Sabtu, 27 Februari 2010

Sebuah perjalanan hidup ...

Sebuah kisah hidupku yang kubagikan agar kalian sadar aku pun manusia yang bisa lemah seperti kalian, namun kita sama-sama mempunyai Allah yang besar dan sungguh mengasihi kita ...

Ketika seseorang yang begitu dekat dengan diriku telah tiada, saat itulah hatiku merasa kosong. Aku merasakan sesuatu yang hilang dalam hidupku yang rasanya tidak akan pernah tergantikan dalam hidupku. Keluargaku tidak lagi sempurna. Seseorang itu tidak akan bisa lagi menemaniku bertumbuh dewasa. Seseorang itu adalah ayahku. Sejak usia 9 tahun, ayah yang aku kasihi telah meninggalkanku sendiri bersama ibuku. Aku anak tunggal dan ayahku telah meninggal. Rendah diri, merasa berbeda dari teman-teman yang lain, menganggap diri aneh, berpikir bahwa Tuhan tidak adil, itulah yang aku rasakan semenjak ayahku meninggal. Teman-teman pergaulanku tidaklah banyak, namun mereka mengenalkanku pada dunia pornografi. Pendiam, namun menyimpan kemarahan dalam hati. Aku pun mulai tertarik dengan karate, capoera, dance, lagu-lagu dunia; tapi bersyukur Tuhan cegah aku tidak mempelajari sampai dalam. Sudah kulupakan doa dan berkat ayahku yang menginginkan aku menjadi seseorang yang penuh iman dan kuasa Tuhan. Ketika kulihat kenangan-kenangan lama bersamanya membuat aku ingin menangis sedu tanpa henti. Melakukan sesuatu yang kupikir dapat berguna agar merasa hidupku lebih baik, namun tidak selamanya perasaanku dapat ditahan. Ayah..ayah mengapa kau tinggalkan aku ? Tuhan mengapa Kau mengambil ayahku, mengapa aku dibiarkan sendiri... Aku merasa berjalan sendiri, berusaha mengerti sendiri.
Itulah gejolak hatiku yang merasa tertolak saat aku berada di bangku SMA. Walaupun aku sudah menerima Tuhan sebagai Juruselamatku dan melayani Tuhan, namun hati yang sakit ini belum terbereskan. Kuingat memang aku menerima Dia sebagai Juruselamat dan Allah Bapa sebagai Ayah dalam hidupku karena suatu perkara yang ajaib, namun aku belum benar-benar mempercayai Allah Bapa sebagai ayah dalam hidupku. Hatiku yang terluka membuat aku pun tidak bisa mempercayai dan mengampuni saudara-saudara seimanku bahkan para pemimpin.

Beberapa kali dalam mimpiku dari SMA, aku merasakan kehadiran Tuhan yang menggantikan sosok ayah dalam hidupku. Di saat aku sakit parah, Tuhan sembuhkan aku dengan ajaib. Di saat keluarga kami ada dalam masalah keuangan, Tuhan beri jalan keluar, dan banyak cara Tuhan bekerja.  Tuhan yang sering hadir dalam mimpiku, DIA juga hadir sebagai teman-teman gereja, orang-orang lain untuk memberkati kami; Sebenarnya DIA sudah cukup banyak menunjukkan kehadiranNya untuk membuktikan bahwa DIA memang ayah bagi anak yatim (Mazmur 68:5) dan DIA sungguh mengasihiku. Namun, sekali lagi, hatiku belum benar-benar pulih dari trauma masa laluku.

Sampai suatu ketika, tanggal 3 Januari 2009, tiba-tiba ada dorongan kasih Tuhan yang aku rasakan dan Tuhan singkapkan semuanya selama ini. Kucatat sebuah surat untuk Tuhan pada halaman depan lembar Alkitabku :

"Terima kasih Ayah, karena Engkau telah memberikan seorang hamba-Mu untuk mendahului Engkau dan menjadi papa dalam hidupku, walaupun sangat singkat menurutku. Namun hamba-Mu itu telah memberikan gambar diri yang benar tentang seorang ayah.

