Disadur dari buku yang ditulis oleh Ir. Eddy Leo, M.Th
Anak Kecil vs. Pria Dewasa
- Kedewasaan seorang pria tidak diukur dari umur, tetapi dari penerimaan akan tanggung jawab.
- Kesempurnaan seorang pria dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama.
Ed Cole, Bapa kegerakan Pria Sejati. Pendiri Christian Men’s Network berkata, “Kedewasaan tidak diukur dari umur, tetapi dari penerimaan akan tanggung jawab”. Saat ini, ada begitu banyak pria yang secara umur sudah dewasa tetapi secara mental belum bisa dikatakan dewasa. Banyak pria belum dapat menjadi figur seperti yang Tuhan inginkan. Tuhan rindu agar setiap pria menjadi dewasa dan bertumbuh ke arah kepenuhan Kristus. Tetapi, kenyataannya banyak pria yang walaupun usianya sudah dewasa, tetapi sifatnya masih seperti anak kecil. Sifat kekanak-kanakan seseorang menunjukkan ketidakdewasaan orang itu. Sebab usia seseorang tidak menjamin apakah seseorang sudah dewasa atau tidak. Sebenarnya apa dan bagaimana ukuran pria yang dewasa di dalam Kristus ?
Di sini akan dijelaskan tentang 7 ciri seorang anak kecil yang dapat menunjukkan ketidakdewasaan seorang pria. Allah rindu agar setelah seseorang mengerti ciri-ciri dari ketidakdewasaan seoarang pria, ia dapat mengambil keputusan untuk membuang ciri-ciri itu dalam kehidupannya supaya menjadi seorang pria maksimal.
CIRI#1—SENSUAL
- Anak-anak mengalami proses merasakan, bertindak dan berpikir. Sedangkan seorang pria dewasa berpikir, bertindak dan akhirnya merasakan.
- Prinsip akan mengubah pikiran seorang pria. Jika pikiran seorang pria benar, maka tindakannya juga benar.
Bagaimana konsep berpikir seorang anak ? Seorang anak merasakan terlebih dahulu. Itulah sebabnya, mengapa seorang anak kecil dikatakan memiliki perasaan sensual. Berbeda dengan orang dewasa. Orang dewasa akan berpikir lebih dahulu sebelum bertindak, setelah bertindak, baru merasakan akibat dari tindakannya. Tetapi saat ini, kebanyakan pria dewasa secara usia namun masih mirip dengan seorang anak kecil. Mereka lebih suka bertindak dahulu baru berpikir. Selain itu, seorang pria saat ini juga biasanya cepat bereaksi terhadap hal yang dirasakannya. Ketika reaksinya salah, barulah menyesal. Pernahkah kita marah terhadap seseorang, kemudian kita cepat bertindak dengan membalasnya yang akhirnya malah memperburuk keadaan, setelah itu biasanya baru kita menyesal.
Seorang pemuda dalam kisah anak yang hilang dalam Lukas 15:11-32, juga menginginkan sesuatu tanpa berpikir panjang dalam memikirkan akibatnya. Dia ingin harta dan kebebasan. Kemudian sang ayah mengabulkan permintaannya. Diambilnya harta itu dan dihabiskannya semua, lalu datanglah segala akibatnya yaitu penderitaan. Anak ini merasakan dahulu, lalu bertindak, setelah hidupnya penuh dengan penderitaan, barulah dia berpikir, “Aduh, di rumah bapaku tidak seperti ini,” Anak ini adalah contoh pria yang belum dewasa.
Seorang pria, walaupun ukuran tubuhnya, bentuk tubuhnya, dan usianya sudah dewasa. Edwin Louis Cole berkata, “Kedewasaan seorang pria tidak diukur dari umur tetapi dari penerimaan akan tanggung jawab” Mungkin usia seorang pria sudah dewasa tetapi seringkali mentalnya belum dewasa.
Jika anda mau berpikir lebih dahulu, kemudian baru bertindak, anda akan dapat melihat banyak orang diberkati lewat tindakan anda. Keluarga anda akan berbahagia. Istri anda apalagi. Biasanya yang menjadi korban dari ketidakdewasaan pria adalah seorang istri.
Pria perlu belajar tentang prinsip ini. Di hadapan pria, kita perlu mengajar tentang prinsip-prinsip. Berbeda dengan wanita. Mengajar di antara wanita harus lebih banyak bercerita. Jika pria tidak diajarkan tentang prinsip maka dia tidak dilatih untuk berpikir lebih dahulu sebelum bertindak dalam melakukan segala sesuatu. Prinsip akan mengubah pikiran seorang pria. Jika pikiran seorang pria benar,maka tindakannya juga benar.
Pria sensual adalah pria yang belum bisa mengalahkan dosa-dosa yang mengikat dirinya. Pria yang mudah untuk berbuat dosa tanpa berpikir panjang terhadap akibat dosa tersebut. Salah satu ikatan dosa yang banyak mengikat para pria adalah dosa seksual. Sewaktu kecil, mungkin kita sering diajarkan tentang kepriaan palsu.
