Kamis, 16 September 2010

Mempercayai waktu Tuhan

Berkaitan dengan artikel Stop bantu Tuhan genapi JanjiNya, saya rindu membahasnya kembali dengan lebih sederhana agar pesan Tuhan dapat disampaikan dengan mudah.

Sifat alami manusia cenderung untuk ingin segala sesuatu ada secara instan atau saat ini juga. Tergesa-gesa dan tidak sabar; kita ingin semua itu dipenuhi segera. Tetapi kita harus mengerti bahwa Tuhan punya waktu tertentu untuk menjawab doa-doa kita dan kerinduan kita.. Sebenarnya, dapat ditegaskan bahwa tidak peduli betapa pun buruknya kita menginginkannya segera, tidak peduli seberapa pun seringnya kita berdoa dan memohon kepada Tuhan, itu tidak akan mengubah waktu tertentuNya.

Karena kita tidak mengerti waktu Tuhan, kita hidup dengan rasa marah dan frustasi, dengan mempertanyakan kapan Tuhan melakukan sesuatu. Sebaliknya jika kita memahami waktu Tuhan yang tepat buat kita, kita tidak akan hidup dalam tekanan dan kecemasan. Kita dapat bersantai dan lebih tenang karena Tuhan memegang kendali, dan pada saat yang tepat. Ia akan mewujudkannya berdasarkan kedaulatan dan keputusanNya yang terbaik buat kita. Mempercayai waktu Tuhan itu sama dengan mempercayai keputusanNya yang nantinya DIA perbuat. Apakah kita mempercayai bahwa Tuhan Ayah kita itu baik dan tidak ada kecurangan padaNya? Kita percaya bahwa Tuhan itu Juruselamat kita, tapi apakah kita sungguh-sungguh mempercayai DIA sebagai Tuhan Allah dan Raja yang berdaulat atas sgala ciptaanNYA?
Yakobus  1:17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Belajarlah memiliki kedalaman iman yang lebih. Belajar lebih santai dan tidak tegang dlm kehidupan. Belajar lebih tenang dalam menghadapi masalah di skitar kita. Belajar menaruh beban pikiran di bawah kaki Tuhan dan lanjutkan kehidupan anda dengan sikap hati dan pikiran yang berbeda. Sbagai Ayah yang berdaulat, DIA tdk pernah tinggal diam. DIA bekerja bahkan dalam hal sekecil apapun. MEYAKINI DIA tetap bekerja walaupun mata jasmani belum melihat perubahan. YAKINILAH bahwa keputusan yang DIA perbuat di waktu yang tepat itu terbaik buat kita. Jangan frustasi saat Tuhan belum menjawab dan saat jawaban Tuhan ternyata berbeda dengan keinginan doa kita !

Kita akan belajar dari karakter seorang yang dikatakan sebagai orang yang berkenan kepadaNYA, Daud. DIA pernah mengalami kegagalan dalam mengikut Tuhan. Dia jatuh dalam dosa yang fatal, dosa konspirasi rancangan pembunuhan dan perselingkuhan yang pasti membuat jatuh harga dirinya sebagai raja. Dia sudah bertobat dan mengakui kesalahannya, namun hukuman telah dijatuhkan bahwa anak hasil perselingkuhannya itu harus meninggal.

II Samuel 12:14-23
Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati." . . . Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.  Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka.
Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: "Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!" Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: "Sudah matikah anak itu?" Jawab mereka: "Sudah."
Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan.
Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: "Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!" Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."


Mempercayai waktu Tuhan = tetap tekun dalam doa; tetap tenang dan percaya bahwa DIA tetap bekerja walaupun kita belum melihat perubahan.

"Diam dan ketahuilah bahwa Akulah Allah!"- Mazmur 46:11
. Diam dalam bahasa aslinya "Raphah", artinya "Membiarkan pergi". Kita harus membiarkan pergi rasa frustasi kita, rasa marah, rasa kecewa, pahit dan segala macam emosi negatif yang tidak akan membantu kita berdoa dengan iman. Biarkan pergi segala akal dan cara manusia kita untuk menjawab doa itu.

Saat Hukuman ditetapkan, dia tidak marah dan tidak berkata, "Kenapa Engkau demikian kejam? anak itu tidak bersalah. Mana KasihMu, mana PengampunanMu! Aku sudah berusaha melakukan kehendakMU, aku sudah bertobat, masa Engkau tetap seperti itu ?"  Atau  dengan segala kefrustasiannya sebagai raja yang citra dirinya sudah buruk di mata rakyatnya, dia tidak berkata "Bunuh saja aku, Tuhan! Aku tidak layak jadi raja". Dia tidak berusaha bunuh diri dan kehilangan akal sehatnya. Dia juga tidak berusaha dengan segala cara untuk menyembuhkan anak itu, misal dengan mencari tabib dan obat dari seluruh kerajaannya, walaupun sebenarnya dia bisa melakukannya karena dia raja Israel. Dia tahu bahwa hanya Tuhan yang bisa menyembuhkannya. Makanya dia berlari ke kamar doanya, dan segera datang kepada Tuhan.