Sekarang Engkau telah menyatakan diri-Mu bahwa Engkaulah Bapa-ku dan akulah anak-Mu, Engkaulah yang menopangku hari demi hari untuk menjadikanku seperti-Mu, seorang ayah. Engkau memenuhiku dengan visi dan urapan yang senantiasa baru. Terima kasih. Berikan aku kebesaran hati dan kerendahan hati ! "

Namun apakah itu berarti bahwa aku sudah pulih dari hatiku? Belum ! Besok hari dan hampir setengah tahun ke depannya, aku mengalami masalah hati dan emosional yang pernah aku alami sebelumnya. Hampir aku meninggalkanNya. Hampir aku menendang Dia dan mungkin sudah... Pikiranku terus berbicara yang jahat kepadaku tentang semua orang dan hatiku semakin sakit rasanya. Kepedihan hati dan rasa amarah yang besar terus bergelora. Bersyukur, Tuhan hadir kembali melalui saudara/i seiman yang terus berdoa, mengarahkan dan menyelamatkanku, sehingga sampai sekarang aku ada bersama-sama dengan kalian.

Satu hal yang harus kalian ketahui, semenjak aku menulis surat itu dan mengalami masalah yang begitu berat setelah itu, seingatku Tuhan sudah jarang hadir dalam mimpiku, malah aku bermimpi buruk bertemu setan. Tetapi, Tuhan malah hadir sebagai saudara-saudara seimanku secara nyata. Sungguh pelajaran yang begitu berharga yang aku terima selama itu. Aku yang terluka karena pemimpin dan saudara seimanku di masa lalu, aku pun dibalut oleh pemimpin dan saudara seimanku di masa kini.

Sampai detik ini, cara Tuhan bekerja sungguh ajaib. Sebagai Ayah, sebagai Sahabat dan sebagai Raja dalam hidupku. He is the One, the Best. Dulu aku berkata bahwa siapa yang melihatku bertumbuh dewasa, sekarang aku berkata bahwa memang ada yang melihatku bahkan memeliharaku, yaitu Bapa, Yesus dan Roh Kudus.  Iblis ingin menghancurkanku demikian kuat semenjak aku menulis surat itu; namun, Tuhan bisa buat apa yang iblis rancangkan menjadi kebaikan dan kemenangan buat DIA dan aku. Thanks GOD.

Aku mendengarkan lagu "Ku di tangan-MU" yang terus aku putar berulang-ulang dan hatiku tergerak untuk menulis artikel ini. Air mataku mengalir saat aku menulis artikel ini. Aku bahagia. Aku tersanjung memiliki Ayah yang senantiasa memikirkan aku dan tak pernah meninggalkanku.

Ku di tanganMU Ku di hatiMU
di pikiranMU di rencanaMu
tak pernah kusendiri

Ku ditanganMu Ku di hatiMU
di pikiranMU di rencanaMU
tak penah ditinggalkan




Sampai sekarang, aku tidak lagi menangisi ketiadaan papaku. Saat kenangan manis tentang papaku terbersit di pikiranku, aku tersenyum dan berkata bahwa terima kasih Tuhan, papaku mengingatkanku tentang diriMU. Aku rindu mengenalMU lebih lagi, Ayah. Aku rindu mendalami karakterMu yang penuh canda, namun kadang serius. Kadang KAU memintaku datang hanya menyembah dan menghormatiMU, namun kadang juga Kau yang hadir terlebih dulu dan membisikkan kata-kata hikmat kepadaku.

Ulangan 32:9-12, "Tetapi bagian TUHAN ialah umat-Nya (*saya*), Yakub (*Saya*) ialah milik yang ditetapkan bagi-Nya. Didapati-Nya dia (*saya*) di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia (*saya*) dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia (*saya*) , dan tidak ada allah asing menyertai dia (*saya*).


Saudara dan saya diselamatkan oleh Tuhan dari kesia-siaan dunia, kegelapan dunia. Saudara dan saya ditakdirkan sebagai rajawalinya Tuhan yang perkasa. Kita tidak ditakdirkan untuk tinggal di sarang sebagai anak-anak, namun menjadi rajawali yang bisa terbang ke langit. Maka dari itu, IA pasti akan menghancurkan sarang kenyamanan kita agar kita bisa merasakan indahnya menjadi rajawali yang dewasa. rajawalinya Tuhan yang menerkam si ular jahat.

NB: Saya memakai kata "Aku" karena saya merasa bebas mengungkapkan dengan memakai kata "Aku" :)

0 comments:

Posting Komentar