami keadaan orang lain. Belajarlah memahami dengan hati yang mengasihi Tuhan dan sesama. Mari menciptakan kesatuan, sehingga Kerajaan Allah datang di hidup kita.

Kita perlu lepas dari dosa ketamakan dan kesombongan.
Jika kita sombong, maka kita tidak lapang hati, lupa daratan. Haman menjadi gila hormat, pamer kekayaan sehingga tidak lapang hati. Saat seseorang tidak menghormatinya, ia langsung emosional dan sakit hati. Orang yang memiliki kerendahan hati, akan lebih mudah lapang dada, dan berpikiran luas.
Hati-hati ! Sikap tamak dalam pelayanan atau pekerjaan akan membuat kita mudah tersinggung dan curiga.

Segala sesuatu ada di tangan Allah yang berdaulat
Sadari, berhasil atau tidaknya apa yang kita perbuat, bukan dari kata orang lain ataupun dari situasi, namun dari berkat Tuhan atas kita. Tuhan kita itu hidup, aktif bergerak 24 jam 7 hari dalam seminggu, tanpa tidur dan kenal lelah. Dia yang menciptakan semuanya dari apa yang tidak ada. Jadi begitu mudah buat Tuhan memberkati kita.

Mazmur 127:1-2 Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

Jika Tuhan sudah membuka pintu berkat buat kita, percayalah tidak ada satu pun yang dapat menutupnya kecuali sikap hati kita sendiri di hadapan Tuhan ( Wahyu 3:7-8). Sikap hati dan perkataan kita yang percaya dan taat akan FirmanNya atau menyangkal kuasa Tuhan(=tidak sabar, menggerutu, tidak percaya, membantu Tuhan, memakai cara akal manusia), itulah yang menentukan seberapa besar berkat Tuhan yang kita terima.

Jika kita lapang hati, justru Tuhanlah yang bergerak sepenuhnya

0 comments:

Posting Komentar