Berhari-hari Daud berpuasa dengan tekun, semalam-malaman berbaring di tanah untuk memohon Tuhan tergerak hatiNya dan berkehendak lain agar anak itu tidak jadi mati. Apakah dia tahu bahwa anak itu bakal mati di hari yang ketujuh? Daud tidak tahu, dia hanya berusaha merayu dan menggerakkan hati Tuhan dengan tekun setiap hari. Dia memang tahu bahwa doanya tidak akan terjawab dalam satu malam, oleh karena itu ia berusaha tetap tekun dan semalam-malaman. Dia pun tahu bahwa apa yang dia lakukan tidak akan mempercepat ketetapan waktu Tuhan menjawab, dia mengetahui prinsip itu ketika dia masih menjadi seorang gembala walaupun dia sudah tahu bahkan diurapi menjadi raja oleh Nabi Samuel. Selama masa berpuasanya, Daud menyerahkan segala urusan kerajaan kepada para tua-tuanya. Saya percaya hal itu menjadi kehebohan besar di mata rakyatnya; bahkan gosip dan jelekan dari para prajurit istana pasti juga terdengar di telinganya. Sayangnya, jika Daud pernah berhasil merayu Tuhan di waktu yang lalu, namun saat ini Daud tidak berhasil. Hari ketujuh, anak itu tetap mati.

Mempercayai waktu Tuhan = telah meletakkan segala beban pikiran kita di bawah kakiNya dan tetap melanjutkan kehidupan kita.

Lalu apa reaksi Daud saat ia tahu anak itu telah mati? " Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan . . ." Suatu hal yang perlu sungguh saya teladani dari sikap orang ini. Luar biasa. Saya tahu Daud merasa sangat bersalah, karena dia, anak itu harus mati. Secara manusiawi, dia mungkin berharap bisa mengendalikan dan mengubah keadaan yang terjadi saat itu. Dia berharap Tuhan menolong bahkan mengubah ketetapanNYA. Namun bagaimana sikapnya ini kita akhirnya mengetahui bahwa Dia telah memutuskan untuk mempercayai waktu Tuhan dan mempercayai juga keputusanNya saat waktu itu tiba. Dia percaya kuasa  Tuhan sehingga dia tetap berdoa dengan tekun; namun walaupun hasil keputusan Tuhan berbeda dengan keinginannya, dia tetap percaya keputusanNYA yang terbaik.
"Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi?

Mempercayai waktu Tuhan berarti menghilangkan keraguan, kecurigaan dan misteri-misteri yang tidak terjawab dalam hidup kita. Kita harus "bangun, mandi, berurap, dan berganti pakaian" lalu masuk kembali ke rumah Tuhan dan menyembah DIA. Daud tidak marah karena Tuhan tidak menjawab keinginan doanya. Bagaimana dengan kita saat Tuhan tidak menjawab keinginan doa kita ? Begitu banyak misteri dalam hidup kita di masa lalu yang tidak terjawab. Janganlah kita berusaha membuka masa lalu kita kembali. Serahkan pada Tuhan dan lanjutkan kehidupan kita dengan sikap hati dan pikiran baru.


Pikiran kita adalah medan peperangan kita. Dari pikiran kita, akan lahir emosi negatif atau emosi yang benar. Dari pikiran kita, akan lahir tindakan yang benar atau tindakan yang salah. Bangunlah, dan mulailah dengan mengurapi seluruh kepala kita, mulailah menyegarkan kembali channel pikiran kita dengan Firman Allah. mulailah menyegarkan kembali mata iman kita. Kenakan manusia hati yang baru dalam diri kita.

Saya pun sedang belajar lebih santai dan tenang saat menyikapi masalah-masalah yang tiba-tiba terjadi. Saya tipe orang pemikir dan serius, sehingga susah buat saya untuk beberapa jam tidak berpikir bagaimana mencari jalan keluar dari masalah yang terjadi saat itu. Seringkali saya tidak mengutamakan persekutuan saya dengan Tuhan saat masalah itu terjadi. Karena seakan-akan diburu oleh waktu dan harus segera mengambil keputusan, seringkali emosi turut menguasai saya dan membuat saya malah tertekan untuk menjalaninya. Saya merasakan ketegangan yang terjadi di pikiran dan raut muka saya. Namun itu harus saya sudahi di bulan ini, dengan membuat perubahan yang terus menerus bertahap. Saya mau belajar untuk tidak tegang dan tetap tenang saat masalah sedang terjadi dan saat jawaban doa tidak sesuai keinginan. AMIN !

0 comments:

Posting Komentar