“Kamu sudah pernah nonton video porno ?”
“Belum pernah”
“Huu…kuno..”
Percakapan di atas tidak benar! Pria dewasa, adalah pria yang bisa mengalahkan dosa seksual karena dia tidak lagi sensual. Pria yang berpikir dahulu baru bertindak.
Di mana anda berada hari ini adalah akibat dari pilihan anda kemarin.
CIRI#2—EGOIS
- Nafsu berusaha untuk menguntungkan diri sendiri walaupun harus mengorbankan orang lain; karena nafsu selalu ingin mendapatkan.
Mengapa seseorang pria memohon untuk tidak berbuat jahat dan selalu gagal? Ada pria yang bertobat dari perbuatan jahat lalu jatuh lagi berulang-ulang. Selalu mengikuti pola “berbuat jahat-bertobat-berbuat jahat”
“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat” Yakobus 3:16
Akarnya adalah keegoisan. Tanpa bertobat terlebih dahulu dari akar ini, seorang pria tidak mungkin dewasa. Apa itu keegoisan ? Suatu bentuk pemuasan diri. Hal ini jahat di mata Tuhan.
Ayah yang menghukum anaknya karena berbuat salah, tanpa mengajarkan terlebih dahulu bagaimana melakukannya dengan benar, adalah ayah yang bersalah.
CIRI#3—TIDAK KONSISTEN
- Tuhan dan wanita, menginginkan agar pria memiliki konsistensi, ketegasan dan kekuatan.
- Kesetiaan adalah batu penjuru dari karakter.
- Suami idaman adalah seorang pria yang setia dan setia untuk bertobat.
Seorang pria yang tidak konsisten akan mengalami kesulitan memiliki fokus dalam hidup ini. Mereka akan sulit untuk berhasil dalam melakukan segala sesuatu baik dalam pekerjaan, bisnis dan pelayanan. Melakukan ini gagal, melakukan itu gagal. Berjanji atas suatu pekerjaan/ pelayanan, tapi hanya bersemangat ketika baru memulainya saja; berkomitmen dalam 1 program, semangatnya hanya di awal saja, kemudian tidak dikerjakan lagi. Mengikuti berbagai seminar di mana-mana, tapi tidak konsisten untuk melakukan apa yang didapat dalam seminar itu.
Dasar dari semua karakter seorang pria adalah karakter “konsisten/kesetiaan”. Jika kita memiliki karakter ini, maka kita bisa memiliki karakter yang lain. Dalam II Tim 2:2, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai (Faithfullman)…cakap mengajar orang lain(who is able)” . Orang yang setia/ faithfullman selalu cakap/ able dan mau melakukan sesuatu, tetapi seorang yang cakap belum tentu setia. Allah selalu cari orang yang setia dan bukan orang yang mampu. Mengapa ? Karena orang yang mampu belum tentu setia, dan Tuhanlah yang akan memampukan orang yang setia. Seringkali pria hanya menekankan pada karisma dan kemampuan tapi tidak pada kesetiaan, tapi Tuhan mencari orang yang setia.
Apa anda seorang pria yang setia ?
Semua aspek dalam kehidupan ini didasari dengan kesetiaan. Anda tidak akan mempunyai usaha yang baik tanpa disertai dengan kesetiaan, anda tidak mempunyai bisnis yang berhasil jika karyawan anda tidak setia. Anda tidak akan mempunyai gereja yang berhasil tanpa jemaat yang setia. Anda tidak akan mempunyai gereja yang bertumbuh tanpa gembala yang setia. Kesetiaan adalah dasar dari segala-galanya. Hanya kesetiaan yang dapat membuat pria terus berkembang dalam hidupnya. Kharisma bisa membawa anda ke atas, tapi hanya karakter yang dapat mempertahankannya. Kharisma bisa mengumpulkan banyak orang, tapi hanya karakter yang dapat mempertahankan orang-orang itu. Kesetiaan sangat penting, sebab tanpa kesetiaan, karakter-karakter lain tidak dapat terbentuk.
Banyak pria tidak konsisten, ketika menyelesaikan pekerjaan atau sekolahnya. Kemudian akhirnya menjadi stress. Karena tidak diajar bagaimana menghadapi kesusahan, dia menjadi tidak kuat. Akhirnya dia segera lari kepada minuman keras, rokok, obat-obatan, dan seks bebas.
Dalam Christian Men’s Network, ada prinsip seperti ini: “Faithfullness is the cornerstone of character”. Artinya kesetiaan adalah “the starting point” dari orang Kristen. Anda boleh tidak mempunyai karakter yang lain tapi kalau anda memulai dengan kesetiaan, anda akan membangun hidup anda dalam karakter.
Jika ada seorang pria yang setia jatuh dalam dosa, maka dia akan setia bertobat. Keberhasilan/ kesuksesan seorang pria bukan ditentukan dari apakah dia pernah jatuh dalam dosa atau tidak, gagal atau berhasil, kalah atau menang, tapi ditentukan dari kesetiaannya untuk tidak pernah berhenti mencoba.
Artikel yang berkaitan :
0 comments:
Posting Komentar